Senin, 25 Juli 2011

Janji - janji Tuhan

Sekarang kita akan melihat lebih jelas lagi tentang hal-hal yang “dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia” (Yak. 1:12; 2:5) yaitu dengan melaksanakan perintah-perintahNya (Yoh. 14:15).

Janji-janji Allah dalam Perjanjian Lama terdiri dari apa yang diharapkan oleh orang-orang Kristen sejati. Ketika Paulus diadili dia berkata tentang upah di masa depan, yang oleh karenanya dia rela mengorbankan segala hal: “Dan sekarang aku harus menghadap pengadilan oleh sebab aku mengharapkan kegenapan janji, yang diberikan Allah kepada nenek moyang kita…Dan karena pengharapan itulah…aku dituduh” (Kis.26:6,7). Dia menghabiskan waktu dalam hidupnya untuk memberitakan “kabar kesukaan (injil), yaitu janji yang diberikan kepada nenek moyang Israel, yang telah digenapi Allah…dengan membangkitkan Yesus” (Kis. 13:32,33). Paulus menjelaskan bahwa keyakinan terhadap janji-janji tersebut akan memberikan harapan untuk dibangkitkan dari kematian (Kis. 26:6-8 bandingkan 23:8), yaitu pengetahuan tentang kedatangan Yesus yang kedua kali sebagai Hakim Agung dan kedatangan Kerajaan Allah (Kis. 24:25; 28:20,31).

Semua hal ini membenamkan mitos yang menganggap Perjanjian Lama hanyalah sebuah sejarah Israel yang bertele-tele yang sama sekali tidak pernah berbicara tentang kehidupan abadi. 2000 tahun yang lalu, Allah tidak tiba-tiba membuat keputusan untuk menawarkan kehidupan abadi kepada kita melalui Yesus. Dia sudah merencanakan hal ini sejak permulaan:

“Dan berdasarkan pengharapan akan hidup yang kekal sebelum permulaan zaman sudah dijanjikan oleh Allah yang tidak berdusta, dan yang pada waktu dikehendakiNya telah menyatakan firmanNya dalam pemberitaan Injil yang telah dipercayakan kepadaku sesuai dengan perintah Allah, juru selamat kita (Titus 1:2,3).

“hidup yang kekal, yang ada bersama-sama dengan Bapa dan yang telah dinyatakan kepada kami” (I Yoh. 1:2).

Dengan memperhatikan bahwa janji Allah untuk memberikan kehidupan abadi kepada umatNya sudah sejak permulaan, maka hal ini tidak mengartikan bahwa Dia tetap diam tentang hal itu selama 4000 tahun Dia berurusan dengan manusia, seperti yang tercatat di Perjanjian Lama. Buktinya, di dalam Perjanjian Lama penuh dengan nubuat-nubuat dan janji-janji yang memberikan penjelasan terperinci tentang harapan tersebut, yang telah disiapkan Allah untuk umatNya. Oleh karena inilah maka pengertian tentang janji-janji Allah kepada nenek moyang orang-orang Yahudi sangat penting sehubungan dengan keselamatan kita. Karena itu Paulus mengingatkan orang-orang yang percaya di Efesus, bahwa sebelum mereka mengetahui tentang hal-hal ini, “bahwa waktu itu kamu tanpa Kristus, tidak termasuk kewargaan Israel dan tidak mendapat bagian dalam ketentuan-ketentuan yang dijanjikan, tanpa pengharapan dan tanpa Allah di dalam dunia” (Ef. 2:12). Meskipun mereka yakin bahwadari penyembahan berhala yang mereka lakukan sebelumnya, telah memberikan mereka suatu harapan dan pengetahuan tentang Allah. Tetapi dengan tidak mengetahui tentang janji-janji Allah di Perjanjian Lama adalah suatu masalah besar, seperti “tanpa pengharapan dan tanpa Allah di dalam dunia.” Ingatlah bagaimana Paulus menjelaskan tentang harapan orang-orang Kristen sebagaimana dia “mengharapkan kegenapan dari janji-janji yang diberikan Allah kepada nenek moyang kita (orang-orang Yahudi)” (Kis. 26:2).

Sangat menyedihkan, hanya ada beberapa Gereja yang meletakkan dasarnya pada Perjanjian lama. “Kristen” diangggap agama yang muncul hanya dari Perjanjian Baru, walaupun mereka menggunakan Perjanjian Lama sebagai referensi. Padahal dengan jelas sekali Yesus meletakkan dasar-dasar pengajarannya dari Perjanjian Lama:

“Jika mereka tidak mendengarkan kesaksian Musa (yaitu 5 Kitab Taurat yang dia tulis) dan para nabi, mereka tidak juga akan mau diyakinkan, sekalipun oleh seorang yang bangkit dari antara orang mati” (luk. 16:31).

