Rabu, 22 Februari 2012

“Pada mulanya adalah Firman” (Yoh.1:1-3)

“Pada mulanya adalah Firman, Firman itu bersama-sama dengan Allah. Firman itu adalah Allah. Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah. Segala sesuatu dijadikan oleh Dia” (Yoh.1:1-3)

Jika ayat-ayat ini dipahami sebagaimana mestinya, maka penegasan dan pengembangan dari kesimpulan-kesimpulan pada bagian terakhir dapat dipahami. Bagaimanapun juga ayat-ayat ini banyak disalah artikan oleh orang-orang dengan mengajarkan, bahwa Yesus berada di surga sebelum kelahirannya. Pemahaman yang benar dari ayat-ayat ini bergantung pada bagaimana kita memahami dan mengartikan kata ”Firman” sesuai dengan konteksnya. Kata itu tidak menunjuk kepada seseorang, karena tidak ada yang dapat ”bersama-sama dengan Allah” dan menjadi Allah pada waktu yang bersamaan. Kata Yunani ”logos” yang diterjemahkan menjadi ”firman”, tidak menunjuk kepada ”Yesus”. Kata itu biasanya diterjemahkan menjadi ”firman”, tetapi juga dapat diterjemahkan menjadi;
  • Laporan Penyebab
  • Komunikasi Doktrin
  • Niat Pemberitaan
  • Alasan Mengatakan
  • Berita


Kata ”firman” dipakai bersama dengan kata ganti orang ketiga ”ia”, karena ”logos” bersifat maskulin atau kelaki-lakian, Tetapi tidak mengartikan bahwa kata itu menunjuk kepada seseorang, yaitu Yesus. Alkitab dalam bahasa Jerman (Luther version) menggunakan kata ”das wort” (neuter); dan Alkitab dalam bahasa Perancis menggunakan kata ”la parole”; yang bersifat feminin atau kewanitaan. Dengan demikian, hal ini menunjukkan bahwa kata ”firman” tidak harus menunjuk kepada seorang laki-laki.

”Pada mulanya”

Kata ”logos” dengan tepat menunjuk kepada suatu pemikiran yang mendalam, yang diekspresikan melalui kata-kata dan cara-cara berkomunikasi lainnya. Pada mulanya Allah memiliki ”firman” ini, yang tujuannya berpusat pada Kristus. Bagaimana Roh Allah meletakkan pemikiran yang mendalam dari Allah ke dalam pelaksanaan, karena itu terdapat hubungan antara RohNya dan FirmanNya . Sebagaimana Roh Allah melaksanakan rencanaNya dengan manusia, dengan mengilhami firmanNya yang tertulis sejak permulaan. Karena itulah gagasan tentang Kristus diberitakan melalui pekerjaan dan firmanNya. Kristus adalah ”firman”dari Allah, oleh karena itu Roh Allah menunjukkan rencana Allah tentang Kristus dalam setiap pelaksanaannya. Hal ini menjelaskan mengapa banyak peristiwa di dalam Perjanjian Lama yang memberikan gambaran tentang Kristus. Tetapi, tidak bisa terlalu ditegaskan bahwa Kristus bukanlah ”firman itu”; ”firman itu” adalah rencana keselamatan Allah melalui Yesus. Kata ”firman” sering kali digunakan sehubungan dengan penjelasan mengenai Injil tentang Kristus; misalnya ”firman dari Kristus” (Kol.3:16 bandingkan Mat.13:19; Yoh.5:24; Kis.19:10; I Tes.1:8, dll.). Catat, ”firman” menjelaskan tentang Kristus, dan tidak menunjuk kepada dia secara pribadi. Ketika Kristus lahir, ”firman” ini berubah ke dalam bentuk daging dan darah – ”Firman itu telah menjadi manusia” (Yoh.1:14). Yesuslah yang ”telah menjadi manusia”, bukan firman itu. Ia menjadi ”firman itu” pada waktu dilahirkan oleh Maria, bukan pada waktu sebelum itu.

