Rabu, 30 Maret 2011

Kunci Hidup sukses

Hari-hari ini kita telah dihebohkan dengan berbagai macam bencana, baik bencana di laut, udara maupun darat. Dengan berlangsungnya peristiwa-peristiwa yang ada, diakui atau tidak, semuanya harus menyadari bahwa di depan kita, ada banyak hal yang tidak kita ketahui. Dan kalau ada orang yang berkata, “aku tidak perlu Tuhan.” Maka orang itu adalah orang yang sangat bodoh, biarlah kita adalah orang-orang yang selalu mencari wajah Tuhan, dan pertolongan Tuhan akan tetap ada pada kita, seperti janjiNya pada Mazmur 91.

Mungkin saat ini kita sedang menghadapi peristiwa atau tantangan dalam kehidupan sehari-hari seperti menghadapi peperangan yang tidak mungkin dimenangkan, tetapi apabila kita mempergunakan kesempatan yang sudah Tuhan berikan kepada kita yaitu mengandalkan Dia sepenuhnya, maka sesuatu yang mustahil bagi manusia akan dapat kita lewati bersama Dia. Mari kita melihat suatu peristiwa yang menghebohkan yaitu antara Daud yang tidak punya pengalaman apa-apa dalam hal berperang melawan Goliat yang gagah perkasa disertai dengan banyak pengalaman dalam berperang (1 Samuel 17:40-58). Tetapi oleh karena Tuhan beserta dengan Daud maka Daud meraih kemenangan.

Untuk itu mari kita mencontoh Daud, 1 Samuel 17:26, dikatakan lalu berkatalah Daud kepada orang-orang yang berdiri di dekatnya: “Apakah yang akan dilakukan kepada orang yang mengalahkan orang Filistin itu dan yang menghindarkan cemooh dari Israel? Siapakah orang Filistin yang tak bersunat ini, sampai ia berani mencemoohkan barisan daripada Allah yang hidup?” Saat Daud mengahadapi musuhnya dia melibatkan Tuhan di dalamnya; hal ini dapat dilihat pada kata-kata” barisan daripada Allah yang hidup”. Walaupun saat itu banyak sanggahan dari pada tentara Israel bahwa Daud tidak mungkin mengalahkan Goliat, termasuk raja Saul (1 Samuel 17:33). Tetapi Daud tetap memiliki keyakinan yang kokoh untuk dapat mengalahkan Daud (1 Samuel 17:37). Oleh sebab itu miliki keyakinan seperti yang dimiliki Daud, janganlah kita putus asa.

Ada beberapa hal yang perlu kita pelajari dari pengalaman Daud sehingga kemenangan demi kemenangan dapat diperolehnya:

1. Mengingat bagaimana Allah telah menolong Daud sebelumnya (1 Samuel 17:34-37) .
Kalau menghadapi perkara yang sulit di depan kita, maka ingatlah bagaimana dahulu kita ditolong Tuhan. Daud tidak terpaku kepada musuhnya saat itu. Tetapi dia mengingat bagaimana Allah telah menolongnya dari berbagai mara bahaya. Daud telah dibawa keluar dari rasa takut terhadap segala sesuatu yang dia hadapi. Dan perlu kita ketahui orang yang takut dan kuatir adalah orang yang sudah terhukum. Ketakutan membuat kita menderita. (1 Yohanes 4:18), serahkanlah kekuatiranmu kepada Tuhan, maka Dia akan bertndak (Mazmur 138:7-8). Tuhan adalah tempat perlindungan dan kekuatan kita (Mazmur 46:2).

2. Daud hanya mengandalkan Tuhan (1 Samuel 17:38-39)
Jangan menyangka apa yang pernah orang lain lakukan berhasil, kemudian kita jadikan sebagai patokan kita untuk menyelesaikan suatu masalah. Pada saat itu Saul mengajari Daud cara berperang, tetapi Daud menanggalkan semua alat  peperangan yang diberikan Saul. Ini berarti, jangan mengandalkan manusia atau hal-hal yang lain selain dari pada Tuhan. Kita harus tetap mengandalkan Tuhan, karena bagi Tuhan tidak ada yang sulit, sebab Dia sanggup mengatasi segalanya. Kita tidak bisa mengukur kuasa, kekuaan maupun kasih Tuhan (Yeremia 17:7-8, 5).

