“Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri.......” (Yakobus 1:22-24)
Jika kita mendengar Firman Allah yang penuh dengan janji dan melakukannya maka kita pasti akan diberkati. Dan untuk dapat menjadi pelaku firman, diperlukan tindakan iman dalam kehidupan kita. Sebenarnya berkat itu sudah disediakan bagi kita, selanjutnya kita tinggal mengambilnya, tetapi yang menjadi persoalan adalah apakah kita mau melangkah untuk mengambilnya atau tidak. Selama kita tidak mau melangkah maka selamanya kita tidak akan mendapatkan berkat yang sudah disediakan bagi kita. Kata melangkah di sini memiliki pengertian yaitu melakukan firman Tuhan. Misalnya kita membantu orang miskin atau orang yang membutuhkan pertolongan, maka Tuhan akan membalasnya berlipatkaliganda.
Namun bukan berarti kita berlomba-lomba memberi bantuan kepada setiap orang yang membutuhkan pertolongan dengan tujuan semata-mata untuk mendapatkan berkat yang lebih banyak. Tindakan semacam ini bukanlah seperti orang yang sedang “gambling” (judi). Memang apa yang kita tabur itu yang kita tuai, asalkan kita menaburnya dengan tulus iklas. Dan sebaliknya, bagi orang yang mendengar firman Allah dan tidak melakukan, maka orang tersebut dapat disamakan dengan orang yang bercermin dan segera pergi sehingga ia lupa akan rupanya. Demikian orang yang diberkati tetapi tidak melakukan firman Allah maka ia tidak akan ingat bahwa dia diberkati oleh Tuhan.
Saudara, selain kita diberkati ketika melakukan kehendak Tuhan; kita disebut orang yang berbahagia, seperti yang tertulis pada ayat selanjutnya (ayat 25), “Tetapi barangsiapa meneliti hukum yang memerdekakan orang dan ia bertekun di dalamnya, jadi bukan hanya mendengar untuk melupakannya, tetapi sungguh-sungguh melakukannya, ia akan berbahagia oleh perbuatannya.” Kata berbahagia itu sangat luas sekali artinya dan tidak dapat digambarkan oleh kata-kata. Selain itu kebahagiaan merupakan klimaks daripada kehidupan. Oleh sebab itu manusia berusaha dengan segala cara untuk mendapatkan kebahagiaan. Firman Allah dengan jelas mengatakan bahwa kebahagiaan bisa didapatkan apabila melakukan firman Allah.
Ada perbedaan antara orang yang melakukan firman Allah dan yang tidak melakukan. Orang yang mendengar firman Allah tetapi tidak melakukan sama dengan seorang penonton. Contohnya dalam sebuah pertandingan sepak bola. Pemain sepak bola hanya terdiri dari 11 orang tetapi penonton jumlahnya sampai mencapai puluhan ribu. Penonton tahu tujuan akhir dari pertandingan sepak bola yaitu mencapai goal, dan bagi penonton yang fanatik tahu bagaimana caranya memasukkan bola tetapi mereka tidak mampu melakukannya karena status mereka adalah penonton bukan pemain. Penonton hanya membicarakan problema, tetapi tidak menyelesaikan atau memecahkan problema, sedangkan seorang pemain tidak hanya membicarakan problema tetapi memecahkan problema. Penonton tidak akan pernah mendapatkan hadiah atau piala, tetapi pemainlah yang akan mendapatkan hadiah. Dan gambaran ini dapat kita temukan pada kehidupan orang-orang Farisi, di mana mereka begitu mengerti hukum-hukum Allah tetapi mereka tidak pernah melakukannya, sehingga mereka terbatas sampai pada pengetahuan saja. Demikian hidup kita janganlah hanya tahu tentang kebenaran tetapi menjadi pelaku kebenaran atau hidup dalam kebenaran. Karena orang yang hidup dalam kebenaran akan dimerdekakan dari segala cengkraman dunia termasuk persoalan yang ada di dalamnya. Orang Kristen yang memiliki tipe seperti “penonton”, apabila pergi ke gereja hanya ingin dipenuhi kebutuhannya baik itu pekerjaan, karir maupun segala usahanya, tetapi semuanya adalah sia-sia karena orang yang ingin bertemu dengan Tuhanlah yang akan dipenuhi segala kebutuhan hidupnya.
Tuhan merindukan supaya setiap kita menjadi seorang pemain yang terlibat dalam pertandingan dan pada akhirnya akan mendapatkan hadiah atau berkat Tuhan. Keberhasilan memang bukan semata-mata kekuatan pemain saja, tetapi karena mereka mau terlibat dalam pertandingan maka mereka sanggup memecahkan problema dengan kuasa firman Allah. Sudahkah saat ini kita siap bertanding untuk menerima berkat Tuhan yang sudah disediakan? Percayalah bahwa apa yang telah difirmankanNya akan digenapi, seperti yang tertulis dalam Yesaya 55:11 “demikianlah firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku: ia tidak akan kembali dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya.” Dan perlu diketahui bahwa selain Allah memberikan janji kepada kita, Dia juga memberi jaminan atas hidup kita, supaya apa yang telah dijanjikanNya itu dapat kita peroleh, seperti yang tertulis dalam Efesus 1:14 “Dan Roh Kudus itu adalah jaminan bagi kita sampai kita memperoleh seluruhnya, yaitu penebusan yang menjadikan kita milik Allah, untuk memuji kemuliaan- Nya.”
Saudara, perlu dipahami bahwa sebagai pelaku firman harus berani menerima konsekuensi yang ada, baik itu tantangan dari luar maupun dari dalam. Kadang-kadang kita melakukan sesuatu yang baik sesuai firman Tuhan, justru dimusuhi oleh dunia. Tetapi jangan putus asa, sebab firman Tuhan pun berkata, “Sekiranya kamu dari dunia, tentulah dunia mengasihi kamu sebagai miliknya. Tetapi karena kamu bukan dari dunia, melainkan Aku telah memilih kamu dari dunia, sebab itulah dunia membenci kamu” (Yohanes 15:19). Dan hal ini dapat kita lihat melalui kehidupan guru kita yaitu Yesus Kristus. Walaupun dia sudah melakukan yang baik; baik itu menyembuhkan mereka dari segala sakit penyakit, membebaskan mereka dari kuasa roh jahat, namun mereka justru berteriak “salibkan Dia”, dan mereka memperlakukan Yesus sebagai seorang pencuri, perampok ataupun pembunuh. Untuk itu apabila guru kita yaitu Yesus Kristus mengalami hal demikian maka kita pun sebagai muridNya mengalami hal-hal yang tidak jauh dari guru kita, itulah yang disebut dengan memikul salib. Walaupun hal itu tampaknya tidak enak tetapi ketahuilah bahwa kita sedang melakukan perkara yang besar.
Melalui beberapa penjelasan di atas biarlah kita semakin sungguh-sungguh memberikan diri untuk menjadi pelaku firman, sebab upah yang besar siap menanti kita. Amin.
Hidup kekristenan di manapun berada harus selalu membawa pengaruh, sama seperti Kristus di manapun Ia berada selalu mempengaruhi. Karena kuasa dalam diri kita adalah kuasa Allah sendiri, kuasa yang selalu dapat
mempengaruhi (Markus 3:13-19).