Selasa, 10 Juli 2012

Pemberian diriNya untuk kita

Penting untuk kita pahami bagaimana Yesus Kristus telah terlibat dalam persembahan kita. Bahwa pemberianNya kepada kita tidak dapat diragukan lagi. Dalam melihat pokok ini kita perlu memikirkan bahwa meskipun Yesus tidak berdosa, Dia lahir dalam keadaan sama yang umum dengan semua manusia. Dia merasakan yang mana Ia datang untuk menyelamatkan, bahwa ke-fanaan dan hukum dosa berlaku bagi kita semua. Sebagaimana ditekankan dalam pengajaran ini, Dia telah “dicobai dalam segala hal” seperti kita juga. Kita melihat bahwa Dia mengatasi dosa melalui ketaatan yang sempurna kepada Bapa, meskipun harus mati di kayu salib.bagaimanapun, Dia juga perlu “penebusan” atau “keselamatan” dari ke-fanaanNya. Ini menjelaskan nubuatan kematianNya.

“ke dalam tanganNya kuserahkan rohku: yang menbusku, O Tuhan Allah kebenaran” (Mzm 31:5). Kita mendengar bagian ini dibicarakan saat Yesus mati di kayu salib (Luk 23:46). Dia melihat BapaNya sebagai penebusNya yang akan “menebus jiwaku dari kuasa maut” (Mzm 49:15).
“Dia akan berseru kepadaKu: Kau Bapaku, Allahku, gunung batu keselamatanku. Juga Aku akan membuat dia menjadi anak sulung, lebih tinggi dari raja-raja di bumi” (Mzm 89:26-27). Kita melihat bahwa melalui doaNya kepada Bapa, Allah menyelamatkan Dia dari kematian dan menempatkan Dia menjadi “anak sulung”.
Dari naskah demikian kita diingatkan, bahwa Yesus sendiri perlu pembebasan dari ke-fanaan yang datang kepada semua manusia dari dosa Adam. Dia tidak terpisah dari mereka yang datang untuk menyelamatkan dalam hal ini.

Berbicara akan kematian dan kebangkitanNya, Petrus mengatakan: “Dia yang diserahkan Allah menurut maksud dan rencanaNya, telah kamu salibkan dan kamu bunuh oleh tangan bangsa-bangsa durhaka. Tetapi Allah membangkitkan Dia dengan melepaskan Dia dari sengsara maut, karena tidak mungkin Ia tetap berada dalam kuasa maut itu” (Kis 2:23,24). Tidaklah mungkin bagi kubur untuk menahanNya sebab “upah dosa adalah maut”, tetapi Yesus, walau dicobai, tidak pernah berdosa dan memberi kesempatan pada cobaan ini. untuk itulah manusia benar tidak diperuntukkan dalam kubur. Allah benar dalam segala jalanNya, itulah sebabnya dengan ketaatanNya yang sempurna, bahwa Yesus mematahkan ikatan dosa dan kematian, baik untuk diriNya sendiri dan semua yang dibaptis di dalamNya. Hanya melalui Dia segala dosa kita dapat diampuni dan kita berdiri dalam pengharapan yang mana kekekalan telah Dia berikan.

“mengetahui bahwa Kristus bangkit dari kematian dan tidak mati lagi, maut tidak berkuasa lagi atas Dia. Sebab kematianNya adalah kematian terhadap dosa, satu kali untuk selamanya, dan kehidupanNya kehidupan bagi Allah” (Rm 6:9,10). Dia mati di bawah hal-hal yang datang oleh dosa, yang Dia bangkita hidup karena tidak benar bahwa manusia tidak berdosa tetap mati.

“dalam hidupNya sebagai manusia, Ia telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia, yang sanggup menyelamatkanNya (Yunani=mengeluarkan) dari maut, dan karena kesalehanNya, Dia telah didengarkan. Dan sekalipun Ia adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang diterimaNya, dan sesudah Ia mencapai kesempurnaanNya, Ia menjadi pokok keselamatan yang abadi bagi semua yang taat kepadaNya” (Ibr 5:7,8). Melalui doa dan kehidupan yang taat bahwa Bapa membebaskan Ia keluar dari maut.

