Minggu, 30 Januari 2011

HIDUP DALAM LINDUNGAN TUHAN

Ayat Bacaan: Mazmur 91:1-16

Yang mendasari Raja Daud menulis dalam pasal ini, adalah kehidupan Musa yang membawa bangsa Israel ke luar dari Mesir, bagaimana Allah melindungi bangsa Israel. Di mana Allah telah bersumpah melindungi Abraham dan seluruh keturunannya, termasuk diri kita yang merupakan keturunan Abraham, sebab kita telah percaya pada Kristus. Perlindungan Allah diberikan mutlak kepada umat pilihanNya. Dan dalam pasal 91, Daud menulis Mazmur sebagai bukti perlindungan Tuhan.

Dalam Mazmur 91 terbagi menjadi 3 bagian:
Yang pertama (ayat 1-2)
Ayat tersebut terdapat kata-kata “Yang kupercayai”, ini menunjukkan iman daripada Daud. Firman ini ditulis tahun 1010 sebelum masehi. Dan kita percaya bahwa firman Allah tidak berubah dari dulu sekarang dan sampai selamanya. Kalau raja Daud pada waktu itu dilindungi oleh Allah karena percaya, dan apabila kita ingin mendapatkan perlindungan Allah maka kita harus memiliki iman, karena iman merupakan dasar dalam kehidupan kita (Ibrani 11:1). Oleh karena itu jangan kita kuatir dan takut menjalani hidup ini.

Yang Kedua (Ayat 3-13)
Karena Daud berharap maka Allah membuktikan perlindunganNya. Perlu kita perhatikan pada ayat 7-13 terdapat kata-kata “akan”. Yang mana kata ini menunjukkan suatu pernyataan daripada Tuhan yang akan menjadi suatu kenyataan dalam kehidupan orang-orang percaya yang memiliki suatu pengharapan. Pernyataan Allah ini luar biasa, sebab pernyataan Allah ini benar-benar mutlak untuk melindungi kita semua. Memang perkataan”akan” adalah sesuatu yang belum terjadi oleh karena itu hidup kita harus penuh dengan pengharapan. Janji Tuhan untuk Abraham dimuati dengan pengharapan Abraham kepada Tuhan sampai pada akhirnya Abraham mendapatkan apa yang dijanjikan Tuhan kepadanya dengan disertai sumpah (Ibrani 6:13-20). Tuhan tidak pernah lalai akan janjiNya. Oleh sebab itu tetaplah berharap kepada Tuhan sebab pengharapan itu seperti sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita yang dilabuhkan sampai di belakang tabir. Mungkin ada pertanyaan apa yang di belakang tabir? Adalah Allah, sebab di belakang tabir adalah ruang maha suci, dan tabir itu merupakan hadirat Allah. Saudara kalau kita percaya akan hal ini, maka iman dan pengharapan kita akan menjangkau hadirat Tuhan. Kita tidak sekedar menjangkau dan menyentuh hati Tuhan, tetapi kita percaya dan berharap bahwa Allah akan melindungi kita. Jadi bukan sekedar percaya saja tetapi lebih lagi mempunyai pengharapan.

Dan dalam ayat 3 terdapat kata “jerat penangkap burung” (kuasa kegelapan), dan dalam ayat selanjutnya ayat 5-8, yang dimaksud ayat ini yaitu: bahwa segala sesuatu (malapetaka) boleh terjadi namun sekali-kali tidak akan menimpa kita termasuk keluarga kita, sebab Tuhan ialah tempat perlindungan kita dan Yang Mahatinggi telah menjadi tempat perteduhan kita (Mazmur 91:9-12). Dan ayat 13 berbicara tentang spirit, perlu kita ketahui bahwa roh jahat tidak bisa kita lawan dengan fisik, tetapi syukur bahwa dunia roh yang digambarkan sebagai ular tedung, singa, dan ular naga yang mengganggu kita akan dikalahkan, sebab malaikat Tuhan telah diperintahkan untuk melindungi kita. Saudara spirit harus dilawan dengan spirit, dan kita percaya siapa yang ada di pihak Allah pasti akan menang.

