Senin, 28 Februari 2011

NAMA dan Karakter ALLAH

NAMA DAN KARAKTER ALLAH

Sangatlah beralasan kalau Dia menyatakan diriNya kepada kita. Kita percaya bahwa Alkitab adalah wahyuNya kepada manusia, dan di dalamnya terdapat penjelasan tentang karakter dari Allah. Jika kita menerapkan firman Allah dalm hidup kita, maka suatu ciptaan baru yang menggambarkan karakteristik dari Allah akan lahir (Yak. 1:18; II Kor. 5:17). Inilah sebabnya mengapa firman Allah disebut sebagai “BenihNya” (I Ptr. 1:23). Oleh karena itu semakin banyak firman Allah yang kita terapkan, maka kita akan semakin layak untuk menjadi anakNya (Rm. 8:29) yang mana adalah gambar yang sempurna dari Allah (Kol. 1:15). Disinilah gunanya mempelajari Alkitab, banyak studi kasus yang menerangkan tentang cara Allah waktu berurusan dengan manusia. Dia selalu menjelaskan karakteristikNya yang sama. Dalam bahasa Ibrani nama seseorang kadangkala mencerminkan karakteristik orang tersebut, contoh:

Yesus = Penyelamat
karena Dia yang menyelamatkan umatnya dari dosa-dosa mereka (Mat. 1:21)

Abraham = Bapa kumpulan besar
”bapa segala bangsa” (Kej. 17:5)

Hawa = Kehidupan
”karena dia adalah ibu dari semua yang hidup” (Kej. 3:20)

Simeon = Mendengar
”karena Allah telah mendengar, bahwa aku tidak dicintai, lalu diberikanNya pula anak ini kepadaku” (Kej. 29:33)

Yeremia 48:17, mengenal orang-orang moab ada hubungannya dengan mengetahui arti dari kata moab. Mazmur seringkali menghubungkan Allah dengan namaNya, firmanNya dan tindakanNya (Mzm. 103:1; 105:1; 106:1,2,12,13)

Berdasarkan keterangan itulah nama dan gelar Allah dapat memberikan informasi yang cukup tentang Dia. Karena begitu banyak aspek tentang karakteristik Allah dan tujuanNya, maka Allah mempunyai lebih dari satu nama. Untuk pembahasan tentang nama Allah lebih detail, sebaiknya dilakukan setelah pembaptisan. Menerapkan karakter Allah seperti yang dinyatakan dalam namaNya adalah yang harus kita lakukan terus menerus selama kita hidup. Berikut adalah pengenalan lebih lanjut tentang hal ini.

Ketilka Musa ingin mengenal lebih jauh tentang Allah demi menguatkan imannya selama masa yang mengguncangkan jiwanya di dalam hidupnya. Seseorang malaikat datang ”menyatakan nama Allah; Tuhan, Tuhan Allah penyayang dan pengasih, panjang sabar, berlimpah kasihNya dan setiaNya, yang meneguhkan kasih setiaNya kepada beribu-ribu orang, yang mengampuni kesalahan, pelanggaran dan dosa; tetapi tidaklah sekali-kali membebaskan orang yang bersalah dari hukuman” (Kel. 34:5-7).

Ini adalah bukti yang jelas bahwa nama Allah menggambarkan karakteristiknya dan juga sebagai bukti bahwa Dia adalah pribadi yang nyata, adalah tidak masuk akal bahwa suatu roh dapat memiliki karakteristik seperti ini tapi tidak nyata, karena karakter ini dapat juga diterapkan pada diri manusia walaupun tidak sempurna seperti Allah. Allah telah memilih nama yang khusus baginya supaya dapat dikenal umatNya, yang mana nama itu merupakan ringkasan dari tujuanNya.

Bangsa Israel diperbudak di mesir, dan harus diperingati bahwa mereka adalah bagian dari tujuan Allah. Musa diperintahkan untuk memberitahu nama Allah kepada mereka, sehingga dapat membantu memotivasi mereka untuk meninggalkan mesir dan memulai perjalanan mereka menuju tanah perjanjian (I Kor. 10:1). Kita harus mengetahui prinsip dasar Alkitab supaya mengerti sehubungan dengan arti nama Allah sebelum kita dibaptis dan memulai perjalanan menuju kerajaan Allah.