Rencana tentang Kristus sudah direncanakan Allah sejak permulaan. Tetapi, tentang pribadi yang menjadi Kristus, tidak dinyatakan secara terbuka. Begitu juga sewaktu Injil tentang dia diberitakan pada abad pertama. Karena itu, Allah berfirman kepada kita melalui Kristus (Ibr.1:1,2). Berulangkali ditegaskan bahwa Kristus menyampaikan firman Allah dan membuat mujizat atas perintah Allah dengan tujuan untuk menyatakan Allah kepada kita (Yoh.2:22; 3:34; 7:16; 10:32,38; 14:10,24).

Paulus taat kepada perintah Kristus untuk memberitakan Injil tentang dia kepada ”segala bangsa”: ”pemberitaan tentang Yesus Kristus sesuai dengan pernyataan rahasia, yang didiamkan berabad-abad lamanya, tetapi yang sekarang telah dinyatakan...kepada segala bangsa” (Rm.16:25,26 bandingkan I Kor.2:7). Kehidupan abadi hanya dapat diperoleh manusia melalui pekerjaan Kristus (Yoh.3:16; 6:53). Walaupun sejak permulaan Allah telah merencanakan untuk menawarkan kehidupan abadi kepada manusia, yang dilakukannya dengan pengorbanan seperti yang juga dilakukan oleh Yesus. Penyingkapan sepenuhnya atas penawaran itu diberikan setelah kelahiran dan kematian Yesus: ”hidup yang kekal sebelum permulaan zaman sudah dijanjikan oleh Allah yang tidak berdusta, dan yang pada waktu dikehendakinya telah menyatakan firmanNya dalam pemberitaan Injil” (Titus 1:2,3). Kita telah mengetahui bagaimana nabi-nabi Allah dibicarakan seolah-olah mereka sudah ada (Luk.1:70) dalam pengertian bahwa ”firman” yang mereka sampaikan telah ada bersama Allah sejak permulaan.

Perumpamaan-perumpamaan yang dijelaskan oleh Yesus menyingkapkan banyak hal tentang ini, yang juga menggenapi nubuat tentang dirinya; ”Aku mau membuka mulutku mengatakan perumpamaan, Aku mau mengucapkan hal yang tersembunyi sejak dunia dijadikan” (Mat.13:35). Dalam pengertian bahwa ”firman itu bersama-sama dengan Allah pada mulanya” dan ”menjadi manusia” melalui kelahiran Kristus.

”Firman itu adalah Allah”

Sekarang kita akan membahas pengertian dari ”firman itu adalah Allah”. Rencana dan pemikiran kita, pada intinya adalah menyatakan diri kita sendiri. Misalnya, ”Saya akan pergi ke London”, adalah firman atau pemberitaan yang mengekspresikan tujuan saya, karena itu adalah tujuan saya. Rencana Allah di dalam Kristus dapat dipahami dengan cara demikian. ”Sebab seperti orang yang membuat perhitungan dalam dirinya sendiri demikianlah ia” (Amos 23:7), demikian juga dengan Allah. Karena itu Firman Allah atau pemikiranNya adalah Allah; ”Firman itu adalah Allah.” Berarti, ada suatu hubungan yang erat antara Allah dengan firmanNya, misalnya di Mazmur 29:8, ”Suara Tuhan membuat padang gurun gemetar”, dan di Yeremia 25:7, ”Tetapi kamu tidak mendengarkan Aku, demikianlah firman Tuhan.” Kedua pernyataan seperti ini seringkali muncul di dalam nubuat-nubuat, yang dengan efektif mengartikan bahwa Allah sama dengan mengatakan: ”Kamu tidak mendengarkan firmanKu yang telah disampaikan oleh nabi-nabi.” Daud menyebut firman Allah sebagai pelita dan terang (Mzm.119:105), ia juga mengungkapkan hal yang sama di 2 Samuel 22:29, ”Karena Engkaulah pelitaku, ya Tuhan, dan Tuhan menyinari kegelapanku.” Kedua ayat ini menunjukkan kaitan antara Allah dengan firmanNya. Oleh karena itu, dapat dimengerti bahwa firman Allah adalah personifikasi dari Ia sendiri, yang ketika disebut seperti menunjuk kepada suatu pribadi, walaupun tidak demikian.