“Tidak juga dari darah lembu dan domba, tetapi oleh darahNya sendiri Dia masuk ke dalam tempat maha kudus, memiliki penebusan kekal” (Ibr 9:12). Di sini Paulus membandingkan masuknya imam besar ke tempat kudus masuknya Kristus ke dalam surga itu sendiri (ay 24). Yang mana imam masuk dengan darah korban, korban ini mengarah pada satu korban besar dari Anak Allah – Dia sendiri. Di sini kita melihat bahwa melalui persembahan pengorbananNya Dia beroleh “penebusan kekal” – Dia telah dilepaskan dari belenggu maut. Maut ditetapkan bagi yang lemah dan penuh dosa yang terlihat sebagai perhambaan, tetapi melalui ketaatan Kristussampai mati di kayu salib, Dia telah mematahkan belenggu untuk diriNya sendiri dan semua yang di dalam Diamelalui kematianNya, Dia “menghancurkan kuasa maut, yaitu iblis” (Ibr 2:14). Dia beroleh “Penebusan kekal”dari beban yang menjemuhkan itu.

“maka sekarang Allah damai sejahtera, yang oleh darah perjanjian kekal telah mengembalikan dari antara orang mati Gembala Agung segala domba, yaitu Yesus Tuhan kita, kiranya meperlengkapi kamu dalam segala kebaikan untuk melakukan kehendakNya, dan mengerjakan dalam kita apa yang berkenan kepadaNya, oleh Yesus Kristus bagia Dialah segala kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin” (Ibr 13:20-21). Paulus menyimpulkan surat ini dengan kenyataan bahwa Yesus telah diangkat dari kematian oleh Allah melalui darah perjanjian kekal. Bahwa darah dengan itu Dia utarakan kepada para murid di ruang atas, yang menagtakan: “inilah darahKu dari Perjanjian Baru, yang tercurah sebagi penebusan segala dosa” (Mat 26:28). Itulah darahNya, yang kita lihat sebelumnya mengarah pada hidupNya. Dia berkeinginan memberikan hidupNya (Mat 20:28) untuk menebus seluruh manusia dari belenggu dosa dan maut, jika di dalam iman mereka datang kepada Allah melalui Dia.

Dalam penyalibanNya, Dioa secara umum terlihat bahwa apa yang Dia lakukan melalui kehidupanNya dalam menyangkal cobaan kedagingan, Dia sekarang berkeinginan mengumumkan penyaliban kedagingan semua nafsu dan hasrat, dan dan mengikuti kehendak Allah untuk memenuhi didikan. Paulus menulis: “dan dalam rupa sebagai manusia, Dia telah merendahkan diriNya, dan taat sampai mati, bahkan mati di kayu salib”. keinginanNya melakukan kehendak Allah akan ini. “yang mana (karena ketaatan yang luar biasa akan segala hal) Allah juga meninggikan Dia, dan memberiNya nama di atas segala nama: bahwa di dalam nama Yesus semua lutut bertelut, yang di surga , dan yang di bumi, dan yang di bawah bumi; dan bahwa segala lidah akan mengaku bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan, bagi kemuliaan Allah Bapa (Flp 2:8-11). Lewt itu, akhirnya tindakan taat kepada Allah dimuliakan, dan Bapa memenuhi pernyataan Kristus : “permuliakan Aku padaMu sendiri dengan kemuliaan yang Kumiliki di hadiratMu sebelum dunia ada” (Yoh 17:5). Dia telah naik dalam kekekalan, kodrat illahi, untuk duduk di sebelah kanan Bapa.

Denngan setia melakukan kehendak BapaNya melalui hidupNya, bahkan mati di kayu salib, Dia membuka jalan kepada siapa saja yang dibaptis di dalamNya untuk berbagi hidup yang telah Dia berikan. Di sana Dia mengkahiri kematian kelemahan manusia dan semua yang bdiberikan keutamaan dan dominasi oleh pembawan dosa, dalam keajaiban dan iman bertahan kepadaNya “ yang dalam diriNya sendiri menimpahkan dosa-dosa kita dalam tubuhNya sendiri di salib, bahwa kita menjadi mati akan dosa, dan selayaknya hidup kepada kebenaran: yang olehNya kita disembuhkan” (1 Ptr 2:24). Kita bmerenungkan hal-hal ini, menyadari bahwa melalui tindakan akhir dari ketaatan, Dia “mematahkan kematian, dan mendatangkan hidup dan kekekalan kepada cahaya injil” (2 Tim 1:10).