Allah telah memberitahu bangsa Israel bahwa namaNya adala Yahweh, artinya ”Aku adalah Aku”, atau lebih tepat lagi ”Aku akan menjadi apa yang Aku inginkan” (Kel. 3:13-15). Nama ini kemudian dipersingkat menjadi; ”Allah lebih jauh berfirman kepada Musa, beginilah kau katakan kepada orang Israel, Tuhan (Yahweh), Allah nenek moyangmu, Allah Abraham, Allah Ishak dan Yakub..., itulah namaKu untuk selamanya dan sebutanKu untuk turun temurun (Kel. 3:15)

Jadi, nama Allah adalah Tuhan Allah.

Perjanjian lama ditulis dalam bahasa Ibrani, pada waktu diterjemahkan ke dalam bahasa inggris, terjemahannya kurang akurat, sehingga kata ”Allah” tidak dapat diterjemahkan sebagaimana mestinya. Salah satunya adalah kata Ibrani ”Elohim” yang diterjemahkan sebagai ”Allah”, yang berarti ”yang perkasa”. Nama Allah yang dia ingin kita untuk mengingatnya adalah;

YAHWEH ELOHIM

artinya,

DIA AKAN DINYATAKAN DI DALAM SUATU KELOMPOK YANG PERKASA

Oleh karena itu Allah bertujuan untuk menyatakan karakterNya dan sifat-sifatNya kepada sejumlah besar manusia. Dengan ketaatan pada firmanNya, kita dapat menerapkan beberapa dari karakteristik Allah sekarang ini, sehingga Allah dapat menyatakan diriNya di dalam kita, walaupun kita tidak sempurna. Nama Allah juga merupakan suatu nubuat mengenai masa yang akan datang dimana bumi akan dipenuhi engan orang-orang yang seperti Dia baik secara karakter maupun secara fisik. (II Ptr. 1:4) Jika kita ingin turut serta dalam rencana Allah ini dan menjadi seperti Dia yang abadi, maka kita harus bersatu di dalam namaNya. Yaitu dengan cara dibaptis dalam nama Yahweh Elohim (Mat.28:19), hal ini juga akan menjadikan kita sebagai keturunan Abraham (Gal. 3:27-29) yang akan mewarisi bumi (Kej. 17:8, Rm. 4:13) Suatu kelompok dari yang perkasa (ELOHIM) sebagaimana telah dinubuatkan di dalam Nama Allah akan digenapi.

Minggu, 20 Februari 2011

Kepribadian Allah

KEPRIBADIAN ALLAH
Tema yang agung dari Alkitab adalah Allah dinyatakan benar-benar ada, suatu pribadi yang nyata, dengan bentuk fisik yang nyata. Telah menjadi ajaran pokok Kristen bahwa Yesus adlah Anak Allah. Jika Allah bukan suatu pribadi fisik yang nyata, mustahil Dia mempunyai anak yang menjadi gambaran dari diriNya (Ibrani. 1:3). Selanjutnya, akan menjadi sulit untuk membentuk suatu kepribadian yang berhubungan dengan Allah. Jika “Allah” hanyalah suatu konsep di dalam pikiran, suatu roh yang berada di suatu tempat di ruang angkasa. Tragis sekali, kebanyakan agama mengajarkan Allah bukanlah suatu yang nyata secara fisik, konsep Allah yang tidak nyata.

Allah tentu saja lebih besar dari kita, sangat tidak dimengerti kepercayaan banyak orang yang menolak keras janji yang sungguh benar bahwa kita pada akhirnya akan melihat Allah. Kurangnya iman membuat orang Israel tidak dapat melihat Allah. (Yoh. 5:37), dengan jelas menunjukkan bahwa Dia mempunyai bentuk fisik yang nyata. Iman tumbuh dari pengetahuan tentang Allah dan percaya kepada firmanNya.

“Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah” (Mat. 5:8)

“Hamba-hambaNya akan beribadah kepadaNya, dan mereka akan melihat wajahNya, dan namaNya akan tertulis di dahi mereka (Why. 22:3,4)

Suatu janji yang indah, jika kita sungguh mempercayainya, akan sangat berpengaruh pada kehidupan kita;

“Berusahalah hidup dengan damai semua orang dan kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorangpun akan melihat Tuhan” (Ibr. 12:14)

Kita tidak boleh bersumpah karena, “Dan barang siapa bersumpah demi surga, ia bersumpah demi takhta Allah, dan juga demi Dia yang bersemayam di dalamnya” (Mat. 23:22), ini omong kosong jika Allah bukan suatu yang mempunyai bentuk fisik.

“kita akan melihat Dia dalam keadaanNya yang sebenarnya. Setiap orang yang menaruh pengharapan itu kepadaNya, menyucikan diri sama seperti Dia yang adalah suci. (I Yoh. 3:2,3)

Dalam kehidupan ini, pengetahuan kita tentang Bapa Surgawi sangatlah tidak lengkap, tapi pada akhirnya kita akan bertemu dengan Dia. Apa yang kita lihat secara fisik sama dengan apa yang kita pahami secara rohani tentang Dia. Dalam keadaan menderita Ayub bangga dengan hubungannya yang dekat dengan Allah, karena pada akhirnya dia paham akan pengetahuan tentang Allah.

“Juga sesudah kulit tubuhku sangat rusak, tanpa dagingku pun aku akan melihat Allah, yang aku sendiri akan melihat memihak kepadaku; mataku sendiri menyaksikanNya dan bukan orang lain. Hati sanubariku merana karena rindu” (Ayb. 19:26,27)

Dan Rasul Paulus menjerit di tengah kehidupan yang penuh penderitaan dan kekacauan ini:

“Karena sekarang kita melihat dalam cermin suatu gambaran yang samar-samar, tetapi nanti kita akan melihat muka dengan muka” (I Kor. 13:12)

Fakta-fakta yang mendukung dari Perjanjian Lama

Janji-janji di dalam perjanjian baru adalah berdaasrkan perjanjian lama yang juga menjelaskan tentang suatu pribadi, Allah yang nyata. Tidak bisa dipaksakan bahwa adalah suatu ajaran pokok untuk menghargai keilahian Allah jika kita mempunyai suatu pengertian yang baru tentang apa yang menjadi suatu dasar kepercayaan berdasarkan Alkitab. Perjanjian lama dengan konsisten menjelaskan tentang Allah sebagai suatu pribadi; hubungan antar pribadi dengan Allah sebagaimana dijelaskan di dalam perjanjian lama dan perjanjian baru adalah suatu hubungan yang unik, yang diharapkan oleh semua orang kristen. Berikut ini adalah argumen-argumen yang kuat bahwa Allah itu suatu pribadi yang nyata:

§ ”Allah berfirman, marilah kita menjadikan manusia sesuai dengan gambar dan rupa kita” (Kej. 1:26) demikianlah manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah, seperti yang dimanifestasikan juga kepada Malaikat. Yakobus 3:9 berbicara tentang ”...manusia yang diciptakan menurut rupa Allah”. Ayat-ayt ini tidak dapat diartikan secara rohani, karena secara alami pikiran kita jauh berbeda dengan Allah dan bertentangan dengan kemulianNya; ”rancanganKu bukan rancanganmu, jalanKu bukan jalanMu” (Yes. 55:8,9). Oleh karena itu gambar dan rupa menurut Allah pastilah diartikan secara fisik. Ketika para malaikat menampakkan diri mereka di permukaan bumi, mereka dijelaskan menyerupai seorang manusia (dengan tidak diduga Abraham melayani mereka, karena dia mengira mereka adalah manusia biasa). Penciptaan kita menurut rupa Allah dapat disimpulkan sebagai suatu penciptaan yang berdasarkan dari suatu bentuk/rupa. Jadi, Allah , yang serupa dengan kita bukanlah suatu roh yang tidak dapat kita bayangkan bentuknya.