Yang ketiga (ayat 14-16).
Dengan pengalaman ini, hati Daud melekat dan mengasihi Allah, karena ia benar-benar membuktikan perlindungan Allah dinyatakan dalam hidupnya. Bagian ketiga terdapat suatu muatan kasih, di mana Mazmur 91:14, dikatakan “Sungguh hatinya melekat kepadaKu, maka Aku akan meluputkannya, Aku akan membentenginya, sebab ia mengenal namaKu’. Arti kata melekat ini adalah : suatu muatan kasih. Bahkan dalam Kidung Agung digambarkan bahwa kekutan kasih/cinta itu seperti maut (Kidung Agung 8:6). Oleh karena itu mari kita mengasihi Tuhan lebih sungguh-sungguh lagi. Sebab selain kita mendapatkan perlindungan dari Tuhan, kita akan mendapat jawaban dari Tuhan atas segala sesuatu yang kita harapkan. Dan Diapun menyertai kita dalam kesesakan dan bahkan meluputkan kita dari malapetaka serta memuliakan kita, dan di samping itu Allah akan memberikan panjang umur disertai kebahagiaan (Mazmur 91:15-16).

Kamis, 27 Januari 2011

Ciri-ciri rohani yang masih kanak-kanak

1 Korintus 13 : 11 Ketika aku kanak-kanak, aku berkata-kata seperti kanak-kanak, aku merasa seperti kanak-kanak. Sekarang sesudah aku menjadi dewasa, aku meninggalkan sifat kanak-kanak.

Siapa yang tidak menyenangi kehadiran seorang anak kecil? Setiap orang dewasa pasti suka pada kehadiran anak kecil yang lucu, dengan celoteh dan tingkah polos dan nakalnya. Namun lambat laun anak kecil ini akan menjadi dewasa, dan segala celoteh serta tingkah lakunya akan berubah menjadi orang dewasa.
Masa sekarang ini ternyata masih ada saja yang disebut kristen kanak-kanak. Kerohaniannya tidak berkembang dewasa. Sedangkan usianya sudah dewasa. Jika ditilik dari lamanya menjadi kristen ia seharusnya sudah menajdi seorang pengajar. Namun sangat disayangkan ternyata sikapnya masih seperti kanak-kanak, juga segala perkataannya. Kita mau melihat beberapa ciri kanak-kanak.

1. EGOIS dan MUDAH MARAH. Ingin selalu dinomor satukan. Ingin selalu difokus melebihi orang lain. Jika merasa tidak diperhatikan, maka akan kesal dan marah. Dalam hidup berjemaat masih ada yang seperti ini. Gembala/hamba Tuhan tidak menyapanya, ia langsung marah dan tersinggung. Pengerja ada sedikit tidak memuji dia , sudah merasa tersinggung dan tersisih. Lalu mulailah mencari alasan untuk tidak beribadah dan tidak ikut pertemuan ibadah.

2. HANYA SUKA YANG MANIS. Kanak-kanak suka sekali segala yang manis. Kristen kanak-kanak hanya suka mendengar berita Firman yang manis ditelinga, jika hambaNYA mulai memberitakan yang lebih keras dan pahit, langsung merasa dirinya tersinggung, dan mengganggap dialah yang dituju dan disindir. Lalu mulai marah dan merasa tidak senang.

3. BERKATA-KATA TANPA DIPIKIRKAN LEBIH DAHULU. Celoteh kanak-kanak sangat polos dan memang tidak dipikirkan dahulu, sebab jiwanya masih belum dewasa. Beberapa orang kristen juga melakukan hal ini. Berkata-kata dengan tanpa dipikirkan, hingga mengeluarkan perkataan yang tidak membangun sesama. Bahkan cenderung menjatuhkan dan bergosip. Tidak dapat mengekang lidahnya.

4. SOMBONG. Kanak-kanak masih memiliki jiwa sombong, misalnya, masih suka memamerkan mainan miliknya pada teman-temannya dan berkata bahwa miliknya selalu yang terbaik. Kristen kanak-kanak juga demikian, merasa dirinya memiliki segalanya, menyombongkan diri dengan segala keberadaannya, segala kemampuannya. LUPA BAHWA SEMUA YANG ADA PADANYA ADALAH DARI TUHAN DAN OLEH KARENA TUHAN.