3. Daud bergerak aktif selama ada kesempatan (1 Samuel 17:48)
Daud memiliki inisiatif untuk merebut kemenangan. Orang yang tidak memiliki inisiatif, maka tidak akan memperoleh kemenangan. Dan tidak ada kemenangan tanpa perjuangan, dan tidak ada keberhasilan tanpa ada pengorbanan. Pada saat Daud menghadapi peperangan, ia berlari ke barisan musuh untuk melakukan perlawanan. Tetapi bagi orang yang pasif atau malas, maka orang tersebut akan berkata, “baik Tuhan, biarlah Engkau yang melakukannya, saya berdiam diri saja. Padahal kekristenan bukanlah suatu monumen yang tampak gagah dan megah tetapi tidak dapat berbuat apa-apa (pasif), namun kekristenan adalah movement yaitu suatu kegerakkan yang sejalan dengan kehendak Tuhan. Firman Tuhan menasihatkan, “Orang malas tidak akan menangkap buruannya, tetapi orang yang rajin akan memperoleh harta yang berharga.” (Amsal 12:27).

Minggu, 27 Maret 2011

Apakah anda memiliki FINISHING WELL ?

FINISHING WELL (AKHIR HIDUP YANG BAIK)
Abraham mencapai umur seratus tujuh puluh lima tahun, lalu ia meninggal.Ia mati pada waktu telah putih rambutnya, tua dan suntuk umur, maka ia dikumpulkan kepada kaum leluhurnya.(Kejadian 25 : 7 – 8)

Dapatkah kita memiliki Finishing Well selama kita hidup ?
Ada beberapa pertanyaan yang harus kita jawab :
• Percaya Tuhan itu baik, tapi sudahkah kita memiliki hidup yang Finishing Well ?
• Kita adalah manusia yang tidak sempurna, bisakah kita memiliki Finishing Well, bagaimana caranya ?

Marilah kita melihat beberapa contoh yang Alkitab berikan, apakah mereka memiliki FINISHING WELL ?

1. ABRAHAM,
Takut Tuhan, tetapi juga “takut” / tunduk pada kemauan istri, tetapi juga menikahi pembantunya (Hagar), sehingga lahirlah Ismael (Kejadian 16:1-3; 15-16).

2. ISHAK,
Taat pada perintah Tuhan tapi ditipu oleh Yakub anaknya mengenai hak sulung. Karena Ishak lebih cinta Esau daripada Yakub sedangkan Ribka lebih cinta Yakub. (Kejadian 25:28) Ishak sayang kepada Esau, sebab ia suka makan daging buruan, tetapi Ribka kasih kepada Yakub.

3. YAKUB,
Hidup dengan “menipu” ayahnya, karena kemauan sang ibu; yang akhirnya sampai masa pelariannya tidak pernah menjumpai ibunya kembali. Karena menabur dengan menipu, menuai juga ditipu , ditipu bahwa Yusuf anaknya yang dikasihinya mati. Masa tuanya dalam dukacita (Kejadian 37:31-35).

4. YUSUF,
Hidup yang mengampuni, Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian. Kesengsaraan dialami oleh Yusuf dan akhirnya ada kesuksesan yang ia alami, karena di dasari oleh PENGAMPUNAN. (Kejadian 45 : 4-9)

5. MUSA, dekat tapi jauh …
Dikenal orang yang paling lembut hatinya (Bilangan 12 : 3) Adapun Musa ialah seorang yang sangat lembut hatinya, lebih dari setiap manusia yang di atas muka bumi. Karena tidak bisa menahan emosinya, marah kepada jemaat dan marah pada Tuhan; apa yang dahulu dekat (Tanah Perjanjian) menjadi jauh … (Bilangan 20 : 7-12)

6. SAUL, Hati yang Keras dan Menjadi semakin Keras
Memiliki hati yang keras sehingga bertindak semaunya sendiri. Hati keras = tidak mau mendengar dan menurut firman Tuhan. (I Samuel 15:22-23)

7. DAUD,
Hidupnya yang nyaman atau tidak, selalu menempatkan diri kepada kebenaran. Jika Daud merasa tidak nyaman ia segera mengambil keputusan  untuk kembali kepada Kebenaran. (Mazmur 25:5)

8. SALOMO,
Hidupnya terlalu nyaman, memiliki Hikmat yang luar biasa dari Tuhan. Tapi terikat dengan Wanita dan pada berhala-berhala para istrinya (I Raja-raja 11:1-4)

9. SAMSON,
Nafsu yang fatal, Tidak dapat menahan hawa nafsunya. Dibutakan karena wanita. (Hakim 14:1-2 ; 16:4)

10. RASUL PAULUS,
Apa yang tidak mau ia perbuat akhirnya ia perbuat.
(Roma 7:18-20). Ada dosa yang mendorong manusia untuk melakukan yang tidak baik.

