Rabu, 16 Mei 2012

Hubungan Allah Dengan Yesus


Bagaimana Allah membangkitkan Yesus menuntun kita untuk berpikir tentang hubungan antara Allah dan Yesus. Jika hal-hal itu “kesamaan... kekekalan”, sebagaimana pernyataan ajaran tritunggal, maka kita akan menerima hubungan mereka menjadi sama. Kita telah melihat bukti bahwa ini bukanlah masalahnya. Hubungan antara Allah dan Kristus seumpama antara suami dan istri: “kepala dari setiap orang adalah Kristus; dan kepala dari wanita adalah pria; dan kepala dari Kristus adalah Allah” (1 Kor 11:3). Sebagaimana suami adalah kepala dari istrinya, begitupun Allah kepala dari Kristus, walau Mereka memiliki kesamaan satu tujuan yang ada sebelum suami dan istri. Demikian “Kristus adalah kepunyaan Allah” (1 Kor 3:23), sebagaimana istri kepunyaan suaminya.

Allah Bapa sering dinyatakan menjadi Allah Kristus. Kenyataan bahwa Allah digambarkan sebagai “Allah Bapa dari Tuhan kita Yesus Kristus” (1 Ptr 1:3; Ef 1:17) meski setelah kenaikan Kristus ke surga, menunjukkan bahwa inilah hubungan mereka sekarang, selama kehidupan fana Kristus. Kadangkala diperdebatkan oleh aliran tritunggal bahwa Kristus hanya berbicara di bawah Allah selama hidupNya di bumi. Perjanjian Baru menulis beberapa tahun setelah kenaikan ke surga, Allah dibicarakan sebagai Allah Kristus dan Bapa. Yesus tetap mengakui Bapa sebagai AllahNya.

Wahyu, kitab terakhir dari Perjanjian Baru, ditulis setelah beberapa tahun setelah kemuliaan dan kenaikan Kristus, yang berbicara akan Allah sebagai Allah dan BapaNya (Kristus)” (Why 1:6 RV). Dalam kitab ini, kebangkitan dan kemuliaan Kristus memberikan pesan kepada orang percaya. Dia berbicara tentang “bait AllahKu...nama AllahKu...kota AllahKu” (Why 3:12). Ini membuktikan bahwa Yesus berpikiran Bapa sebagai AllahNya – dan dengan demikian Dia (Yesus) bukanlah Allah.

Selama hidupnya yang fana, Yesus berhubungan dengan BapaNya dalam hal yang serupa. Dia berbicara tentang “bapaKu, dan Bapamu; AllahKu dan Allahmu” (Yoh 20:17). Di kayu salib, Yesus menampilkan kemanusiaanNya secara penuh: “AllahKu, AllahKu, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” (mat 27:46). Demikianlah kata-kata yang tidak dapat dimengerti jika Allah berbicara kepada diriNya sendiri. Fakta yang sesungguhnya terjadi bahwa Yesus berbicara kepada Allah “dengan jeritan dan tangisan yang kuat” yang mengindikasikan kebenaran akan dasar hubungan Mereka (Ibr 5:7; Luk 6:12). Allah terbukti tidak dapat berdoa kepada diriNya sendiri. Bahkan sekarang, Kristus berdoa kepada Allah atas kita (Rm 8:26,27 ;, 2 Kor 3:18)