Inilah sedikit gambaran sifat kanak-kanak. Jika kita tidak mau meninggalkan sifat kanak-kanak ini, maka kerohanian tetap kerdil. Selamanya tidak akan menjadi kristen dewasa. Lalu bagaimana bisa menjadi mempelai Kristus jika masih kanak-kanak? KRISTUS HANYA INGIN MEMPELAI YANG DEWASA. MARI KITA TINGGALKAN KRISTEN YANG BERSIFAT KANAK-KANAK. JADILAH DEWASA.

Minggu, 16 Januari 2011

Kasih Tuhan pada keluarga

“Sebab pada awal dunia Allah menjadikan manusia laki-laki dan perempuan, sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu apa yang telah dipersatukan Allah tidak boleh diceraikan manusia”. (Markus 10:6-9).

Pada mulanya Allah menciptakan Adam, lalu Allah memberikan teman hidup kepada Adam sebagai penolong yaitu Hawa seperti yang tertulis dalam Kejadian 2:18. Setelah Allah memberikan seorang penolong kepada Adam, maka terciptalah suasana yang harmonis di antara mereka berdua. Tetapi sayang, oleh karena mereka telah melanggar perintah Allah, maka mereka jatuh dalam dosa. Dan sejak saat itu mulailah terjadi perdebatan di antara mereka, di mana Adam tampak lebih dominan dibanding dengan Hawa.

Keadaan seperti ini bukankah sering kita dapati dalam kehidupan sehari- hari? Di mana banyak terdapat keluarga yang pada awalnya tampak harmonis, tetapi diakhiri dengan pertikaian sampai pada perceraian. Hal demikian sangat tidak dikehendaki oleh Allah, sebab ketika terjadi pertikaian dalam keluarga kita, maka perlindungan Allah mulai lepas dan iblis akan masuk dalam kehidupan rumah tangga kita. Ada 3 hal penting yang harus kita pahami supaya perlindungan Allah tetap berlaku dalam kehidupan rumah tangga kita:

1. Memiliki Hak Yang Sama
Dalam sejarah dunia yang di mulai dari Adam dan Hawa telah terjadi suatu perdebatan, di mana mereka saling menyalahkan dan merendahkan, terutama pada diri Adam. Seolah-olah Adam lebih dominan dan derajatnya lebih tinggi dibanding dengan Hawa. Memang, “seorang laki-laki tidak berasal dari perempuan, tetapi perempuan berasal dari laki-laki. Dan laki- laki tidak diciptakan karena perempuan, tetapi perempuan diciptakan karena laki-laki. Sebab itu, perempuan harus memakai tanda wibawa di kepalanya oleh karena para malaikat.” (1 Korintus 11:8-10). Tetapi bukan berarti laki- laki bersifat dominan atau lebih tinggi derajatnya dibanding dengan wanita, sebab dalam ayat berikutnya dikatakan : “Namun demikian, dalam Tuhan tidak ada perempuan tanpa laki-laki dan tidak ada laki-laki tanpa perempuan. Sebab sama seperti perempuan berasal dari laki-laki, demikian pula laki-laki dilahirkan oleh perempuan; dan segala sesuatu berasal dari Allah.” Jadi kedua- duanya memiliki hak yang sama dan tidak ada yang lebih dominan di antara mereka. Jikalau di antara mereka saling dominan maka saat itu iblis mulai bekerja untuk memecah belah rumah tangga. Berapa banyak suami-suami yang bersikap dominan terhadap isterinya, karena merasa bahwa dialah yang memberikan nafkah dalam rumah tangga, sehingga hidupnya mulai sembarangan? Berapa banyak suami-suami yang tidak mau mendengarkan nasihat dari isteri, karena dia merasa sebagai kepala rumah tangga? Saudara, firman Tuhan mengingatkan dengan tegas: “Hendaklah suami memenuhi kewajibannya terhadap isterinya, demikian pula isteri terhadap suaminya. Isteri tidak berkuasa atas tubuhnya sendiri, tetapi
suaminya, demikian pula suami tidak berkuasa atas tubuhnya sendiri, tetapi isterinya.” (1 Korintus 7:3-4). Dan di dalam 1 Petrus 3:7 juga dikatakan: “ Demikian juga kamu, hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan isterimu, sebagai kaum yang lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan, supaya doamu jangan terhalang”. Begitu pula sebaliknya, sebagai istri harus menghormati suaminya, walaupun posisi isteri dalam karirnya lebih tinggi dibanding dengan suami. Karena berapa banyak isteri-isteri yang menganggap rendah suaminya karena tidak memiliki prestasi yang lebih dari dirinya (Efesus 5:22-24)