LANGKAH-LANGKAH UNTUK MENCAPAI AKHIR HIDUP YANG BAIK (FINISHING WELL).

1. Memulai Pasal (Lembaran Hidup) baru, kembali kepada Kasih Mula-mula dan Pertobatan. Kembali pada waktu kita percaya, apapun keadaan kita berhasil atau tidak tetap harus ada pertobatan.
2. Mengakhiri Pasal (Lembaran Hidup) lama (yang berdosa), untuk melangkah pada Pasal Hidup yang berikut dengan baik.
3. Mempunyai Visi sampai akhir Pasal Hidup kita.
4. Mengakhiri Pasal Hidup tanpa kembali jatuh ke dalam dosa. Jika sukses tanpa ada kesombongan (Tahta atau Harta) dan lepas dari perzinahan (Wanita).
5. Membawa Pasal Hidup kita tetap dipimpin oleh Kuasa Roh Kudus.
6. Membawa Pasal Hidup kita masuk dalam Hasrat (rencana & kehendak) Tuhan. Jangan sampai apa yang tidak kita ingin lakukan, kita lakukan.

Catatan :
Waktu kita masih muda untuk menjadi baik/ sukses (kita berdoa dan berpuasa), dengan maksud supaya tubuh kita lemah, tetapi Roh Tuhan Kuat. Waktu masa tua walaupun tubuh ini menjadi lemah tetapi Roh tetap kuat seperti usaha kita pada waktu masa muda. Tetapi kalau kita sudah tua – tubuh lemah , roh juga lemah maka kita harus cepat kembali kepada Visi seperti Semula, Kasih mula-mula dan Pertobatan . Maka dengan demikian kita akan bisa memiliki Akhir Hidup yang Baik, Finishing Well.

PENUTUP :
2 Timotius 4 : 5 - 8
(5) Tetapi kuasailah dirimu dalam segala hal, sabarlah menderita, lakukanlah pekerjaan pemberita Injil dan tunaikanlah tugas pelayananmu!
(6) Mengenai diriku, darahku sudah mulai dicurahkan sebagai persembahan dan saat kematianku sudah dekat.
(7) Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman.
(8) Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada hari-Nya; tetapi bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang merindukan kedatangan-Nya.

Minggu, 20 Maret 2011

Karunia Roh Kudus

Dalam masa berbeda sewaktu Dia berurusan dengan manusia, Allah telah menggunakan kekuatannya (Roh Kudus) untuk diutus kepada manusia. Dan selalu ada tujuan yang spesifik, sewaktu Roh Kudus diutus. Bukan seperti “cek kosong” yang dapat diisi semaunya untuk mengabulkan apa saja yang diminta oleh manusia. Dan jika tujuannya telah tercapai, maka karunia Roh Kudus akan berakhir. Kita harus ingat bahwa Roh Allah bertindak selaras dengan tujuanNya. Di dalam tujuanNya Dia selalu mengijinkan akan adanya penderitaan di dalam kehidupan manusia dalam jangka pendek dengan tujuan untuk membimbing mereka kepada tujuan jangka panjangNya.  

Jadi, adalah suatu yang diharapkan bahwa Roh KudusNya tidak digunakan untuk mengurangi penderitaan manusia dalam hidup ini, yang adalah bukan suatu hal yang penting. Bantuan memang disediakan, tapi bantuan itu digunakan untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi yaitu, menyatakan maksud tujuan Allah kepada kita.

Kontras dengan apa yang secara populer dipahami oleh orang-orang Kristen pada saat ini tentang Roh Kudus. Kesan yang diberikan adalah percaya kepada Kristus akan mendatangkan keuntungan secara nyata, misalnya disembuhkan dari sakit, karena Roh Kudus pasti akan menyembuhkannya. Hal inilah yang menyebabkan tejadinya perselisihan yang mengakibatkan perpecahan di banyak negara, contohnya seperti di Uganda, terjadi perpecahan yang disebabkan oleh orang-orang yang mengklaim bahwa mereka memiliki karunia Roh Kudus untuk menyembuhkan, yang berdasarkan sejarah klaim seperti itu telah sering kali terjadi bertepatan dengan masa dimana manusia sangat menginginkan hal itu terjadi. Kejadian seperti ini sangat disangsikan karena, jika seseorang mencari pengalaman yang melebihi apa yang terjadi pada zaman manusia yang bobrok ini, adalah suatu yang mudah untuk mengklaim telah mendapatkan sesuatu yang telah memenuhi syarat.