§ Para malaikatpun merupakan gambaran dari Allah. Demikian Allah berfirman kepada Musa, ”berhadap-hadapan Aku berbicara dengan dia, terus terang, bukan dengan teka-teki, dan ia memandang rupa Tuhan” (Bil. 12:8). Musa mendapat perintah dari seorang malaikat yang mewakili nama Allah (Kel. 23:20,21). Jika rupa malaikat disamakan dengan Allah, berarti Allah mempunyai bentuk yang sama dengan Malaikat (walaupun tubuhnya lebih dari sekedar darah dan daging, tapi serupa dengan bentuk luar tubuh manusia). ”Allah berbicara kepada Musa berhadap-hadapan, seperti berbicara dengan seorang ashabat” ( Kel. 33:11; Ul. 34:10). Allah memanifestasikan rupaNya secara fisik pada malaikat-malaikatnya.

§ ”Dia mengenal kita” (Mzm. 103:14), Dia ingin kita mengetahui bahwa Dia adalah pribadi yang nyata, Bapa dari segalanya. Ini akan menjelaskan dari berbagai referensi ayat-ayat yang menyatakan tangan Allah, lengan, mata, dll. Jika kita menolak Allah sebgai suatu pribadi yang nyata, maka referensi ayat-ayat ini menyesatkan dan tidak berguna untuk diajarkan.

§ Keterangan-keterangan yang menjelaskan tentang adanya takhta Allah dengan jelas mengindikasikan bahwa ”Allah” mempunyai tempat kediaman: ”Allah ada di surga” (Pkh. 5:1), ”Ia memandang dari ketinggianNya yang kudus, Tuhan memandang dari sorga ke bumi” (Mzm. 102:19,20); ”Maka engkau kiranya mendengarkannya di sorga, tempat kediamanMu yang tetap” (I Raj. 8:39). Lebih spesifik lagi kita baca bahwa Allah mempunyai takhta (II Taw. 9:8, Mzm. 11:4, Yes. 6:1, 66:1) sangat sulit untuk mengartikan sesuatu yang tidak terdefinisikan berada entah dimana di dalam surga. Allah berfirman, akan ”turun ke bawah” sewaktu Dia akan memanifestasikan diriNya, ”turun ke bawah” diartikan sebagai tempat Allah berasal, yaitu surga. Sulit sekali untuk memahami manifestasi Allah tanpa mengetahui rupaNya.

§ Yesaya 45 menjelaskan banyak hal tentang keterlibatan Allah dengan umatNya; ”Akulah Allah, dan tidak ada yang lain...,Akulah Allah yang melakukan semua ini..., Akulah Allah yang telah menciptakannya. Celakalah orang yang berbantah dengan pembentuknya..., Aku, tanganKulah yang membentangkan langit..., Berpalinglah kepadaKu dan biarkanlah dirimu diselamatkan hai ujung-ujung bumi”. Kalimat terakhir, menunjukkan keberadaan Allah sebagai suatu pribadi. Dia menginginkan seluruh manusia untuk berpaling kepadaNya, mengetahui keberadaanNya secara fisik dengan mata iman.

§ Telah dinyatakan kepada kita bahwa Allah adalah Allah maha pengampun yang berbicara kepada manusia. Pengampunan hanya bisa dilakukan oleh suatu pribadi, dan dilakukan secara rohaniah. Daud adalah orang yang berkenan di hati Allah (I Sam. 13:14), menjelaskan bahwa Allah mempunyai hati, yang bisa dipahami dengan terbatas oleh manusia, walaupun manusia secara alami tidak mempunyai hati seperti yang dimiliki Allah. Firman yang berbunyi, ”Ia telah menjadikan manusia di bumi, dan hal itu memilukan hatiNya (Kej. 6:6) menunjukkan bahwa Allah mempunyai perasaan, sesuatu yang nyata, daripada suatu roh yang yang berada di udara. Hal ini membantu kita untuk mengetahui bagaimana kita dapat menyenangkan dan tidak menyenangkan Dia, seperti yang dilakukan seorang anak kecil kepada ayahnya.