2. Meninggalkan ibu dan bapak untuk berdampingan dengan isteri/suami
Ada sebuah sejarah yang tampaknya sulit untuk dirubah, karena sejarah ini berlaku secara turun-temurun yaitu mengenai hubungan antara mertua dan menantu selalu ada masalah; baik itu menantu perempuan maupun menantu laki-laki. Hal ini terjadi karena adanya latar belakang dan pola pikir yang berbeda. Oleh sebab itu firman Tuhan menasihatkan: “sebab itu laki- laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu.” (Markus 7:8). Oleh sebab itu, apabila suami-isteri meninggalkan bapak dan ibunya, maka tidak ada kesempatan bagi iblis untuk intervensi dalam kehidupan rumah tangga yang sedang dibangun, sehingga dari situlah berkat Tuhan senantiasa tercurah. Seandainya kita harus tinggal di rumah yang sederhana, atau rumah kontrakan maupun kost satu ruangan, janganlah kecil hati karena Allah tetap memelihara kita dan Dia akan memberkati kita secara luar biasa, selama kita hidup rukun dan tidak ada pertentangan dengan orang tua. Karena berapa banyak mertua yang mengutuki anak menantunya atau sebaliknya, sehingga ada kesempatan iblis masuk kehidupan dan pada akhirnya hidup mereka menjadi tidak terlindungi lagi. Dan melalui ayat di atas biarlah boleh menjadi peringatan bagi kita semua untuk berani melangkah dengan iman, bahwa Allah sanggup memelihara kita.

3. Menjadi Satu Kesatuan
Pengkhotbah 4:9-12 “Berdua lebih baik dari pada seorang diri, karena mereka menerima upah yang baik dalam jerih payah mereka. Karena kalau mereka jatuh , yang seorang mengangkat temannya, tetapi wai orang yang jatuh, yang tidak mempunyai orang lain untuk mengangkatnya! Juga kalau orang tidur berdua, mereka menjadi panas, tetapi bagaimana seorang saja dapat menjadi panas? Dan bilamana seorang dapat dialahkan, dua orang akan dapat bertahan. Tali tiga lembar tak mudah diputuskan.”  Suami-isteri itu harus tetap menjadi satu, karena ketika mereka menjadi satu maka Tuhan akan hadir di tengah-tengah mereka untuk memberikan perlindungan (Matius 18:19-20). Memang, untuk mempersatukan dua orang yang memiliki latar belakang yang berbeda itu sangat sulit. Tetapi, apabila di antara mereka dapat menerima kekurangan dan kelebihan masing-masing, serta saling memperhatikan bahwa hak mereka adalah sama, terlebih itu mereka harus saling mempercayai serta berharap yang di dalamnya terdapat muatan kasih, maka akan terciptalah keluarga yang harmonis. Dalam ayat di ataspun terdapat kata-kata “tali tiga lembar tak mungkin diputuskan.” Maksudnya adalah hubungan suami-isteri sama dengan hubungan jemaat dengan Kristus, di mana kita beribadah harus ada muatan iman, pengharapan dan kasih.

Kamis, 13 Januari 2011

Jagalah Energimu!

Kali ini kita akan petik satu kata, yaitu apa yang disebut dengan “energi”(dunamos). Yesus disebut sebagai Putra Allah, dan yang lahir dari Roh Kudus dan firman Allah. Tetapi dia juga lahir seperti manusia pada umumnya, termasuk seperti kita. Dan dalam wujud manusia, Yesus telah memelihara energi atau satu kekuatan yang diberikan Allah dalam diriNya. Dia tidak mau kebocoran energi yang ada dalam diriNya. Tuhan Yesus ingin supaya kita yang menerima kuasa sebagai proses kelahiran baru tidak membiarkan energi
yang ada dalam diri kita bocor. Ada beberapa hal yang akan kita pelajari pada diri Yesus, sehingga tidak ada
energi yang bocor dalam diriNya:

1. Penguasan Diri
Kalau kita ingin tahu seberapa besar energi yang ada dalam diri kita, sehingga penguasaan diri menjadi prioritas utama dalam hidup ini, maka terlebih dahulu kita membaca dalam Injil Yohanes 14:12-14, berbunyi: Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa percaya kepada Ku, ia akan melakukan juga perkerjaan-pekerjaan yang Aku lakukan, bahkan pekerjaan- pekerjaan yang lebih besar dari pada itu. Sebab Aku pergi kepada Bapa; dan apa juga yang kamu minta dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya, supaya Bapa dipermuliakan di dalam Anak. Jika kamu meminta sesuatu kepada-Ku dalam nama-Ku, aku akan melakukannya.”