Banyak “orang Kristen” pada saat ini yang mengklaim bahwa mereka memiliki karunia Roh Kudus. Tetapi ketika ditanya apakah sebenarnya yang menjadi tujuan mereka, jawaban mereka tidak jelas. Selalu ada tujuan yang jelas dan spesifik, jika Allah mengutus RohNya, tujuan yang dapat didefinisikan. Karena itu mereka yang mengaku menerima karunia Roh Kudus, harus mengetahui dengan tepat apa tujuan mereka dalam menggunakan karunia tersebut. Bukan hanya menyebutkan sebagian kecil dari sukses yang mereka capai dalam menggunakan karunia tersebut. Karena karunia tersebut diberikan Allah kepada manusia untuk suatu tujuan spesifik yang berdasarkan kehendakNya, dan yang digunakan hanya sementara waktu. (bandingkan Yesaya 40:13).

- Dalam permulaan sejarah bangsa Israel, mereka diperintahkan untuk merentangkan tenda (tabernakel), yang didalamnya terdapat altar dan peralatan kudus lainnya dipelihara, instruksi lebih detail diberikan sehubungan dengan cara membuat barang-barang tersebut, yang mana diperlukan dalam beribadah kepada Allah. Untuk membantu menyelesaikannya, Allah membimbing mereka melalui Roh. Mereka “telah dipenuhi dengan Roh keahlian, mereka membuat pakaian Harun…” dst. (Kel. 28:3)

- Salah satu dari orang-orang ini, Bezaleel, “telah dipenuhi dengan Roh Allah, dengan keahlian, dan pengertian dan pengetahuan dalam segala macam pekerjaan untuk…dikerjakan dari emas,…untuk mengasah batu…dalam segala macam pekerjaan” (Kel. 31:3-5). Di dalam Bilangan 11:14-17 mencatat bahwa sebagian roh/tenaga yang telah diberikan kepada Musa, diberikan juga kepada para tua-tua Israel, dengan tujuan memudahkan mereka dalam mengatasi keluhan-keluhan bangsa Israel, sehingga Musa tidak lagi merasa tertekan. Sebelum kematian Musa, roh yang diberikan kepadanya beralih kepada Yosua, sehingga dia layak untuk memimpin bangsa Israel (Ul. 34:9).

- Pada saat bangsa Israel memasuki tanah perjanjian hingga mereka dipimpin oleh seorang Raja yang pertama (Saul), mereka dipimpin oleh orang-orang yang disebut Hakim-hakim. Selama periode ini mereka sering kali ditindas oleh musuh-musuh mereka. Di dalam buku Hakim-hakim dicatat bahwa Roh Allah turun kepada beberapa dari antara Hakim-hakim tersebut, dengan tujuan menyelamatkan bangsa Israel dengan cara yang menakjubkan dari serbuan musuh mereka. Otniel (Hak. 3:10), Gideon (Hak. 6:34), dan Yefta (Hak. 11:29) merupakan contoh tentang hal ini.

- Hakim yang lain, Samson, diberikan roh dengan tujuan untuk membunuh singa (Hak. 14:5,6), untuk membunuh 30 orang (Hak. 14:19), dan untuk memutuskan tali yang mengikatnya (Hak. 15:14). Karunia “Roh Kudus” seperti itu tidak ditunjukkan Samson terus menerus, tapi selalu ada tujuan yang jelas, setelah itu berakhir.

- Jika ada suatu firman Allah yang penting untuk disampaikan kepada umatNya, Roh akan menginspirasikan seseorang untuk memberitahukan hal tersebut. Ketika selesai dilaksanakan maka karunia roh tersebut akan berakhir. Dan orang itu kembali ke keadaannya yang semula. Ada banyak contoh tentang hal ini, salah satunya adalah;

“Lalu Roh Allah menguasai Zakharia…dan berkata kepada mereka;”Beginilah firman Allah: Mengapa kamu melanggar perintah-perintah Tuhan,…?” (2 Taw. 24:20)

Untuk contoh lainnya, bisa dilihat di 2 Tawarikh 15:1,2 dan Lukas 4:18,19

Ini menjadi suatu bukti bahwa dalam menerima karunia berupa Roh Kudus, bukan merupakan:

- Jaminan akan keselamatan

- Sesuatu yang akan menanggung segala hal dalam kehidupan

- Mendapatkan sesuatu kekuatan mistik

- Sesuatu yang menjadikan orang bersukacita

Harus diakui bahwa banyak alasan yang tidak jelas mengenai karunia roh kudus yang ditunjukkan oleh orang-orang yang mengklaim telah menerima “roh kudus”, dan di dalam suatu ruang kebaktian, seorang pendeta membayangkan dengan cara yang memikat bahwa ia “menerima roh kudus” didahului dengan pengakuan “iman kepada Yesus.” Harus ditanyakan dengan jelas, karunia tersebut digunakan untuk apa? Sungguh tidak bisa dipahami, mengapa mereka tidak mengetahui dengan tepat bagaimana karunia yang mereka terima itu digunakan? Samson dikaruniai roh untuk membunuh singa (Hak. 14:5,6); dan pada waktu ia melawan seekor binatang buas, dia tahu betul bagaimana menggunakan roh yang telah diberikan kepadaNya. Tidak ada keragu-raguan pada dirinya. Kejadian nyata ini kontras dengan mereka yang mengklaim telah menerima Roh Kudus. Tapi tidak bisa menunjukkannya melalui tindakan yang spesifik, bahkan mereka tidak tahu karunia seperti apa yang mereka miliki?”

Karena tidak ada alasan lain yang jelas, maka dapat disimpulkan bahwa orang-orang seperti mereka memiliki emosi yang didramatisir sehubungan dengan Kekristenan, dan sebagai akibat dari bentuk pertobatan mereka, yang dijalani menurut pengertian mereka, mereka merasakan sesuatu perasaan yang aneh, yang baru, didalam diri mereka. Untuk membenarkan hal ini mereka mencari dalil dari ayat-ayat Alkitab sehubungan dengan karunia Roh Kudus, dan menyimpulkannya dengan kalimat.”Pasti inilah yang aku alami!” Kemudian pendeta mereka yang ceria menyolek mereka dibawah dagu dan mengatakan,”Orang mati, pujilah Tuhan!” Dan mengutip kisah dari Alkitab sebagai ”bukti” untuk meyakinkan yang lain untuk menerima roh kudus. Kurangnya pengetahuan Alkitab adalah sumber penyebab dari parodi kebohongan ini, dimana orang yang terlibat di dalamnya merasakan suatu ”perubahan” yang dianggapnya benar.

Selagi kita berjuang melawan kelicikan hati kita (Yer. 17:9), kita harus memegang teguh prinsip-prinsip Alkitab. Yang perlu diterapkan selagi kita belajar bagaimana cara Roh Allah bekerja. Kita semua ingin agar kuasa Allah bekerja di dalam kehidupan kita. Tapi, bagaimana dan mengapa Ia melakukannya? Apakah kita benar-benar memiliki karunia roh seperti yang dimiliki orang-orang yang dicatat dalam Alkitab? Jika kita ingin sungguh-sungguh mengenal Allah dan menjalin persahabatan denganNya, kami akan menunjukkan betapa mendesaknya untuk memahami dengan benar pengertian tentang hal-hal ini.

Alasan Karunia Roh Kudus Diberikan Pada Abad Pertama

Untuk mengingat kembali prinsip dasar tentang karunia roh kudus yang telah kita pelajari sebelumnya, sekarang kita akan melihat catatan di Perjanjian Baru mengenai karunia roh yang diberikan kepada gereja yang mula-mula (yaitu komunitas orang-orang percaya yang hidup pada masa setelah Yesus).

Perintah terakhir Kristus kepada murid-muridnya adalah untuk memberitakan Injil sampai keseluruh dunia (Mrk. 16:15,16). Mereka melaksanakannya dengan menjadikan kematian dan kebangkitan Kristus sebagai tema utama dari penginjilan mereka. Tapi ingat, pada waktu itu tidak ada kitab Perjanjian Baru seperti yang kita kenal. Mereka berdiri di tempat-tempat yang ramai dan di sinagoga, membicarakan tentang Yesus orang Nazareth, cerita mereka kedengarannya ajaib; seorang tukang kayu yang sempurna yang berasal dari Israel, yang mati kemudian dibangkitkan dengan tujuan menggenapi nubuat dari Perjanjian Lama. Kemudian menyuruh mereka yang telah mendengarkannya untuk dibaptis dan mengikuti teladan Yesus.

Pada masa itu banyak orang mendirikan kelompok-kelompok pelayanan seperti mereka, yang menggunakan cara lain untuk membenarkan bahwa ajaran Kristen memang berasal dari Allah dan bukan suatu filsafat dari para nelayan yang berasal dari Israel utara.