Karena Allah adalah kebenaran (Yoh.3:33; 8:26; I Yoh.3:10), maka demikian juga dengan firmanNya (Yoh.17:17). Dengan cara yang sama, Yesus mengidentifikasikan bahwa dirinya dengan firmannya begitu dekat, ia adalah personifikasi dari firmannya: ”Barangsiapa menolak Aku, dan tidak menerima perkataanku, ia sudah ada hakimnya, yaitu firman yang telah kukatakan, itulah yang akan menjadi hakimnya pada akhir zaman” (Yoh.12:48). Yesus menyebut firmannya seakan-akan seperti suatu pribadi, yaitu dirinya sendiri. Firmannya dipersonifikasikan, karena berkaitan erat dengan dirinya.
Begitu juga dengan firman Allah, dipersonifikasikan sebagai suatu pribadi, yaitu Ia sendiri, seperti yang terdapat di Yohanes 1:1-3. Sehubungan dengan firman itu, kita diberitahu bahwa ”Segala sesuatu dijadikan oleh Dia” (Yoh.1:3). Allah menciptakan segala sesuatu melalui firmanNya (Kej.1:1). Karena hal ini, maka firman Allah dapat disebut sebagai Allah sendiri. Hal kerohanian yang perlu dicatat dari pembahasan ini adalah, melalui firman Allah yang berada di dalam hati kita, Allah akan menjadi dekat dengan kita.

Hal ini dejelaskan di Kejadian 1, bahwa Allah adalah Sang Pencipta melalui firmanNya, dan bukan melalui Kristus secara pribadi (Yoh.1:1-3), ”Oleh firman Tuhan langit telah dijadikan, oleh nafas dari mulutNya segala tentaranya (bintang-bintang)...Sebab Dia berfirman, maka semuanya jadi” (Mzm.33:6,9). Hingga saat ini semua ciptaan dapat bergerak oleh karena firmanNya: ”Ia menyampaikan perintahNya ke bumi: dengan segera firmanNya berlari. Ia menurunkan salju seperti bulu domba...Ia menyampaikan firmanNya...maka air mengalir” (Mzm.147:15-18).

Firman Allah adalah daya kreativitasnya, dia menggunakannya untuk memperanakkan Yesus di dalam rahim Maria, melalui firman atau rencana Allah, yang dilaksanakan oleh Roh Kudus (Luk.1:35), yang membuat Kristus dikandung. Dan Maria mengetahui hal ini berdasarkan responnya atas kabar baik yang ia terima tentang pembuahan Kristus: ”jadilah padaku menurut perkataanmu itu” (Luk.1:38).