Jika Allah bukanlah suatu pribadi

Jika Allah tidak nyata, sebagai suatu pribadi, maka konsep kerohanian akan sulit untuk dijelaskan. Jika Allah sungguh mulia tapi tidak berbentuk, maka sulit bagi kita untuk mengerti manifestasinya dalam kehidupan manusia. Kekeliruan susunan kristen dan yudaism dalam memahami bahwa Allah masuk ke dalam hidup kita melalui roh kudus, yang pada suatu waktu akan membuat kita memiliki kerohanian seperti Allah. Sebaliknya, sekali kita percaya bahwa ada suatu pribadi yang nyata yang disebut Allah, maka kita dapat menirunya dengan cara melaksanakan firmanNya sebagai gambaran dari sifat-sifatNya dalam kehidupan kita.

Adalah menjadi tujuan Allah untuk menyatakan diriNya kepada banyak orang demi kemulianNya. NamaNya, Yahweh Elohim, mempunyai arti (Dia akan menjadi perkasa, mungkin diterjemahkan seperti itu). Jika keberadaan Allah tidak nyata, maka upah dari kebenaran adalah kehidupan sebagai suatu roh seperti Allah. Tapi dijelaskan bahwa mereka yang mendapat upah dari kebenaran yaitu hidup di dalam kerajaan Allah, merka mempunyai keberadaan secara fisik, meskipun tidak lagi mempunyai kelemahan-kelemahan manusia seperti sebelumnya. Ayub menunggu ”hari itu” dimana tubuhnya akan dibangkitkan (Ayb. 19:25-27); Abraham juga termasuk diantara mereka yang tidur di dalam debu tanah yang akan dibangkitkan untuk hidup sampai selamanya. (Dan. 12:2) sehingga dia dapat menerima janji warisan tanah kanaan, secara fisik lokasinya berada di bumi (Kej. 17:8). Orang-orang yang saleh akan bersorak-sorai dengan girang...biarlah mereka bersorak-sorai diatas tempat tidur mereka...dan melakukan pembalasan terhadap bangsa-bangsa (Mzm. 132:16, 149:7). Orang yahudi dan bangsa-bangsa yang lain, gagal dalam memahami kalimat ini. Seperti yang dilakukan juga oleh orang-orang yang bukan yahudi yang mendapat bagian dari perjanjian Abraham, telah mengajarkan suatu jiwa yang tidak berkematian sebagai bagian dari kehidupan manusia. Suatu pemikiran yang sama sekali tidak didukung oleh Alkitab. Allah abadi, mulia, dan dia bertujuan untuk menarik semua orang masuk ke dalam kerajaanNya di masa depan yang akan didirikan di bumi.

Orang-orang yang benar akan mewarisi kodrat ilahi (II Ptr. 1:4), jika Allah bukan suatu pribadi, ini berarti kita akan hidup sebagai roh yang tidak berbentuk, tapi ini bukan ajaran dari Alkitab. Kita akan diberikan tubuh seperti yang dimiliki Yesus (Flp. 3:2,1) dan kita tahu bahwa kita akan memiliki tubuh secara fisik di dalam kerajaan Allah yang mana memiliki tangan, mata, dan telinga (Zak. 13:6, Yes. 11:3). Oleh karena itu, doktrin kepribadian Allah sesuai dengan Injil Kerajaan.