Minggu, 01 Juli 2012

Darah Yesus


Sering dinyatakan dalam Perjanjian Baru bahwa pembenaran dan keselamatan kita adalah melalui darah Yesus (contohnya 1 Yoh 1:7; Why 5:9; 12:11; Rm 5:9). Untuk menghargai kebenaran darah Kristus, kita harus memahami bahwa ini sebuah prinsip Alkitabiah bahwa “karena itu nyawa dari segala makhluk adalah darah” (Im 17:14). Tanpa darah tubuh tidak dapat hidup; karena inilah lambang kehidupan. Ini menjelaskan perkataan Kristus, “jika kamu tidak makan daging Anak manusia, dan minum darahNya, kamu tidak akan memiliki hidup” (Yoh 6:53).

Dosa menghasilkan maut (Rm 6:23), pencurahan darah memberi kehidupan. Untuk alasan inilah bangsa Israel mempersembahkan darah setiap kali mereka berdosa, untuk mengingatkan mereka bahwa dosa membawa maut. “hampir semua melalui hukum (Musa) menyangkut darah; tanpa pencurahan darah tidak ada penebusan” (dari dosa – Ibr 9:22). Karena ini, Adam dan Hawa menutup diri mereka dengan daun dan tidak bisa diterima; kecuali, Allah membunuh seekor domba untuk menyediakan kulitnya sebagai penutup dosa mereka (Kej 3:7,21), begitupun, Habel mengorbankan binatang diterima dibanding Kain yang mempersembahkan tumbuhan, karena dia menghargai prinsip ini bahwa tanpa pencurahan darah tidak ada pengampunan dan tidak diterima Allah (Kej 4:3-5).

Inilah poin yang terpenting terhadap darah Kristus. Khususnya yang teringat dalam saat paskah, yang mana umat Allah menempatkan darah domba pada tiang pintu mereka untuk selamat dari kematian. Darah ini mengarahkan kepada Yesus, yang mana kita harus miliki agar dosa kita tertutup. Sebelum masa Kristus, sesuai dengan hukum Allah melalui Musa, orang Yahudi harus mempersembahkan korban binatang untuk dosa mereka. Bagaimanapun, mencurahkan darah binatang seharusnya dapat memberikan pelajaran yang besar. dosa dihukum dengan kematian (Rm 6:23); tidak mungkin bagi manusia yang membunuh seekor binatang dan melihat hal ini diterima Allah kecuali dari dia sendiri. Binatang yang ia persembahkan tidak memiliki penghargaan benar atau salah; ini tidak penuh mewakilkan Dia: “tidaklah mungkin darah lembu atau darah domba menghapuskan dosa” (Ibr 10:4).

Maka timbul pertanyaan, mengapa orang Yahudi harus mempersembahkan binatang saat mereka berdosa? Paulus mengutarakan jawaban yang bervariasi untuk pertanyaan ini dalam Gal 3:24): “hukum taurat adalah penuntun kita sampai hari Kristus”. Binatang-binatang yang mana dibunuh sebagai persembahan akan dosa haruslah – tanpa noda (Kel 12:5; Im 1:3,10, dll). Ini mengarah pada Kristus, “domba tanpa noda” (1 Ptr 1:19). Darah binatang-binatang itu diwakilkan Kristus. Diterima sebagai persembahan akan dosa sebagaimana mengarah pada korban Kristus yang sempurna, yang mana Allah mengetahui Dia akan melakukannya. Pada hal ini, Allah mengampuni dosa-dosa dari umatNya yang hidup sebelum masa Kristus. kematianNya telah menebus dan mengalihkan dari yang (dilakukan) pada perjanjian yang pertama” (Ibr 9:15), maksudnya hukum Musa (Ibr 8:5-9). Segala persembahan dipersembahkan di bawah hukum kepada Kristus, persembahan dosa yang sempurna, yang menghapus dosa dengan mengorbankan diriNya sendiri” (Ibr 9:26; 13:11,12; Rm 8:3 [NIV] 2 Kor 5:21).

Kita dijelaskan bagaimana keseluruhan Perjanjian Lama, terdiri dari hukum Musa, menilai kepada Kristus. Di bawah hukum akan jalan Allah melalui imam besar; dialah penghubung antara Allah dengan manusia di bawah perjanjian yang lama sebagaimana Kristus di bawah Perjanjian yang baru (Ibr 9:15). “hukum (menjadikan) manusia imam besar yang harus ditetapkan; tetapi kata sumpah... membuat Anak, yang ditujukan untuk selama-lamanya” (Ibr 7:28). Karena mereka sendiri adalah orang berdosa, orang ini tidak pada posisi yang menghasilkan pengampunan yang benar kepada manusia. Binatang yang dipersembahkan untuk dosa tidaklah sungguh-sungguh mewakili orang berdosa. Apa yang disebut sebagai manusia sempurna, satu yang dalam segala hal mewakili seluruh dosa manusia, yang sebelumnya sebagai sesuatu yang dapat diterima sebagai pengorbanan akan dosa. Manusia yang kemudian menyatukan diri mereka dengan korban. Dalam hal yang sama, Imam besar yang sempurna turut merasakan seluruh dosa manusia bagi penyediaanNya, pernah dicobai seperti mereka (Ibr 2:14-18).