Kita telah mengetahui bahwa firman/roh Allah merefleksikan tujuanNya, yang telah dinyatakan di dalam Perjanjian Lama. Kebenaran dari hal ini ditunjukkan di dalam Kisah para Rasul 13:27, Yesus dikaitkan dengan firman dari nabi-nabi di Perjanjian Lama: ”mereka menggenapi perkataan nabi-nabi.” Ketika Yesus sudah lahir, semua firman/roh Allah ada di dalam pribadi Yesus Kristus. Dengan dibawah ilham rasul Yohanes bersuka cita atas rencana Allah sehubungan dengan kehidupan abadi, yang ditunjukkan melalui Kristus, yang juga disaksikan oleh murid-muridnya yang lain. Yesus mengetahui bahwa mereka telah memahami firman Allah dan rencana keselamatannya melalui dirinya (I Yoh.1-3). Walaupun kita tidak melihat Kristus, kita juga dapat bersuka cita melalui pemahaman yang benar tentang dia, dan kita juga bisa memahami dengan benar tujuan Allah , dan yakin sepenuhnya dengan upah kehidupan abadi (I Ptr.8:9). Kita harus bertanya kepada diri kita sendiri: ”Apakah saya sungguh-sungguh mengenal Kristus?” Hanya dengan menerima keberadaan seseorang yang disebut Yesus, tidaklah cukup. Harus dilanjuti dengan pelajaran Alkitab yang disertai doa. Mungkin anda dapat memahami ia sebagai penyelamat anda dalam waktu yang singkat, dan menyatukan diri anda dengannya melalui pembaptisan.

Kamis, 16 Februari 2012

Posisi Kristus dalam rencana Allah

Allah tidak merencanakan sesuatu tanpa dipikir lebih dahulu, dan tidak menambahkan beberapa hal dalam rencananya, selama pelaksanaannya sejak sejarah umat manusia dimulai. Allah mempunyai rencana yang sempurna sejak awal penciptaan (Yoh. 1:1). Oleh karena itu rencananya untuk memperanakkan seorang manusia, sudah Ia rencanakan sejak awal. Seluruh isi Perjanjian Lama menjelaskan rencana keselamatan Allah, melalui Kristus, dari berbagai sudut pandang yang berbeda.

Alkitab telah seringkali menunjukkan, bahwa janji-janji yang dijelaskan di Perjanjian Lama, Hukum Taurat, dan nubuat nabi-nabi, secara berkesinambungan menyatakan rencana keselamatan Allah melalui Kristus. Hal itu terdapat pada catatan pengetahuan tentang Allah, bahwa ia akan memiliki seorang anak, yang melaluinya alam semesta diciptakan (Ibr. 1:1,2). Dan terdapat pada catatan tentang Kristus, bahwa Allah menghendaki sejarah manusia berlangsung hingga berabad-abad (Ibr. 1:2). Karena itu, Wahyu Allah kepada manusia selama bertahun-tahun, penuh dengan referensi-referensi tentang Kristus, seperti yang terdapat di dalam Perjanjian Baru.

Supremasi Kristus dan kebesarannya, dan ajaran dasarnya tentang Allah, sangat sulit untuk dipahami sepenuhnya oleh kita. Karena itu, adalah benar untuk mengatakan bahwa sejak awal Kristus sudah ada di dalam pikiran dan rencana Allah, walaupun dia baru hidup setelah dilahirkan oleh Maria. Ibrani 1:4-7,13,14, menegaskan, bahwa Kristus bukanlah seorang malaikat; ketika ia hidup, ia lebih rendah daripada malaikat-malaikat (Ibr. 2:7), tetapi kemuliannya jauh lebih besar dari mereka, karena dia adalah “AnakNya yang tunggal” (Yoh. 3:16). Sejak permulaan telah ditunjukkan bahwa bentuk kehidupan yang diajarkan oleh tulisan-tulisan kudus adalah bentuk kehidupan jasmani, karena itu Kristus tidak hidup dalam bentuknya sebagai “roh” sebelum ia dilahirkan. I Petrus 1:20 meringkaskan posisi Kristus, “Ia telah dipilih sebelum dunia dijadikan, tetapi karena kamu, baru menyatakan dirinya pada zaman akhir.”

Yesus adalah titik pusat dari Injil, “Injil itu telah dijanjilkanNya (Allah) sebelumnya dengan perantaraan nabi-nabiNya dalam kitab-kitab suci, tentang AnakNya, yang menurut daging diperanakkan dari keturunan Daud, dan menurut Roh kekudusan dinyatakan oleh kebangkitannya dari antara orang mati, bahwa ia adalah Anak Allah yang berkuasa, Yesus Kristus Tuhan kita” (Rm. 1:1-4).