Pada zaman sekarang, kita dapat membandingkan dari catatan Perjanjian Baru mengenai apa yang Yesus kerjakan dengan hal-hal yang dia ajarkan, untuk membuktikan bahwa apa yang kami sampaikan berasal dari Allah. Tapi pada zaman tersebut, sebelum Alkitab ada, Allah mengijinkan para pemimpin gereja untuk menggunakan kuasa dari Roh KudusNya dengan tujuan untuk mendukung apa yang mereka ajarkan. Inilah alasan spesifik dari menggunakan karunia tersebut di dalam dunia ini. Belum tersedianya kitab Perjanjian Baru menyulitkan kelompok-kelompok dari orang-orang percaya sehubungan dengan pertumbuhan iman mereka. Mereka tidak menemukan solusi yang tepat mengenai masalah-masalah praktis yang mereka hadapi. Hanya ada sedikit petunjuk bagi mereka untuk bertumbuh dalam iman kepada Kristus. Jadi, untuk alasan inilah karunia roh kudus tersedia sebagai petunjuk bagi orang-orang percaya yang mula-mula, melalui pesan-pesan yang terilham, sampai Perjanjian Baru mencatat pesan-pesan ini dan juga mengenai apa yang Yesus ajarkan, untuk kemudian disebarluaskan.

Seperti yang telah terjadi, alasan-alasan berikut menjelaskan bahwa Roh Kudus diberikan berlimpah-limpah;

- ”Tatkala Ia (Yesus) naik ke tempat tinggi (surga), Ia...memberikan (Roh) pemberian-pemberian kepada manusia...untuk memperlengkapi orang-orang kudus, bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus”, yaitu orang-orang yang percaya (Ef. 4:8,12)

- Maka Paulus menulis kepada orang-orang yang percaya di Roma, ”Sebab aku ingin melihat kamu untuk memberikan karunia rohani kepadamu guna menguatkan kamu (Rm. 1:11)

Tentang penggunaan karunia-karunia roh untuk mendukung pemberitaan Injil, kita membaca;

- Sebab Injil yang kami beritakan bukan disampaikan kepada kamu dengan kata-kata saja, tetapi juga dengan kekuatan oleh Roh Kudus dan dengan suatu kepastian yang kokoh” (I Tes.1:5, bandingkan dengan I Kor. 1:5,6)

- Paulus dapat mengatakan ”apa yang telah dikerjakan Kristus olehku, yaitu untuk memimpin bangsa-bangsa lain kepada ketaatan, oleh perkataan dan perbuatan, oleh kuasa roh” (Rm. 15:18,19)

- Mengenai pemberitaan Injil, kita membaca, ”Allah meneguhkan kesaksian mereka oleh tanda-tanda dan mujizat-mujizat dan oleh berbagai-bagai pernyataan kekuasaan dan karunia Roh Kudus” (Ibr. 2:4)

- Keberhasilan pemberitaan Injil di Siprus didukung oleh berbagai mujizat, sehingga ”Melihat apa yang telah terjadi itu, percayalah gubernur itu, ia takjub oleh ajaran Tuhan” (Kis. 13:12)

- Mujizat-mujizat membuat mereka sungguh menghargai doktrin yang telah diajarkan kepada mereka di Ikonium, juga, ”Tuhan menguatkan berita tentang kasih karuniaNya dengan mengaruniakan kepada mereka kuasa untuk mengadakan tanda-tanda dan mujizat-mujizat” (Kis. 14:3)

Semua ringkasan ini menceritakan tentang kepatuhan murid-murid dalam melaksanakan perintah penginjilan: ”Merekapun pergilah memberitakan Injil ke segala penjuru, dan Tuhan turut bekerja dan meneguhkan firman itu dengan tanda-tanda yang menyertainya” (Mrk. 16:20)

Hal-Hal Yang Spesifik Pada Waktu-Waktu Yang Spesifik

Karunia Roh Kudus diberikan dengan tujuan melakukan hal-hal yang spesifik pada waktu-waktu yang spesifik. Hal ini menunjukkan kekeliruan dari klaim bahwa karunia Roh Kudus diberikan untuk selamanya dalam kehidupan seseorang. Para murid termasuk Petrus ”dipenuhi dengan Roh Kudus” pada perayaan Pantekosta setelah kenaikan Yesus (Kis. 2:4). Karena itu, mereka diizinkan untuk berbicara dalam berbagai bahasa asing, dengan tujuan sebagai awal dari pemberitaan Injil Kristen, melalui cara yang spektakular. Ketika kalangan yang berwenang memeriksa mereka, ”Petrus dipenuhi dengan Roh Kudus” yang membuat dia sanggup untuk memberikan jawaban yang meyakinkan kepada mereka (Kis. 4:8). Setelah bebas dari penjara, dengan karunia Roh, mereka diberikan kekuatan untuk menginjil, ”dan mereka semua penuh dengan Roh Kudus, lalu memberitakan firman Allah dengan berani” (Kis. 4:31)