Setelah kita membaca ayat di atas, maka kita tahu bahwa energi yang ada dalam diri kita sungguh luar biasa, karena sanggup melakukan pekerjaan yang Yesus lakukan bahkan lebih besar. Dan hal ini menjadi alasan mengapa dalam diri kita harus ada penguasaan diri. Lalu, bagaimana proses energi yang akan kita terima sama seperti Yesus sesuai dengan janjiNya? Roma 8:16-17, berkata: “Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah. Dan jika adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan Kristus, yaitu jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, supa kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia.”
Jadi, apabila kita mau menerima energi yang sama, maka kita rela menderita bersama-sama dengan Dia (dalam pengertian bahwa dalam diri kita harus juga ada penguasaan diri seperti yang ada dalam diri Kristus). Dan penderitaan ini berlaku secara daging, di antaranya memikul salib dan menyangkal diri  sendiri. Memang, untuk dapat menyangkal diri sendiri itu tidak mudah, apalagi kita memiliki kedudukan, jabatan atau harta kekayaan. Karena apabila kita mau menyangkal diri, maka kita merasa seolah-olah orang Kristen itu ditekan;
tetapi semuanya itu bertujuan supaya orang Kristen tidak mengumbar hawa nafsunya. Sebab, jikalau orang Kristen yang mengumbar hawa nafsunya, maka hal itu sama dengan orang yang memboroskan energi yang diberikan Tuhan. Contoh: Ada seorang yang menerima warisan dari orang tuanya dalam jumlah yang besar, maka di dalam diri orang tersebut terdapat kekuatan setelah menerima warisan tersebut, ia bisa berbuat apa saja sesuai keinginannya. Tetapi karena dia bocor atau menghambur-hamburkan energi yang dia miliki dengan cara berfoya-foya, maka pada akhirnya penderitaanlah yang dia terima. Seperti kisah anak bungsu yang terhilang, di mana dia telah menghabiskan hartanya untuk hal-hal yang sia-sia, sehingga ia menjadi miskin dan pada akhirnya ia harus kembali pada bapaknya dalam posisi kemiskinan.

Oleh karena itu, kita harus menjaga atau memelihara energi yang kita miliki, bahkan kita harus mengisinya terus-menerus, karena apabila kita mengisinya terus maka suatu saat energi ini memiliki kekuatan yang dahsyat, sebagai contoh: Seorang ahli fisika (ilmu alam) berusaha menghimpun energi melalui sinar. Jikalau energi yang dikumpulkan tidak mengalami kebocoran maka sinar itu bisa menjadi spot light, dan apabila dikumpulkan lagi maka sinar itu akan menjadi sinar laser. Sinar laser itu bisa menembus tembok. Untuk itu janganlah kita takut atau kuatir dalam mengalami pergumulan hidup, sebab orang yang takut atau kuatir itu sama dengan membuang energi. Perlu kita ketahui bahwa energi yang kita miliki adalah energi yang supranatural, seperti halnya dengan kisah seorang perempuan yang mengalami pendarahan selama dua belas tahun, yaitu tatkala ia menjamah jumbai jubah Yesus maka ia mendapatkan kekuatan supranatural, sehingga penyakitnya disembuhkan seketika. Sedangkan Yesus merasakan ada kekuatan atau kuasa yang keluar dalam diriNya (Lukas 8:43-46). Dan lebih dahsyat lagi apabila kita memperhatikan kisah daripada Petrus, di mana janji Tuhan yang tertulis dalam Yohanes 14:12 itu tergenapi yaitu melakukan pekerjaan yang lebih besar; hal ini terbukti ketika Petrus berjalan, dan orang yang sakit terkena bayangannya, maka orang tersebut akan sembuh.

