Minggu, 19 Desember 2010

Pelaku Firman

“Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri.......” (Yakobus 1:22-24)

Jika kita mendengar Firman Allah yang penuh dengan janji dan melakukannya maka kita pasti akan diberkati. Dan untuk dapat menjadi pelaku firman, diperlukan tindakan iman dalam kehidupan kita. Sebenarnya berkat itu sudah disediakan bagi kita, selanjutnya kita tinggal mengambilnya, tetapi yang menjadi persoalan adalah apakah kita mau melangkah untuk mengambilnya atau tidak. Selama kita tidak mau melangkah maka selamanya kita tidak akan mendapatkan berkat yang sudah disediakan bagi kita. Kata melangkah di sini memiliki pengertian yaitu melakukan firman Tuhan. Misalnya kita membantu orang miskin atau orang yang membutuhkan pertolongan, maka Tuhan akan membalasnya berlipatkaliganda.

Namun bukan berarti kita berlomba-lomba memberi bantuan kepada setiap orang yang membutuhkan pertolongan dengan tujuan semata-mata untuk mendapatkan berkat yang lebih banyak. Tindakan semacam ini bukanlah seperti orang yang sedang “gambling” (judi). Memang apa yang kita tabur itu yang kita tuai, asalkan kita menaburnya dengan tulus iklas. Dan sebaliknya, bagi orang yang mendengar firman Allah dan tidak melakukan, maka orang tersebut dapat disamakan dengan orang yang bercermin dan segera pergi sehingga ia lupa akan rupanya. Demikian orang yang diberkati tetapi tidak melakukan firman Allah maka ia tidak akan ingat bahwa dia diberkati oleh Tuhan.

Saudara, selain kita diberkati ketika melakukan kehendak Tuhan; kita disebut orang yang berbahagia, seperti yang tertulis pada ayat selanjutnya (ayat 25), “Tetapi barangsiapa meneliti hukum yang memerdekakan orang dan ia bertekun di dalamnya, jadi bukan hanya mendengar untuk melupakannya, tetapi sungguh-sungguh melakukannya, ia akan berbahagia oleh perbuatannya.” Kata berbahagia itu sangat luas sekali artinya dan tidak dapat digambarkan oleh kata-kata. Selain itu kebahagiaan merupakan klimaks daripada kehidupan. Oleh sebab itu manusia berusaha dengan segala cara untuk mendapatkan kebahagiaan. Firman Allah dengan jelas mengatakan bahwa kebahagiaan bisa didapatkan apabila melakukan firman Allah.

Ada perbedaan antara orang yang melakukan firman Allah dan yang tidak melakukan. Orang yang mendengar firman Allah tetapi tidak melakukan sama dengan seorang penonton. Contohnya dalam sebuah pertandingan sepak bola. Pemain sepak bola hanya terdiri dari 11 orang tetapi penonton jumlahnya sampai mencapai puluhan ribu. Penonton tahu tujuan akhir dari pertandingan sepak bola yaitu mencapai goal, dan bagi penonton yang fanatik tahu bagaimana caranya memasukkan bola tetapi mereka tidak mampu melakukannya karena status mereka adalah penonton bukan pemain. Penonton hanya membicarakan problema, tetapi tidak menyelesaikan atau memecahkan problema, sedangkan seorang pemain tidak hanya membicarakan problema tetapi memecahkan problema. Penonton tidak akan pernah mendapatkan hadiah atau piala, tetapi pemainlah yang akan mendapatkan hadiah. Dan gambaran ini dapat kita temukan pada kehidupan orang-orang Farisi, di mana mereka begitu mengerti hukum-hukum Allah tetapi mereka tidak pernah melakukannya, sehingga mereka terbatas sampai pada pengetahuan saja. Demikian hidup kita janganlah hanya tahu tentang kebenaran tetapi menjadi pelaku kebenaran atau hidup dalam kebenaran. Karena orang yang hidup dalam kebenaran akan dimerdekakan dari segala cengkraman dunia termasuk persoalan yang ada di dalamnya. Orang Kristen yang memiliki tipe seperti “penonton”, apabila pergi ke gereja hanya ingin dipenuhi kebutuhannya baik itu pekerjaan, karir maupun segala usahanya, tetapi semuanya adalah sia-sia karena orang yang ingin bertemu dengan Tuhanlah yang akan dipenuhi segala kebutuhan hidupnya.