Berikut ini adalah ringkasan sejarah Kristus;

Dijanjikan di Perjanjian Lama, yaitu di dalam rencana Allah.
Diciptakan sebagai seorang manusia melalui kelahirannya dari seorang perawan keturunan Daud.
Karakternya yang sempurna (roh kekudusan) ditunjukkan sewaktu ia hidup dalam keadaan yang tidak abadi.
Ia dibangkitkan dan dinyatakan sekali lagi dihadapan umum bahwa ia adalah Anak Allah, oleh murid-muridnya yang dikaruniai roh.
Pengetahuan Allah yang sempurna

Dalam memahami bagaimana Kristus sepenuhnya berada di dalam pikiran Allah sejak permulaan, walaupun ia belum ada. Jika kita bisa memahami hubungan antara hal ini dengan fakta bahwa Allah mengetahui segala sesuatu yang akan terjadi di waktu yang akan datang; maka kita akan mengetahui, bahwa Ia memiliki pengetahuan yang sempurna.

Karena itulah maka Allah dapat berbicara dan berpikir tentang hal-hal yang belum ada, seakan-akan mereka sudah ada. Inilah keseluruhan dari pengetahuannya tentang masa depan. Allah “menjadikan dengan firmanNya apa yang tidak ada menjadi ada” (Rm. 4:17). Karena itu Ia dapat mengatakan, bahwa Ia “yang memberitahukan dari mulanya hal yang kemudian dan dari zaman purbakala apa yang belum terlaksana, yang berkata: KeputusanKu akan sampai, dan segala kehendakKu akan Kulaksanakan” (Yes. 46:10). Karena itu Allah dapat berbicara kepada orang mati seakan-seakan mereka masih hidup, dan berbicara kepada orang-orang yang belum ada, seakan-akan mereka sudah ada sebelum dilahirkan.

“Nasihat” atau firman Allah, telah menubuatkan Kristus sejak permulaan. Ia selalu berada di dalam tujuan atau “kehendak” Allah. pastilah pada suatu waktu Kristus akan dilahirkan, untuk menggenapi pernyataan Allah. Oleh karena itu, bukti dari pengetahuan Allah yang sempurna merefleksikan kepastian dari firmanNya. Di dalam Alkitab, ada penggunaan bahasa Ibrani dalam bentuk lampau untuk menjelaskan hal-hal yang akan datang yang dijanjikan Allah. Karena itu Daud berkata, ”Disinilah rumah Tuhan, Allah kita” (I Taw. 22:1). Walaupun hanya Allah yang berhak menjanjikan hal itu, tetapi itulah yang diyakini Daud, yang ia ucapkan dalam bentuk kalimat untuk menyatakan hal yang berlangsung pada saat sekarang, untuk menjelaskan hal-hal yang akan terjadi di masa yang akan datang. Di dalam Tulisan-tulisan kudus banyak contoh tentang pengetahuan Allah yang sempurna. Seperti tentang janji-janji kepada Abraham yang pasti akan digenapi Allah; Ia berkata kepada Abraham, ”Kepada keturunanmulah Kuberikan negeri ini...” (Kej. 15:18), yang diucapkan pada waktu Abraham belum mempunyai keturunan. Dalam kurun waktu sebelum (Ishak/ Kristus lahir), Allah menjanjikan kepadanya, ”engkau telah Kutetapkan menjadi Bapa sejumlah besar bangsa” (Kej. 17:5). Dengan demikian Allah menyebut hal-hal yang belum ada ini, seakan-akan hal-hal itu sudah ada.

Oleh karena itu, Kristus selama pelayanannya berbicara tentang bagaimana Allah ”telah menyerahkan segala sesuatu kepadanya” (Yoh. 3:35) meskipun hal tersebut belum terjadi. ”Segala sesuatu telah Engkau lakukan di bawah kakinya (Kristus)... Tetapi sekarang ini belum kita lihat, bahwa segala sesuat telah ditaklukkan kepadanya” (Ibr. 2:8).