2. Tinggal Tetap Dalam Tuhan
Firman Tuhan yang terdapat dalam Yohanes 15:7-8 telah menasihatkan: “Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya. Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku.” Saudara melalui ayat bacaan di atas menunjukkan bahwa betapa pentingnya kita membangun hubungan yang erat dengan Tuhan, sebab di luar Tuhan kita tidak dapat berbuat apa-apa. Selain
itu, orang yang erat atau melekat dengan Tuhan hidupnya penuh ketentraman, seperti yang tertulis dalam Mazmur 91:14 “Sungguh hatinya melekat kepadaKu, maka Aku akan meluputkannya, aku akan membentenginya, sebab ia mengenal nama-Ku”. Bahkan dalam ayat 15 ditegaskan: “Bila ia berseru kepada-Ku, Aku akan menjawab, Aku akan menyertai dia dalam kesesakan, Aku akan meluputkannya dan memuliakannya.” Sebagai contoh: Ada seorang manager yang bekerja sendiri dan lupa kontak dengan bosnya, maka manager ini bekerja atas kemauannya sendiri, sehingga manager ini melakukan banyak kesalahan karena pekerjaannya tidak sesuai dengan kehendak bosnya, dengan kata lain manager tersebut tidak menuruti segala perintah bosnya. Bukankah firman Tuhan menasihatkan: “Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku....(Yohanes 11:41). Dengan demikian kita dengan Tuhan jangan sampai kita lepas hubungan dengan Dia, sebab apabila kita lepas hubungan dengan Tuhan maka kita tidak akan pernah mendapatkan visi atau wahyu dari Tuhan, sehingga kita melakukan pekerjaan Tuhan dengan kekuatan sendiri. Hal ini sama dengan membuang energi dan membuang waktu.

Jumat, 07 Januari 2011

Perlengkapan senjata rohani dari Allah

Referensi Firman Tuhan dalam Efesus 6:10-18

Dalam ayat bacaan di atas, kita telah mendapatkan adanya tujuh perlengkapan senjata rohani untuk menghadapi iblis, tetapi saat ini kita akan membahas tentang salah satu dari ketujuh senjata rohani yaitu ikat pinggang kebenaran. Namun sebelumnya kita akan mempelajari latar belakang mengenai kebenaran tersebut.

Saudara, pada mulanya manusia hidup dalam kebenaran Allah, karena manusia telah diciptakan menurut peta dan teladan Allah, seperti yang tertulis dalam Kejadian 1:26. Pada ayat tersebut terdapat kata-kata: “...supaya mereka berkuasa.” Hal ini menunjukkan bahwa Allah melengkapi manusia dengan suatu kuasa yang mutlak khususnya terhadap ikan-ikan di laut, burung-burung di udara, atas ternak, seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi, termasuk terhadap iblis. Dan pada diri manusia ada tudung kuasa ilahi, sehingga manusia tidak perlu menggunakan pakaian. Namun sayangnya, setelah mereka mendapat segala kuasa dari Tuhan, justru mereka menyimpang dari rencana Tuhan, di mana mereka telah jatuh dalam dosa (Kejadian pasal 3). Dan akibat manusia jatuh dalam dosa, maka iblis berkuasa atas diri manusia untuk melakukan tindakan-nya (iblis).

Tetapi, dengan keadaan seperti ini Allah tidak tinggal diam, di mana pada jaman Musa, Allah menurunkan sepuluh hukum Allah untuk menahan manusia supaya tidak melakukan kehendak iblis. Adapun isi kesepuluh hukum Allah itu adalah sebagai berikut: “Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku. Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apa pun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi, serta jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya,
sebab Aku, TUHAN, Allahmu, adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku. Jangan menyebut nama TUHAN, Allahmu, dengan sembarangan, sebab TUHAN akan memandang bersalah orang yang menyebut nama-Nya dengan sembarangan. Ingatlah dan kuduskanlah hari sabat. Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu. Jangan membunuh.
Jangan berzinah. Jangan mencuri. Jangan mengucapkan saksi dusta tentang  sesamamu. Jangan mengingini rumah sesamu; jangan mengingini isterinya, atau hambanya laki-laki, atau hambanya perempuan, atau lembunya atau keledainya, atau apa pun yang dipunyai sesamamu” (Keluaran 20:1-17). Dan setelah hukum ini diturunkan, apakah manusia mampu untuk tidak melakukan kehendak iblis? Tidak, oleh karena itu Allah berinisiatif untuk menyerahkan putraNya yang tunggal sebagai tumbal dosa kita, yaitu Yesus Kristus.