Tuhan merindukan supaya setiap kita menjadi seorang pemain yang terlibat dalam pertandingan dan pada akhirnya akan mendapatkan hadiah atau berkat Tuhan. Keberhasilan memang bukan semata-mata kekuatan pemain saja, tetapi karena mereka mau terlibat dalam pertandingan maka mereka sanggup memecahkan problema dengan kuasa firman Allah. Sudahkah saat ini kita siap bertanding untuk menerima berkat Tuhan yang sudah disediakan? Percayalah bahwa apa yang telah difirmankanNya akan digenapi, seperti yang tertulis dalam Yesaya 55:11 “demikianlah firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku: ia tidak akan kembali dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya.” Dan perlu diketahui bahwa selain Allah memberikan janji kepada kita, Dia juga memberi jaminan atas hidup kita, supaya apa yang telah dijanjikanNya itu dapat kita peroleh, seperti yang tertulis dalam Efesus 1:14 “Dan Roh Kudus itu adalah jaminan bagi kita sampai kita memperoleh seluruhnya, yaitu penebusan yang menjadikan kita milik Allah, untuk memuji kemuliaan- Nya.”

Saudara, perlu dipahami bahwa sebagai pelaku firman harus berani menerima  konsekuensi yang ada, baik itu tantangan dari luar maupun dari dalam. Kadang-kadang kita melakukan sesuatu yang baik sesuai firman Tuhan, justru dimusuhi oleh dunia. Tetapi jangan putus asa, sebab firman Tuhan pun berkata, “Sekiranya kamu dari dunia, tentulah dunia mengasihi kamu sebagai miliknya. Tetapi karena kamu bukan dari dunia, melainkan Aku telah memilih kamu dari dunia, sebab itulah dunia membenci kamu” (Yohanes 15:19). Dan hal ini dapat kita lihat melalui kehidupan guru kita yaitu Yesus Kristus. Walaupun dia sudah melakukan yang baik; baik itu menyembuhkan mereka dari segala sakit penyakit, membebaskan mereka dari kuasa roh jahat, namun mereka justru berteriak “salibkan Dia”, dan mereka memperlakukan Yesus sebagai seorang pencuri, perampok ataupun pembunuh. Untuk itu apabila guru kita yaitu Yesus Kristus mengalami hal demikian maka kita pun sebagai muridNya mengalami hal-hal yang tidak jauh dari guru kita, itulah yang disebut dengan memikul salib. Walaupun hal itu tampaknya tidak enak tetapi ketahuilah bahwa kita sedang melakukan perkara yang besar.

Melalui beberapa penjelasan di atas biarlah kita semakin sungguh-sungguh memberikan diri untuk menjadi pelaku firman, sebab upah yang besar siap menanti kita. Amin.

Hidup kekristenan di manapun berada harus selalu membawa pengaruh, sama seperti Kristus di manapun Ia berada selalu mempengaruhi. Karena kuasa dalam diri kita adalah kuasa Allah sendiri, kuasa yang selalu dapat
mempengaruhi (Markus 3:13-19).

Minggu, 12 Desember 2010

Kodrat Ilahi

Setiap orang Kristen yang sudah menerima Yesus sebagai Juruselamat, lahir baru dan sudah dibaptis, harus menyadari bahwa di dalam dirinya ada kekuatan ilahi atau kodrat ilahi. Dan hal ini telah ditegaskan oleh rasul Paulus melalui suratnya yang ditujukan kepada jemaat di Korintus, yang bunyinya: “Tidak tahukah kamu bahwa tubuhmu adalah rumah Roh Kudus”(1 Korintus 3:16; 1 Korintus 6:19). Untuk itu kita patut bangga dan mengucap syukur senantiasa karena Roh Allah telah manunggal dalam kehidupan kita. Bahkan raja Daud berkata: “Janganlah membuang aku dari hadapan-Mu, dan janganlah mengambil roh-Mu yang kudus dari padaku!” (Mazmur 51:13).
Ayat ini menunjukkan bahwa betapa berharganya Roh Allah itu, karena Roh Allah merupakan sumber dari segalanya. Dan dalam ayat ini tersirat bahwa Daud rela kehilangan segala apa yang dia miliki asalkan Roh Tuhan tidak diambil daripadanya; hal ini terlihat dari apa yang difokuskan oleh Daud yaitu Roh Tuhan, dan bukan kerajaan atau kekayaan maupun yang lainnya.