Memang benar, dengan percaya pada kebangkitan Yesus, hal itu sudah cukup (bandingkan Luk. 16:30), tapi Yesus mengatakan, bahwa tanpa pengertian yang dalam tentang Perjanjian Lama, hal tersebut tidak akan mungkin terjadi.

Jatuhnya iman para murid setelah penyaliban dikatakan oleh Yesus sebagai kekurangan mereka dalam memperhatikan dengan baik Perjanjian Lama;

“Lalu ia berkata kepada mereka: “Hai kamu orang bodoh, betapa lambannya hatimu, sehingga kamu tidak percaya segala sesuatu, yang telah dikatakan para nabi! Bukankah Mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk ke dalam kemuliaannya? Lalu ia menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang dia di dalam seluruh Kitab Suci, mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab-kitab nabi.” (Luk. 24:25-27).

Catat, bagaimana dia menekankan bahwa seluruh Perjanjian Lama berbicara tentang dia. Bukan karena para murid tidak pernah membaca atau mendengar firman-firman dari Perjanjian lama, tapi karena mereka tidak dapat memahaminya. Oleh karena itu mereka tidak percaya dengan sungguh-sungguh. Jadi, penting sekali untuk memahami firman Allah daripada hanya sekedar membacanya, untuk membangun iman yang teguh. Orang-orang Yahudi sangat fanatik sekali dalam membaca Perjanjian lama (Kis. 15:21), tetapi mereka tidak dapat memahami referensi-referensi yang menunjuk kepada Yesus dan Injilnya, sehingga mereka tidak sungguh-sungguh mempercayainya. Karena itu yesus mengatakan kepada mereka;

”sebab jikalau kamu percaya kepada Musa, tentu kamu akan percaya juga kepadaku, sebab ia telah menulis tentang aku. Tetapi jikalau kamu tidak percaya akan apa yang ditulisnya, bagaimanakah kamu akan percaya akan apa yang kukatakan?” (Yoh. 5:46,47).

Walaupun mereka membaca Alkitab, tetapi mereka tidak memperhatikan inti dari firman-firman tersebut yang berbicara tentang Yesus, sekalipun mereka percaya tentang keselamatan. Yesus berkata kepada mereka:

”Kamu menyelidiki Kitab Suci (harus dengan cara yang benar-Kis. 17:11), sebab kamu menyangka (dengan begitu yakin) bahwa olehnya kamu mempunyai hidup yang kekal,...walaupun kitab-kitab suci itu memberikan kesaksian tentang aku” (Yoh. 5:39).

Begitu juga yang telah terjadi pada banyak orang, yang secara garis besar mengetahui tentang peristiwa-peristiwa dan ajaran-ajaran di Perjanjian Lama, tapi mereka hal tersebut hanya sekedar pengetahuan umum untuk diketahui. Karena itu Kabar Baik tentang Kristus dan Injil Kerajaan Allah tetap menjauh dari mereka. Alasan inilah yang membuat pelajaran ini bertujuan untuk membuat anda tidak berada dalam posisi seperti itu, dengan menunjukkan arti yang sebenarnya dari berbagai janji yang terdapat di dalam Perjanjian Lama;
  • Di Taman Eden
  • Kepada Nuh
  • Kepada Abraham
  • Kepada Daud

Informasi mengenai hal-hal ini dapat ditemukan di lima kitab pertama Alkitab (Kejadian-Ulangan) yang ditulis oleh Musa dan pada kitab nabi-nabi Perjanjian lama. Semua dasar-dasar dari Injil Kristus terdapat disini. Paulus menjelaskan bahwa Injil yang dia beritakan adalah ”tidak lain daripada yang sebelumnya telah diberitahukan oleh para nabi dan juga oleh Musa, yaitu Mesias harus menderita sengsara dan bahwa ia adalah yang pertama yang akan bangkit dari antara orang mati, dan bahwa ia akan memberitakan terang kepada bangsa ini dan kepada bangsa-bangsa lain” (Kis. 26:22,23). Dan pada hari-hari terakhirnya, Paulus juga memberikan kesaksian yang sama: ”Ia (Paulus) menerangkan dan memberi kesaksian kepada mereka tentang Yesus. Hal itu berlangsung dari pagi sampai sore.” (Kis. 28:23).