Seharusnya sudah jelas bahwa suatu konsep pelayanan, agama, atau hubungan pribadi dengan Allah, tidak akan mungkin terjadi jika tidak mengakui keberadaan Allah sebagai suatu pribadi yang nyata. Karena kita adalah gambaranNya secara fisik, walaupun tidak sempurna kita harus melaksanakan apa yang telah diajarkan firmanNya yang merupakan gambaranNya secara rohani supaya kita betul-betul mencerminkan gambar dan rupa Allah di dalam Kerajaan Allah. Banyak sekali ayat yang menjelaskan bahwa Allah yang penuh kasih menghukum kita seperti yang dilakukan seorang ayah kepada anaknya (Ul. 8:5). Dalam konteks penderitaan Kristus, dijelaskan bahwa ”adalah kehendak Tuhan untuk meremukkannya” (Yes. 53:10), meskipun dia berteriak kepada Allah; Ia mendengar suaraku...teriakku minta tolong kepadaNya sampai ke telingaNya (Mzm. 18:7). Allah berjanji kepada Daud bahwa keturunannya akan menjadi anakNya melalui suatu kelahiran yang menakjubkan. Jika Allah bukanlah suatu pribadi, maka Dia tidak akan memperanakkan seorang anak. Pengertian yang benar tentang Allah adalah kunci untuk memahami hal-hal penting lainnya dari doktrin Alkitab. Tapi, karena dusta demi dusta, maka jadilah konsep Allah yang bertentangan dengan tulisan-tulisan kudus. Jika anda merasa topik ini sudah jelas, maka pertanyaan berikutnya adalah ”Apakah anda sungguh mengenal Allah?”

Minggu, 13 Februari 2011

Keberadaan Allah

 Keberadaan Allah
“Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari dia. (Ibr. 11:6). Tujuan dari pelajaran ini adalah untuk membantu bagi yang ingin mendekat kepada Allah, dengan terlebih dahulu harus mempercayai bahwa Allah ada. Oleh karena itu kita tidak akan membahas tentang fakta-fakta yang mendukung keberadaan Allah. dengan memeriksa struktur tubuh yang rumit (Mzm. 139:14). 

Pertumbuhan suatu bunga yang dapat kita lihat dengan jelas sekali, kita dapat melihat langit yang luas dan tak berujung pada malam yang cerah, hal-hal ini dan hal-hal lain di dalam kehidupan yang dirancang dengan begitu cermat, tentu akan mengherankan bagi golongan atheis. Untuk percaya bahwa Allah tidak ada, dibutuhkan suatu keyakinan yang teguh daripada mempercayai bahwa Allah ada. Tanpa Allah, tidak akan ada perintah, tujuan, atau penjelasan tentang akhir dari alam semesta ini. Dan yang terjadi adalah seperti yang dicerminkan di dalam kehidupan seorang atheis. Menyikapi masalah ini tidaklah mengejutkan jika banyak orang mengakui dengan sungguh tentang keberadaan Allah. Bahkan di dalam lingkungan sosial, dimana materialisme telah menjadi ”Allah” bagi banyak orang. Tetapi, ada perbedaan yang luas antara percaya bahwa ada kekuasaan tertinggi dengan percaya bahwa Allah akan memberikan upah bagi yang mencarinya. Ibr. 11:6 menjelaskan; kita harus percaya bahwa Allah ada  DAN bahwa Allah memberi upah kepda orang yang sungguh-sungguh mencari Dia.

Banyak keterangan di dalam Alkitab yang menceritakan sejarah Allah orang Israel; berulang kali dijelaskan bahwa kepercayaan mereka akan keberadaan Allah tidak sesuai dengan kepercayaan mereka akan janji-janji Allah. Mereka telah diperingati oleh Musa, pemimpin mereka ”Sebab itu ketahuilah pada hari ini dan camkanlah, bahwa Tuhanlah Allah yang di langit di atas dan di bumi di bawah, tidak ada yang lain. Berpeganglah pada ketetapan dan perintahNya yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, supaya baik keadaanmu dan keadaan anak-anakmu yang kemudian, dan supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan Tuhan, Alahmu, kepadamu untuk selamanya.” (Ul. 4:39,40) Demikian juga yang terjadi pada saat ini, kita mengakui keberadaan Allah tapi, bukan berarti kita menerima Allah. Jika kita sungguh-sungguh setuju bahwa kita mempunyai pencipta, kita harus ”berpegang pada ketetapan dan perintahNya”. Inilah tujuan pelajaran ini, untuk menjelaskan apa saja perintah Allah dan bagaimana untuk melaksanakannya. Seiring dengan penyelidikan kita di dalam tulisan kudus tentang bagaimana cara melaksanakannya, maka iman kita akan semakin kuat sehubungan dengan keberadaan Allah.