Pembaca yang cermat pasti akan menemukan bahwa tidak tertulis, ”mereka semua penuh dengan Roh Kudus sebelumnya” untuk melakukan hal-hal itu. Mereka dipenuhi Roh untuk melakukan hal-hal tertentu, dan akan dipenuhi kembali untuk melakukan tugas selanjutnya sehubungan dengan rencana Allah. Demikian juga Paulus, ”dipenuhi dengan Roh Kudus” dengan tujuan untuk menghukum seseorang yang jahat menjadi buta (Kis. 9:17; 13:9).

Berbicara tentang karunia yang menakjubkan, Paulus menulis bahwa orang-orang yang percaya yang mula-mula menunjukkan karunia tersebut ”menurut ukuran pemberian Kristus” (Ef. 4:7). Kata Yunani untuk ”ukuran” berarti ”suatu bagian atau tingkat yang terbatas” (Strong’s Concordance-Kamus Bahasa Yunani). Hanya Yesus yang memiliki karunia tanpa ukuran, yaitu kebebasan untuk menggunakannya sesuai dengan kehendaknya (Yoh. 3:34). Sekarang kita akan mendefinisikan karunia-karunia Roh tersebut sebagaiman yang sering ditunjukkan pada abad pertama.

Karunia-Karunia Roh Di Abad Pertama

Nubuat

Kata Yunani untuk ”Nabi” mempunyai arti seseorang yang terus memberitahukan firman Allah, yaitu orang yang diilhami untuk mengatakan firman Allah, termasuk memberitahukan kejadian pada masa yang akan datang (lihat 2 Petrus 1:19-21). Maka ”Nabi-nabi”, orang-orang yang dikaruniai nubuat datang ”dari Yerusalem menuju Antiokia, seseorang dari mereka yang bernama Agabus bangkit dan oleh kuasa Roh ia mengatakan, bahwa seluruh dunia akan ditimpa bahaya kelaparan yang besar. Hal itu terjadi juga pada zaman Klaudius. Lalu murid-murid memutuskan untuk mengumpulkan suatu sumbangan, sesuai dengan kemampuan mereka masing-masing dan mengirimkannya kepada saudara-saudara” (Kis. 11:27-29).

Ini adalah salah satu contoh nubuat yang spesifik, dan betul-betul digenapi dalam beberapa tahun kemudian, kontras dengan mereka yang dengan pengetahuannya yang sedikit tentang Alkitab, mengklaim bahwa mereka telah mendapatkan karunia nubuat: yang sesungguhnya karunia tersebut diberikan kepada Gereja yang mula-mula, kepada orang-orang diantara mereka, dalam menghadapi penderitaan yang mengorbankan waktu dan kekayaan mereka, sebagaimana telah dinubuatkan sebelumnya. Beberapa contoh dari mereka yang mengklaim telah menerima karunia Roh pada saat ini, dapat kita lihat pada gereja-gereja yang dinamakan Gereja yang ”dipenuhi Roh.”

Penyembuhan

Para murid memberitakan kabar baik (Injil) tentang kedatangan Kerajaan Allah yang akan didirikan di bumi. Untuk membenarkan apa yang mereka beritakan, mereka melakukan mujizat-mujizat sebagai pendahuluan dari apa yang mereka beritakan. Mereka melakukan mujizat-mujizat sebagai pendahuluan tentang apa yang akan terjadi pada masa itu, dimana ”mata orang-orang buta akan dicelikkan, dan telinga orang-orang tuli akan dibuka. Pada waktu itu orang lumpuh akan...” (Yes. 35:5,6). Untuk mengetahui lebih jelas tentang keadaan di Kerajaan Allah, lihat pelajaran 5. Pada waktu Kerajaan Allah didirikan di bumi, janji-janji ini tidak akan digenapi dengan setengah-setengah, bahkan tidak ada keragu-raguan, apakah Kerajaan itu jadi didirikan disini atau tidak. Oleh karena itu dengan cara yang menakjubkan Allah mengonfirmasikan mengenai KerajaanNya bahwa, banyak janji itu pasti, dalam bentuk yang nyata, yang tidak dapat disangkal. Untuk alasan ini, banyak sekali penyembuhan yang menakjubkan yang dilakukan oleh orang-orang percaya yang mula-mula di hadapan umum.