Paulus mengharapkan bahwa tingkat tertinggi dalam kehidupan orang-orang Kristen haruslah menjadi motivasi bagi kita; sebagaimana hal tersebut menjadi cahaya kemuliaan yang merupakan akhir dari perjalanannya. Maka hal tersebut haruslah menjadi tujuan bagi orang-orang Kristen yang serius. Dengan dibakar oleh semangat untuk mencapai hal ini, marilah kita ”Menyelidiki Kitab Suci.”

Minggu, 10 Juli 2011

Hidup yang ulet dan teruji

Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku; (Mazmur 139:23)

Setiap orang pasti mengalami ujian untuk bisa memasuki jenjang yang lebih tinggi atau mengalami peningkatan. Contoh yang mudah adalah saat kita sekolah. Pada awalnya sekolah pada tingkat TK atau SD, kemudian SMP, SMA, bahkan sampai perguruan tinggi. Tetapi untuk dapat masuk pada tingkat yang lebih tinggi harus lulus dari ujian yang diberikan sekolah.

Firman Tuhan menegaskan supaya kita menguji diri kita apabila kita rindu mengalami pertumbuhan dalam kerohanian kita (2 Korintus 13:5). Tuhan menguji setiap kita untuk dapat masuk dalam kerajaanNya tentunya ada alat ujinya. Ada 3 hal utama yang sangat penting yang harus kita miliki yaitu hidup yang teruji, supaya kita berkenan kepadaNya, yaitu:

1. Memiliki Tujuan
Setiap orang harus memiliki tujuan. Dan biarlah tujuan hidup kita yang utama yaitu memuliakan Tuhan ( 1 Korintus 10:31). Jadi memuliakan Tuhan itu tidak memuji dan menyembah Tuhan di gereja saja, tetapi disegala sesuatu yang kita lakukan harus memuliakan Tuhan atau dengan kata lain, kita akan menjadi berkat bagi banyak orang. Jadi, pada waktu Yesus ada di bumi, Ia memuliakan Bapa tidak hanya menyanyi atau beribadah saja tetapi Ia melakukan pekerjaan Bapa (Yohanes 17 : 4). Jadi kalau kita mau mendefinisikan memuliakan Tuhan adalah melakukan segala perintah Tuhan (Pengkhotbah 12 : 13).

2. Mempunyai norma-norma (aturan)
Tuhan ingin dalam hidup kita tidak hanya memiliki tujuan, melainkan hidup yang dilengkapi dengan norma. Seringkali kita memberikan prioritas yang salah. Misalnya : memprioritaskan kekayaan, atau pekerjaan dan melupakan fellowship / hubungan yang intim dengan Tuhan. Matius (16:26) Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?. Tuhan Yesus ingin supaya kita memiliki norma pribadi yaitu yang mengutamakan keselamatan jiwa di atas kekayaan atau pekerjaan atau hal yang lainnya. Selain kita memiliki norma pribadi, kita harus memiliki norma sosial. Norma sosial ini adalah berkaitan dengan keluarga, pekerjaan maupun pelayanan. Berapa banyak orang yang tidak memiliki norma dalam keluarga, pekerjaan, maupun dalam pelayanan sehingga hidupnya tidak menjadi terang dunia. Norma sosial ini harus dilakukan dengan penuh tanggungjawab yang besar. Memposisikan diri sebagai teladan iman dan rohani.

3. Mempunyai Iman
Mazmur 60:13 berbunyi: “Berikanlah kepada kami pertolongan terhadap lawan, sebab sia-sia penyelamatan dari manusia.” Ayat ini diungkapkan oleh Daud sebagai bukti bahwa dia bergantung sepenuhnya kepada Tuhan, dan bukan kepada kekuatan manusia (Amsal 3:5-7).

Ada contoh yang sederhana yaitu: bola basket yang harganya hanya ratusan ribu akan memiliki nilai miliaran rupiah apabila berada di tangan Michael Jordan (red: atlet basket Internasional); kemudian tongkat yang tidak ada nilainya akan sanggup membelah laut Kolsom apabila berada di tangan Musa, atau ketepel yang tidak ada artinya akan sanggup membunuh raksasa (Goliath) apabila berada di tangan Daud, begitupun hidup kita akan berarti apabila berada di tangan Tuhan. Oleh sebab itu andalkan Tuhan dalam segala aspek kehidupan kita, maka segala yang kita lakukan akan berhasil.