Yesus menyempurnakan hal ini – “demikianlah sebagai imam besar bagi kita, yang kudus, tidak bersalah, tidak nernoda” (Ibr 7:26). Dia tidak memerlukan korban unruk diriNya sendiri secara terus-menerus, dan juga tidak dapat mati lagi (Ibr 7:23,27). Dalam penjelasan ini, Alkitab mengatakan Kristus sebagai imam kita: “di mana Dia dapat juga menyelamatkan mereka dan membawa kepada Allah melalui Dia, melihat Dia hidup untuk membuat perantaraan bagi mereka” (Ibr 7:25). Karena Dia memiliki kodart manusia, Kristus sebagai Imam Besar kita yang ideal, “memiliki belas kasihan kepada mereka yang bodoh dan tersesat; karena Dia sndiri penuh dengan kelemahan” (Ibr 5:2). Ini mengulang pernyataan mengenai Kristus, “Dia juga seperti diriNya sendiri” mengambil bagian sifat dasar manusia kita (Ibr 2:14).

Sebagai imam besar Yahudi perantara hanya bagi umat Allah, Israel, begitupun Kristus imam hanya bagi Israel rohani – yang telah dibaptis ke dalam Kristus, memahami kebenaran injil. Dia adalah “imam besar atas rumah Allah” (Ibr 10:21), yang diperuntukan bagi mereka yang lahir baru melalui baptisan (1 Ptr 2:2-5), memiliki pengharapan yang benar akan injil (Ibr 3:6). Menghargai dan menyadari ke- imaman Kristus seharusnya membuat kita dibaptis di dalam Dia; tanpa ini, Dia tidak dapat menjadi perantara kita.

Memiliki baptisan dalam Kristus, kita seharusnya mengejar manfaat penuh akan ke-imaman Kristus; sesungguhnya, kita memiliki tanggung-jawa di mana kita harus mengangkatnya. “Oleh Dia, biarlah kita mempersembahkan korban pujian kepada Allah terus-menerus” (Ibr 13:15). Rencana Allah akan penyediaan Kristus sebagai imam besar kita agar kita memuliakan Dia; oleh karenanya seharusnya kita terus-menerus menggunakan jalur kita kepada Allah melalui Kristus dengan maksud memujiNya. Ibr 10:21-25 mencatat sejumlah tanggung-jawab yang kita miliki yang diperhitungkan kepada Kristus sebagai imam besar kita: “memiliki imam besar atas rumah Allah:

1. marilah kita mendekat kepada Allah denagn hati yang benar dalam jaminan iman yang penuh, hati yang terpecahkan dari keadaan yang jahat, dan tubuh kita dibasuh dengan air yang murni”. Memahami ke-imaman Kristus berarti kita harus dibaptis di dalamNya (“pembasuhan tubuh kita”), kita tidak seharusnya membiarkan yang jahat bertumbuh dalam pikiran kita. Jika kita percaya akan penyataan Kristus, kita menjadi satu dengan Allah (‘PADA-SATU-MANUSIA’) oleh pengorbananNya.

2. “mari kita bertahan pada iman kita tanpa terguncang”. Kita tidak seharusnya terpisah dari ajaran-ajaran yang membawa kita akan memahami ke-imaman Kristus.

3. mari kita menyadari satu dengan lainnya akan kasih... tidak menghina jemaat / kita bersama”. Kita harus menjalin kasih bersama dengan lainnya yang memahami hasil ke-imaman Kristus; ini terdiri dari jemaat bersama pada pelayanan persekutuan, yang mana kita mengingat pengorbanan Kristus.

Menhargai hal ini seharusnya kita rasakan dengan keyakinan yang rendah hati bahwa kita sesungguhny6a akan mencapai keselamatan, jika kita dibaptis dan taat di dalam Kristus: “marilah kita dengan demikian datang secara jasmani menghampiri tahta kasih karunia, bahwa kita menerima rahmat, dan menemukan anugerah yang menolong kita pada waktunya” (Ibr 4:6).