Allah berbicara tentang rencana keselamatan Nya melalui Kristus ”seperti yang telah difirmankanNya sejak purbakala oleh nubuat nabi-nabiNya yang kudus” (Luk. 1:70). Karena mereka berkaitan erat dengan rencana Allah, orang-orang ini dibicarakan seakan-akan mereka sudah ada sejak permulaan, walaupun sebenarnya tidak demikian. Sebaliknya, kita dapat menyimpulkan bahwa nabi-nabi sudah ada di dalam rencana Allah sejak permulaan. Contoh yang jelas adalah Yeremia, Allah berkata kepadanya, ”Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau, Aku telah menetapkan engkau menjadi nabi” (Yer. 1:5) . Allah mengetahui segala hal tentang Yeremia, bahkan sebelum ia diciptakan. Dengan cara seperti ini, Allah berbicara tentang raja Persia, Kores, sebelum ia dilahirkan dengan menggunakan bahasa yang menunjukkan seakan-akan ia sudah ada (Yes. 45:1-5). Di dalam Ibrani 7:9,10 terdapat contoh lain tentang penggunaa kalimat yang menjelaskan tentang orang yang belum dilahirkan, seakan-akan ia sudah hidup pada waktu dibicarakan.

Dengan cara yang sama, Yeremia dan nabi-nabi lainnya dikatakan sudah ada sebelum mereka diciptakan, sehubungan dengan posisi mereka dalam rencana Allah. Begitu juga dengan kita, orang-orang percaya yang benar, yang dibicarakan seakan-akan sudah ada pada saat itu; faktanya kita belum hidup pada saat itu, melainkan hanya di dalam pikiran Allah saja. Allah ”yang menyelamatkan kita dan memanggil kita dengan panggilan kudus...berdasarkan maksud dan kasih karuniaNya sendiri, yang telah dikaruniakan kepada kita dalam Kristus Yesus sebelum permulaan zaman” (II Tim. 1:9). ”Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan...telah menentukan kita...sesuai dengan kerelaan kehendakNya” (Ef. 1:4,5). Seluruh gagasan tentang keberadaan makhluk hidup telah diketahui oleh Allah sejak permulaan, dan ditandai (ditentukan) untuk diselamatkan, yang menunjukkan bahwa mereka sudah ada di dalam pikiran Allah sejak permulaan (Rm. 8:27; 9:23).

Dengan kejelasan dari semua hal ini, tidak mengherankan jika Kristus sebagai kunci dari rencana Allah, dijelaskan seakan-akan sudah ada sejak permulaan bersama Allah melaksanakan rencananya, yang sebenarnya tidak demikian. Seperti waktu menjelaskan tentang dia, yang adalah ”anak domba Allah yang telah disembelih” (Why. 13:8), tetapi Yesus tidak disembelih secara harfiah, ia adalah ”anak domba Allah” yang dikorbankan di kayu salib, 4000 tahun kemudian setelah penciptaan (Yoh. 1:29; I Kor. 5:7). Dengan cara demikianlah Yesus dipilih sejak permulaan (I Ptr.1:20), begitu juga dengan orang-orang percaya (Ef.1:4, kata Yunani yang sama dengan untuk kata ”dipilih” digunakan di dalam ayat-ayat ini). Kesulitan kita untuk memahami semua hal ini adalah, karena kita tidak dapat membayangkan dengan mudah bagaimana Allah bekerja diluar konsep kita tentang waktu. ”Iman” adalah kesanggupan untuk memandang berbagai hal dari sudut pandang Allah tanpa dibatasi oleh waktu.