Dan apabila kita menengok ke belakang mengenai pekerjaan Roh Kudus khususnya pada masa penciptaan dunia, maka kita akan kagum akan kedasyatannya, di mana saat itu Roh Kudus ada di permukaan air waktu penciptaan bumi ini karena bumi ini sedang kacau balau dan iblis dicampakkan ke bumi. Bumi menjadi campur baur dan rusak. Sepertiga malaikat Tuhan mengikut iblis. Tetapi Tuhan memperbaiki bumi ini. Roh Allah ada di permukaan air, lalu Allah berfirman untuk menciptakan bumi ini. Memang pada waktu itu seperti zaman penciptaan, sebenarnya penciptaan kembali, karena sebelumnya ada suatu zaman. Dunia diperbaiki dengan firman Allah, karena bumi telah dirusak oleh iblis. Dan saat itu jadilah yang diciptakan oleh Allah. Ini terjadi karena ada Roh Kudus dan firman Allah. Dan sekarang Roh Kudus ada di permukaan air, yaitu tubuh ini, karena tubuh manusia terdiri dari 80% air, yaitu darah/jiwa ini. Roh Allah merupakan suatu kodrat ilahi yang hendak berkarya secara luar biasa. Dan ini baru bisa terjadi dalam hidup kita kalau kita mendengar firman Allah dan melakukannya.

Saudara, melalui sedikit ulasan di atas membuktikan bahwa Roh Kudus adalah harta atau kodrat ilahi yang akan berfungsi dan berkarya di dalam hidup kita. Dan ayat bacaan di atas menjadi landasan bagi pemahaman kita terhadap berfungsinya maupun berkaryanya kodrat ilahi yang ada di dalam kehidupan kita. Kodrat ilahi akan berfungsi apabila kita melakukan firman

Tuhan (Matius 7:24-25), dan begitu sebaliknya, bahwa kodrat ilahi itu tidak berfungsi apabila kita tidak melakukan kehendak Tuhan (Matius 7:26-27). Selain itu, perlu kita ketahui bahwa kita mendapatkan kodrat ilahi semata- mata oleh kasih dan anugerahNya; seperti yang tertulis dalam 2 Petrus 1:3-4 : “Karena kuasa ilahi-Nya telah menganugerahkan kepada kita segala sesuatu yang berguna untuk hidup yang saleh oleh pengenalan kita akan Dia, yang telah memanggil kita oleh kuasa-Nya yang mulia dan ajaib. Dengan jalan itu Ia telah menganugerahkan kepada kita janji-janji yang berharga dan yang sangat besar, supaya olehnya kamu boleh mengambil bagian dalam kodrat ilahi, dan luput dari hawa nafsu duniawi yang membinasakan dunia.” Sedangkan pada ayat selanjutnya (2 Petrus 1:5-10); apabila dikolaborasikan dengan ayat bacaan di atas maka kita akan menemukan nilai kebenaran yaitu bahwa saat kita membangun rumah harus dimulai dengan iman, lalu kebajikan,
pengetahuan, penguasaan diri, ketekunan, kesalehan, kasih akan saudara- saudara, dan kasih akan semua orang.

Untuk lebih detailnya, mari kita bahas satu persatu mengenai syarat dalam membangun rumah (rumah rohani).

Yang pertama yaitu dengan iman. Di mana iman itu ada atau timbul dalam kehidupan kita apabila kita senantiasa mendengarkan firman Tuhan (Roma 10:17). Sebab firman Tuhan telah diwujudkan melalui peristiwa kehidupan seseorang, seperti Musa, Daud dan lainnya. Di dalam firman Tuhan banyak dicatat tentang mujizat yang Tuhan lakukan, baik itu dalam Perjanjian Lama maupun dalam Perjanjian Baru. Semua itu adalah kodrat ilahi dan bukan oleh kekuatan manusia. Kalau kita membaca firman Allah, maka pekerjaan Roh Kudus yang dicatat dalam Alkitab dapat terjadi dalam kehidupan kita pula, khususnya sebagai orang yang dipanggil dan dipilih oleh Tuhan. Dan firman Allah tidak boleh hanya sebagai kepercayaan/iman saja, tetapi harus nyata dalam perbuatan (Yakobus 2:17-22). Perbuatan yang di dalamnya terkandung kebajikan ini tidak hanya dilakukan oleh seorang iman atau nabi saja, tetapi semua umat Tuhan harus melakukannya. Seperti halnya Yunus yang bertobat dan melakukan perintah Tuhan. Setelah melakukan firman Allah maka kodrat ilahi yang ada dalam dirinya bekerja secara luar biasa, di mana melalui pemberitaannya maka satu kota (Niniwe) bertobat.

Ketika kodrat ilahi berfungsi dalam hidup kita, dan berjalan seiring dengan waktu yang di dalamnya diwarnai dengan berbagai macam pencobaan demi pencobaan, maka dari situlah akan timbul pengalaman/pengetahuan, yang pada akhirnya akan membawa kita hidup dengan penguasaan diri ; misalnya saat kita menghadapi persoalan maka kita tidak panik lagi.