”Iman timbul karena mendengarkan firman Allah” (Rm. 10:17)

Yesaya 43:9-12 menjelaskan tentang nubuat-nubuat Allah mengenai masa depan yang akan membuat kita mengakui bahwa ”Akulah Dia” (Yes. 43:13). Nama Allah adalah ”Aku adalah Aku” (Kel. 3:14). Ketika Rasul Paulus datang ke Berea, sekarang terletak di sebelah utara Yunani. Seperti biasanya dia memberitakan Injil (kabar baik) Allah; tetapi orang-orang disana tidak menerimanya begitu saja apa yang telah Paulus ajarkan. Mereka menerima firman (dari Allah, bukan Paulus) dengan rendah hati dan menyelidiki tulisan-tulisan kudus setiap hari, untuk mengetahui apakah benar demikian, banyak dari antara mereka yang menjadi percaya (Kis. 17:11,12). Mereka percaya karena pikiran mereka yang terbuka, dengan rutin (setiap hari) dan menurut urutannya (hal-hal yang diajarkan) diselidiki di dalam tulisan-tulisan kudus. Allah tidak memberikan iman yang benar secara tiba-tiba kepada seseorang, seperti suatu pencangkokan hati secara rohani. Hal demikian tidak selaras dengan firman Allah. Jadi, bagaimana dengan orang-orang yang mengikuti jalan perang salib Billy Graham atau kebangkitan Pantekosta yang berkumpul kembali sebagai ”orang-orang yang percaya?” Seberapa seringkah mereka menyelidiki Alkitab? Mengapa banyak yang mengundurkan diri dari gerakan penginjilan? Kurangnya pemahaman terhadap Alkitab mengakibatkan seseorang berpindah-pindah dari suatu ajaran ke ajaran yang lain.

Pelajaran ini menyediakan suatu pola yang sistematis dalam mempelajari Alkitab. Hubungan antara mendengarkan injil yang benar dengan mempunyai iman yang benar sering dijelaskan di dalam ajaran injil:

* ”Banyak orang-orang di Korintus yang mendengarkan, menjadi percaya dan dibaptis” (Kis. 18:8)

* Bangsa-bangsa ”mendengarkan injil dan menjadi percaya” (Kis. 15:7)

* ”Demikianlah kami mengajar dan demikianlah kamu menjadi percaya” (I Kor. 15:11)

* Inilah arti perumpamaan itu ”Benih” itu ialah firman Allah (Luk. 8:11); sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sawi saja (Luk. 17:6), menjelaskan bahwa iman tumbuh karena ”firman iman” (Rm. 10:8), ”iman dan ajaran yang sehat” (1 Tim. 4:6), hati yang menerima Allah dan firmanNya (Gal. 2:2, Ibr. 4:4)

* Rasul Yohanes dalam catatannya tentang Tuan kita, menjelaskan ”Dia berkata yang benar (kebenaran) supaya kamu percaya” (Yoh. 19:35). FirmanMu adalah Kebenaran (Yoh. 17:17) supaya kita percaya.

Minggu, 06 Februari 2011

Yesus Kristus Allah Maha Besar

“Dan Yesus makin bertambah besar dan bertambah hikmatNya dan besarNya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia” ( Lukas 2:52)

Pada ayat di atas telah menjelaskan mengenai pertumbuhan Yesus, baik secara jasmani maupun secara rohani. Dari penjelasan di atas akan membawa kita untuk memiliki gambaran tentang Yesus yang tidak hanya sebagai bayi saja, di mana tidak ada sesuatu yang dapat diperbuat, atau hanya berhenti sampai umur 12 tahun saja, yang mana pada waktu itu Ia sudah dikagumi oleh banyak orang karena hikmatNya. Padahal jika kita membaca kitab Kejadian sampai dengan Wahyu yang terdiri dari 66 kitab, maka kita akan temukan keberadaan tentang Yesus, meskipun waktu maupun penulisannya berbeda, tetapi RohNya sama (Roh Allah).