Jika kita senantiasa taat, setia dan menuruti hukum-hukumNya, maka sekalipun hidup kita sering berada di tengah ketidak pastian, namun Tuhan pasti memberikan kita kepastian untuk meraih kemenangan dan kemuliaan. (Kejadian 3:9-21)

Senin, 04 Juli 2011

Ujian bagi iman kita

Saudara-saudara yang kekasih, janganlah kamu heran akan nyala api siksaan yang datang kepadamu sebagai ujian, seolah-olah ada sesuatu yang luar biasa terjadi atas kamu. Sebaliknya, bersukacitalah, sesuai dengan bagian yang kamu dapat dalam penderitaan Kristus, supaya kamu juga boleh bergembira dan bersukacita pada waktu Ia menyatakan kemuliaan-Nya. (1 Petrus 4 : 12 – 13)

Dari ayat ini kita tahu, bahwa Tuhan menguji kita bukan agar Dia tahu bahwa kita ini tahan uji atau tidak, karena Dia mahatahu. Tetapi Dia ijinkan itu agar kita tahu bahwa iman kita tahan uji atau tidak (Matius 10:22, Matius 24:13). Targetnya adalah bertahan sampai akhir. Dari sinilah kita tahu bahwa kita tahan uji.

Ada tiga kejadian dalam hidup ini yang sering dipakai Tuhan sebagai alat uji iman kita. Kejadian tersebut semuanya dimulai dengan huruf “T” yaitu:

Triumph (Lukas 12:16-19)
Ayat ini berbicara tentang semua kemewahan. Hidupnya penuh dengan kemenangan atau tidak dijamah dengan kesusahan sama sekali. Tetapi seringkali orang yang diuji tentang ini akhirnya gagal. Dalam kesesakan seseorang menjadi sangat karib dengan Tuhan, tetapi saat diuji dengan triumph malah hilang. Pada waktu kesesakan rohaninya baik, tetapi pada waktu kelimpahn rohaninya merosot. Ada banyak orang pada waktu miskin menjadi baik, tetapi pada waktu menjadi kaya tidak baik.

Kedua, Trial (2 Timotius 4:10)
Paulus berbicara tentang Demas. Kata Paulus, Demas terkena pencobaan dan meninggalkan Tuhan. Cobaan ini bisa membuat orang mendekat kepada Tuhan atau menjauh dari Tuhan (2 Korintus 4:8-9, 2 Korintus 7:5-6). Pencobaan yang dialami Paulus tidak membuat dia undur dari Tuhan.

Ketiga, Tragedy (Ayub 19:25-26)
Ayub merasakan keadaan yang sangat buruk. Dalam sehari Ayub mengalami tragedi sangat buruk, yaitu rumahnya terbakar, anaknya mati semua, tubuhnya terkena sakit, istrinya mengolok-olok imannya. Akhirnya ia merasa seperti ditinggal sendirian (Ayub 1:21). 

Seringkali kita menemukan keadaan yang demikian. Terkadang kita susah untuk dimengerti. Tetapi Tuhan memiliki kedaulatan atas kita. Yang terpenting adalah Tuhan itu baik. Tiga hal ini dipakai sebagai alat uji. Kalau ada orang dengan tiga hal ini menjadi undur, maka mereka tidak termasuk di antara kita. Jangan ada seorangpun yang undur dari iman kita. Kalau kita berkelimpahan, maka berjanjilah untuk lebih karib dengan Tuhan. Kalau terkena tragedi sekalipun, kita mau berkata – “sekalipun dagingku habis aku tahu Penebusku hidup dan Dia akan membangkitkan aku dari debu dan abu.”

Ini adalah suatu garis besar kehidupan yang ada dalam firman Tuhan. Waktu diproses seringkali kita berkata, sudah cukup Tuhan. Tetapi Tuhan berkata belum karena Dia sedang menjadikan kita lebih indah lagi, seperti halnya bejana yang indah. Selain itu, waktu diproses, jangan berbuat dosa (2 Samuel 12:1-7).
Daud harus membayarnya dengan empat kali lipat, pertama, anak pertama Daud dengan Batsyeba mati, kedua, Amnon (anak Daud) dibunuh saudaranya, ketiga, Absalom mati, dan keempat, Adonia mati dibunuh oleh saudaranya sendiri juga. Ini juga pelajaran bagi kita bahwa, dosa seseorang bisa mempengaruhi keluarga, teman, bahkan orang lain di sekitarnya.

Janganlah kita berbuat dosa lagi!

Setiap orang percaya agar menjaga imannya sehingga tidak digerogoti oleh berbagai penyakit rohani yang justru membuat iman kita menjadi lemah yang pada akhirnya menyebabkan kita tidak diangkat. Karena itu, jagalah iman kita tetap kuat agar kehidupan kita senantiasa berkelimpahan dan mengalami pengangkatan. (Matius 24: 37-42)