Sebagai contoh yang nyata adalah kisah daripada rasul Paulus; di mana telah diungkapkan melalui suratnya yang ditujukan kepada jemaat di Korintus (2 Korintus 4:8-10). Selain penguasaan diri, dalam diri kita dituntut pula adanya ketekunan, karena tanpa ketekunan maka kita tidak akan mendapatkan apa- apa. Sebagai gambaran adalah seorang petani. Mereka tidak akan panen apabila tidak sabar atau tekun dalam merawat dan menantikan tanaman yang ia tanam, karena segala sesuatu ada waktunya. Firman Tuhan berkata: “Seorang petani yang bekerja keras haruslah yang pertama menikmati hasil usahanya” (2 Timotius 2:6). Dan besar kecilnya panen mereka tidak lepas dari hukum tabur tuai, yaitu “Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga” (2 Korintus 9:6). Dan selanjutnya adalah: bagi orang yang bertekun di dalam Tuhan maka orang itu akan hidup dalam kesalehan; yang pada akhirnya kodrat ilahi yang ada di dalam dirinya akan senantiasa memelihara orang tersebut baik di dalam dunia maupun sampai pada hidup yang kekal.

Oleh karena itu, janganlah kita sia-siakan kesempatan yang ada. Biarlah kodrat ilahi yang telah dianugerahkan dalam kehidupan ini, senantisa berfungsi untuk melakukan pekerjaan yang besar. Karena pondasi ini sebenarnya tercakup dalam iman, harap dan kasih.

Sabtu, 04 Desember 2010

Prinsip Hidup Tuhan Yesus dan para Malaikat

Peranan malaikat itu sangat penting dalam kehidupan Yesus. Dan Tuhan memberikan perintah melalui malaikat-malaikatNya.
• Peranan malaikat dalam kehidupan Zakharia, Lukas 1 : 11: “ Maka tampaklah kepada Zakharia seorang malaikat Tuhan berdiri di sebelah kanan mezbah pembakaran ukupan”
• Peranan malaikat dalam kehidupan Yusuf dan Maria, Lukas 1:26: “ Dalam bulan yang keenam Allah menyuruh malaikat Gabriel pergi ke sebuah kota di Galilea bernama Nazaret”
• Peranan malaikat dalam kehidupan para gembala, Lukas 2:10: “Lalu kata malaikat itu kepada mereka: “Jangan takut sebab sesungguhnya aku memberitahukan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa”
• Peranan malaikat pada saat Yesus di Getsemani untuk memberi kekuatan kepadaNya ( Lukas 22:43-47).

Peranan Malaikat:
1. Kita tidak menyembah malaikat
2. Kita tidak berdoa pada malaikat
3. Kita tidak bernyanyi untuk malaikat

Apakah malaikat bisa dipakai Tuhan untuk menolong kita?
Bisa, Mazmur 34:8 “Malaikat Tuhan berkemah di sekeliling orang-orang yang takut akan Dia, lalu meluputkan mereka.”

Apakah tugas untuk malaikat :
1. Malaikat menyembah Yesus, Ibrani 1:6 ”Dan ketika Ia membawa pula AnakNya yang sulung ke dunia, Ia berkata: “Semua malaikat Allah harus menyembah Dia’”
2. Malaikat adalah roh yang melayani, Ibrani 1:14 “Bukankah mereka semua adalah roh-roh yang melayani, yang diutus untuk melayani yang harus memperoleh keselamatan”

Bagaimana caranya atau prinsip apa yang dipakai oleh Yesus
• Dengan Firman Tuhan, Mazmur 1: 1-3
• Melakukan kebenaran dalam Matius 4:4-6, janganlah mencobai Tuhan. Mencobai memiliki pengertian memaksa Tuhan bertindak menunjukkan kuasaNya untuk memuaskan atau menjawab keinginan kita.
• Sembah Tuhan saja, Matius 4:10: “ Maka berkatalah Yesus kepadaNya:” Enyahlah, iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, AllahMu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti.”

Siapakah yang kita sembah ? HANYA TUHAN SAJA !

Malaikat tidak melayani kita, tetapi melayani Roh Allah yang ada di dalam kita, sehingga hidup kita dibuat berhasil.  Menyadari sepenuhnya bahwa kita begitu dicintai Tuhan, sehingga disediakan malaikat untuk melayani kita. Oleh karena itu biarlah kita hidup benar, setia dan mencintai Yesus lebih dari segalanya. Hidup kita hidup dalam kelimpahan (Wahyu 14:6-13).