Sedangkan apabila kita memiliki gambaran Yesus sebagai nabi, maka kita hanya akan mendapatkan berkat nabi saja. Kalau kita menggambarkan Yesus sebagai Rasul saja, maka kita hanya mendapatkan gambaran pelayanan Yesus sebagai Rasul saja. Tetapi apabila kita tahu bahwa Yesus adalah Tuhan Yang Mahakuasa, maka kita telah menerima segala-galanya, karena Dia adalah sumber dari segala sesuatu.

Dalam surat rasul Paulus (Kolose 1:15-20) ini telah menunjukkan sejauh mana pengenalannya terhadap Yesus, walaupun Paulus sendiri tidak pernah bergaul dengan Yesus secara langsung, tetapi dia mendengar tentang Yesus dan bertemu secara pribadi dengan Yesus ketika sedang melakukan perjalanan ke Damsyik. Ia termasuk seorang ahli Taurat yang mengganggap bahwa Yesus adalah orang yang murtad karena menyamakan diriNya dengan Tuhan. Sehingga pada saat itu Paulus menghadap Imam Besar yaitu meminta surat kuasa untuk di bawa ke majelis-majelis Yahudi di Damsyik, supaya ketika ia ke Damsyik dan menemukan baik laki-laki maupun perempuan-perempuan yang mengikuti jalan Tuhan, maka Paulus punya wewenang untuk menangkap dan memasukkannya ke dalam penjara. Tetapi apa yang terjadi? Di tengah perjalanan, tiba-tiba ada cahaya dari langit, sehingga Paulus sempat mengalami buta beberapa waktu lamanya.

Dan dalam alam roh ia melihat Yesus bukan sekedar nabi, tetapi Allah yang mewujudkan diriNya dalam Yesus. Sehingga sejak itu Paulus mendapatkan gambaran yang sempurna tentang Yesus. Sebab itu ia dapat melakukan perkara-perkara yang besar. Dan pada akhirnya Paulus mendapat karunia untuk dapat melangkah melayani Tuhan dengan penuh resiko yang besar. Resiko yang diambil Paulus mendatangkan  mujizat yang luar biasa.

Dan kita melihat beberapa contoh keberadaan Yesus, yaitu dari kitab Kejadian sampai Wahyu. Dalam Kitab Kejadian menceritakan bahwa Yesus sebagai Pencipta; dan hal ini dapat kita ketahui melalui Injil Yohanes 1:1. Dan ayat selanjutnya juga menjelaskan bahwa segala sesuatu dijadikan oleh firman dan firman itu menjadi manusia yaitu pada ayat 14.

Memang untuk mendapatkan gambaran tentang Yesus tidaklah mudah, karena kita hidup lebih banyak dikuasai oleh rasio. Saat ini kita harus memiliki pandangan bahwa Tuhan Yesus itu besar (pribadi yang sempurna).

Dia adalah Sang Pencipta. Dalam kitab Keluaran Yesus digambarkan sebagai Sang Penebus, yang telah membawa ke luar umat pilihan Allah dari segala belenggu dan perbudakkan (dosa). Dan dalam kitab Imamat berbicara tentang Yesus sebagai Anak Domba yang disembelih (dikorbankan). Di mana darah Yesus tercurah untuk menebus dosa kita, supaya kita menjadi manusia yang baru. Lalu kitab Bilangan berbicara tentang Yesus sebagai Penolong dan telah mengangkat kita dari lumpur dosa. Kitab Ulangan berbicara tentang hukum Tuhan yang disampaikan secara berulang-ulang dengan tujuan supaya bangsa Israel memiliki karakter yang tidak melanggar sepuluh Hukum Tuhan. Karena apabila hal ini mereka lakukan maka sumpah Allah kepada Abraham akan segera mereka alami sampai kepada kita.

Paulus menggambarkan kebesaran Yesus (Efesus 6:17). Jadi perlu kita ketahui dan pahami, bahwa apabila kita memiliki gambaran tentang Yesus yang besar, maka segala sesuatu yang kita lakukan atau kerjakan akan terjadi sesuai dengan kebesaran Tuhan