Saudara, perlu kita ketahui pula, bahwa kuasa iblis atas diri manusia tidak hanya terjadi pada jaman Adam dan Hawa, tetapi terjadi pada seluruh anak cucunya, kecuali Yesus (disebut Adam akhir). Sebab Yesus lahir oleh kuasa Roh Kudus, dan selama hidup-Nya selalu taat terhadap kehendak Bapa. Ia tidak menjual dirinya kepada iblis tetapi justru Ia mengalahkan iblis. Sebagai salah satu bukti ketaatanNya, yaitu ketika Ia dicobai oleh iblis. Saat itu Yesus baru selesai menjalankan puasaNya selama 40 hari, lalu iblis mulai mencobai Yesus untuk mengubah batu menjadi roti. Tetapi Yesus melawannya dengan berkata: “Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah...” Setelah mendapat perlawanan, iblis tidak langsung menyerah tetapi tetap berusaha untuk menjatuhkan Yesus dibawa ke Kota Suci dan menempatkan Dia di bubungan Bait Allah, lalu iblis berkata: : “Jika Engkau Anak Allah, jatuhkanlah diri-Mu ke bawah, sebab ada tertulis: Mengenai Engkau Ia akan memerintahkan malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan menatang Engkau di atas tangannya supaya kaki-Mu jangan terantuk kepada batu” Lalu Yesus melawannya lagi dengan berkata: “janganlah engkau mencobai Tuhan Allahmu!” Dan pencobaan yang ketiga adalah Yesus
diperlihatkan semua kerajaan dunia dan segala kemegahannya (hal ini berbicara keserakahan) dan itu semua akan diberikan kepada Yesus asalkan Yesus mau menyembah kepada iblis sekali saja. Tetapi Yesus tetap melawannya, dengan berkata: “Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah  Tuhan, Allahmu dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!” Dari contoh di atas telah menunjukkan, bahwa Yesus senantiasa taat akan kehendak Bapa bahkan sampai pada kematianNya. Dan pada hari yang ketiga Yesus telah bangkit untuk menyatakan kemenangan yang luar biasa atau kuasa iblis, sehingga setiap kita yang percaya pada Kristus akan mengalami kemenangan seperti Kristus telah menang.

Melalui pernyataan di atas mungkin timbul pernyataan: “mengapa masih ada orang Kristen yang mengalami kekalahan?, bahkan dikuasai oleh iblis?”. Untuk menjawab pertanyaan ini kita terlebih dahulu membaca Matius 12:43-45, di mana dalam ayat ini dijelaskan bahwa ketika roh jahat keluar dari manusia, maka iblis mengembara ke tempat-tempat yang tandus untuk mencari tempat perhentian, namun tidak mendapatkannya,  maka roh jahat itu akan kembali dengan berkata: “Aku akan kembali ke rumah yang telah
kutinggalkan itu.” Ketika roh jahat  itu mendapati rumah itu kosong, bersih tersapu dan rapi teratur maka ia pergi untuk mengajak tujuh roh lain yang lebih jahat sehingga keadaan orang tersebut lebih buruk dari keadaan semula. Hal ini menggambarkan orang-orang yang hidupnya tidak melekat pada kebenaran (firman Allah). Memang secara fisik seseorang bisa tampak bersih dan rapi, dengan budi pekerti yang baik, tetapi apabila rohnya tidak diisi dengan firman Tuhan (kosong), maka kesempatan iblis untuk berkuasa atas diri orang tersebut sangat memungkinkan. Oleh karena itu biarlah kita senantiasa melekat kepada Tuhan (bak ikat pinggang yang melekat pada tubuh), supaya iblis tidak bisa menjamah kita, sebab tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang percaya, bahwa dalam nama Yesus orang akan mengusir setan.

Lalu kapan kita disebut benar? Ketika kita percaya pada Kristus, sebab dalam Roma 5:18 dikatakan: “Sebab itu, sama seperti oleh satu pelanggaran semua orang beroleh penghukuman, demikian pula oleh satu perbuatan kebenaran semua orang beroleh pembenaran untuk hidup.“ dan di dalam Yohanes 8:31- 32 dikatakan: “....Jikalau kamu tetap dalam firmanKu, kamu benar-benar adalah muridKu dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.”