Jumat, 10 Februari 2012

Nubuat Perjanjian Lama dan Penggenapannya dalam Perjanjian Baru

Rencana keselamatan Allah untuk manusia berpusat pada Yesus Kristus. Janji-janji yang Allah berikan kepada Adam, Abraham, dan Daud, semuanya berbicara tentang Yesus, yang berasal dari garis keturunan mereka. Karena itu, secara keseluruhan Perjanjian Lama merupakan gambaran ke depan tentang Yesus, dan juga menubuatkan tentang dia. Hukum Musa, yang harus ditaati oleh Israel sebelum kedatangan Kristus; adalah gambaran ke depan tentang Yesus: ”Hukum Taurat adalah penuntun bagi kita sampai Kristus datang” (Gal. 3:24). Karena itu, pada waktu perayaan Paskah, seekor anak domba yang tidak bercela harus dibunuh (Kel. 12:3-6); yang merupakan gambaran dari pengorbanan Yesus, ”Anak domba Allah yang menghapus dosa dunia” (Yoh. 1:29; I Kor. 5:7). Kondisi yang tidak bercela, yang diwajibkan bagi seluruh binatang yang akan dikorbankan, merupakan gambaran tentang karakter Yesus yang sempurna (Kel. 12:5 bandingkan I Ptr. 1:19).

Di dalam Mazmur dan kitab nabi-nabi Perjanjian Lama, terdapat nubuat yang berkelanjutan tentang Mesias. Terutama mengenai keterangan-keterangan bagaimana ia akan mati Penolakan Yudaisme atas gagasan tentang kematian Mesias, diebabkan kurangnya pemahaman mereka atas nubuat-nubuat ini, beberapa diantaranya adalah;

Nubuat Perjanjian Lama   dan  Penggenapan oleh Kristus

”Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku?” (Mzm. 22:1)

Inilah kata-kata yang Yesus ucapkan di kayu salib (Mat. 27:46)

”Semua yang melihat aku mengolok-olok aku, mereka mencibirkan bibirnya, menggelengkan kepalanya: ”Ia menyerah kepada Tuhan; biarlah Dia yang melepaskannya; biarlah Dia yang meluputlkannya” (Mzm. 22:6-8)

Orang-orang Israel menghina Yesus dan mengolok-oloknya (Luk. 23:35; 8:53); mereka menggelengkan kepala mereka (Mat. 27:39), dan mengatakan hal ini ketika Yesus disalib (Mat. 27:43)

”Lidahku melihat pada langit-langit mulutku…mereka menusuk tangan dan kakiku” (Mzm. 22:16,17)

Ayat ini digenapi ketika Yesus merasa haus (Yoh. 19:28). Penusukan tangan dan kaki adalah cara yang digunakan untuk penyaliban

“Mereka membagi-bagikan pakaianku di antara mereka, dan mereka membuang undi atas jubahku” (Mzm. 22:19)

Penggenapan ayat ini terdapat di Matius 27:35

Catat, Mazmur 22:22 dikutip khusus kepada Yesus, di Ibrani 2:12

“Aku telah menjadi orang-orang luar bagi saudara-saudaraku, orang asing bagi anak-anak ibuku; sebab cinta untuk rumahMu menghanguskan aku” (Mzm. 69:9,10)

Ayat ini menjelaskan perasaan Yesus ketika ia diasingkan oleh saudaranya sesama Yahudi dan keluarganya sendiri (Yoh. 7:3-5; Mat. 12:47-49). Ayat ini juga dikutip di Yohanes 2:17

“mereka memberi aku makan racun, dan pada waktu aku haus, mereka memberi aku minum anggur asam” (Mzm. 69:22)

Hal ini terjadi ketika Yesus disalib (Mat. 27:34)

Seluruh ayat di Yesaya 53 adalah nubuat tentang kematian dan kebangkitan Kristus; dari setiap ayat, tidak ada yang tidakdigenapi. Berikut ini ada dua ayat dari antaranya;

“dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutnya seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian ke pembantaian” (Yes. 53:7)

Kristus, anak domba Allah, tetap bungkam selama penderitaannya (Mat. 27:12,14)

”Orang-orang menempatkan kuburnya di antara orang-orang fasik, dan dalam matinya ia ada di antara penjahat-penjahat” (Yes. 53:9)

Yesus disalib bersama penjahat (Mat. 27:38), tetapi dikubur di pekuburan orang-orang kaya (Mat. 27:57-60)

Suatu hal yang menakjubkan, Perjanjian Baru mengingatkan kita tentang ”hukum taurat dan kitab nabi-nabi” di Perjanjian Lama sebagai dasar pemahaman kita akan Kristus (Kis. 26:22; 28:23; Rm.1:2,3; 16:25,26). Yesus sendiri memperingatkan, jika kita tidak memahami dengan benar tentang ”kitab-kitab Musa dan nabi-nabi”, maka kita tidak dapat memahami Yesus (Luk. 16:31; Yoh. 5:46,47).

Hukum Musa memberikan gambaran ke depan tentang Yesus, dan nabi-nabi menubuatkan tentang dia. Hal ini cukup untuk membuktikan bahwa Yesus tidak hadir di bumi secara fisik sebelum kelahirannya. Doktrin palsu tentang ”keberadaan” Yesus secara fisik sebelum ia lahir, akan membuat janji-janji yang diulangi tentang dia, yang akan menjadi keturunan dari Adam, Abraham, dan Daud, menjadi tidak ada artinya. Jika ia sebelumnya sudah berada di surga pada waktu janji-janji itu diberikan, maka Allah telah salah memberikan janji-janji kepada orang-orang ini sehubungan dengan keturunan mereka yang akan menjadi Mesias. Silsilah Yesus yang dicatat di Matius 1 dan Lukas 3 menunjukkan bahwa asal-usul Yesus berasal dari orang-orang yang kepada mereka Allah memberikan janji-janji itu.

Janji-janji yang diberikan kepada Daud sehubungan dengan Kristus, menyangkal keberadaan Yesus secara fisik pada waktu janji-janji itu diberikan: ”Aku akan membangkitkan keturunanmu yang kemudian, anak kandungmu...Aku akan menjadi Bapanya, dan ia akan menjadi anakKu” (II Sam. 7:12,14). Perhatikan bentuk kalimatnya, yang menjelaskan hal yang akan terjadi di waktu yang akan datang. Dengan memperhatikan bahwa Allah akan menjadi Bapa bagi Kristus, adalah suatu hal yang mustahil jika Anak Allah sudah ada sebelumnya, sewaktu janji itu diberikan. Dikatakan bahwa keturunan itu adalah ”anak kandung” Daud, yang menunjukkan bahwa ia secara fisik adalah keturunan Daud. ”Tuhan telah menyatakan sumpah setia kepada Daud...Seorang anak kandungmu akan Kududukkan di atas takhtamu” (Mzm. 132:11).

Salomo menggenapi beberapa dari janji-janji itu, tetapi ia sudah hidup pada waktu janji itu diberikan (II Sam. 5:14), penggenapan secara keseluruhan dari janji-janji itu, yaitu tentang keturunan Daud yang akan menjadi Anak Allah, digenapi oleh Yesus (Luk. 1:31-33), ”Aku akan menumbuhkan Tunas Adil bagi Daud” (Yer. 23:5), yaitu Mesias.

Penggunaan bentuk kalimat yang sama juga digunakan pada nubuat-nubuat yang lain tentang Kristus. ”Seorang nabi akan kubangkitkan bagi mereka (Israel)” (Ul. 18:18) dikutip di Kis. 3:22,23, yang menjelaskan bahwa ”nabi” itu adalah Yesus. ”Seorang perempuan muda (Maria) mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan dia Imanuel” (Yes. 7:14). Yang digenapi melalui kelahiran Kristus (Mat. 1:23).