Suatu contoh klasik dapat kita temui sewaktu Petrus menyembuhkan seorang pengemis yang lumpuh, yang setiap paginya berbaring di depan pintu gerbang bait. Kisah para Rasul 3:2 menyebutkan bahwa mereka membaringkannya disan setiap hari – suatu pemandangan yang biasa dilihat oleh orang-orang – setelah disembuhkan oleh Petrus dengan menggunakan karunia Roh, ”Ia melonjak berdiri lalu berjalan kian kemari dan mengikuti mereka ke dalam Bait Allah, berjalan dan melompat-lompat...Seluruh rakyat itu melihat dia berjalan sambil memuji Allah, lalu mereka mengenal dia sebagai orang yang biasanya duduk meminta sedekah di gerbang indah Bait Allah, sehingga mereka takjub dan tercengang tentang apa yang telah terjadi padanya. Karena orang itu tetap mengikuti Petrus...seluruh orang banyak yang sangat keheranan itu datang mengerumuni mereka di serambi yang disebut Serambi Salomo (Kis. 3:7-11).

Kemudian dengan segera Petrus menuju ke tempat terbuka dan menceritakan tentang kebangkitan Kristus; karena mereka tidak dibantah sehubungan dengan fakta mengenai penyembuhan yang mereka lakukan kepada pengemis itu, maka kita dapat yakin bahwa mereka menerima kata-kata Petrus berasal dari Allah. Gerbang bait suci ”pada waktu sembahyang” (Kis. 3:1) selalu dilewati banyak orang, seperti di pusat perbelanjaan pada sabtu pagi. Alah memilih tempat seperti ini untuk menegaskan kembali firmanNya melalui suatu mujizat yang nyata. Demikian juga halnya di Kisah para Rasul 5:12, kita membaca ”dan oleh rasul-rasul diadakan banyak tanda dan mujizat diantara orang banyak.” Inilah klaim yang digunakan oleh ”Pantekosta” dalam penyembuhan, dan memutarbalikkan hal-hal ini dengan melakukannya di gereja-gereja daripada dilakukan di jalan-jalan dan dihadapan para ”orang-orang percaya”, mereka bersatu di dalam roh untuk mengharapkan suatu ”mujizat” dan tidak mengeraskan hati khalayak ramai dulu sebelumnya, seperti yang dilakukan para murid.

Telah dikatakan bahwa yang menulis ini berpengalaman sekali dalam mendiskusikan hal-hal tersebut bersama orang-orang yang mengklaim mendapatkan roh, dan juga menyaksikan sendiri berbagai klaim yang mendapatkan karunia roh. ”Kesaksian pribadi” saya dalam melihat ”penyembuhan” yang tidak meyakinkan dan sebagian dari penyembuhan yang terbaik, tidak perlu dijelaskan lebih terperinci; seorang anggota yang jujur dari gereja-gereja ini akan mengakui bahwa banyak hal seperti ini masih berlangsung. Dalam banyak kesempatan, saya telah menuliskan hal tersebut di dalam ”maksud baik teman-teman Pantekosta”, demikian salah satu kutipannya, ”Saya bersedia untuk percaya bahwa anda memiliki kuasa yang besar ini. Tapi, Allah selalu menunjukkan dengan jelas siapa yang memiliki kuasaNya dan siapa yang tidak; jadi, bukan tidak beralasan saya ingin anda menunjukkan faktanya – setelah itu mungkin saya akan cenderung untuk menerima doktrin anda, yang pada saat ini tidak bisa saya pahami berdasarkan tulisan kudus.” Setelah itu pertunjukkan roh dan kuasa itu tidak pernah ditunjukkan kepada saya.

Kontras dengan sikap saya, orang-orang Yahudi Ortodoks pada abad pertama menutup mata terhadap kemungkinan bahwa orang-orang Kristen memperoleh karunia Roh yang menakjubkan dari Allah. Walaupun sebelumnya mereka telah mengakuinya, ”orang itu membuat banyak mujizat” (Yoh. 11:47) dan ”bahwa mereka telah mengadakan suatu mujizat yang menyolok dan kita tidak dapat menyangkalnya” (Kis. 4:16). Demikian juga mereka yang telah mendengar sendiri para murid berbicara dalam bahasa mereka sendiri (Kis. 2:6). Peristiwa demikian tidak terjadi pada saat ini, dan bukan seperti ”bahasa roh” (blabbering) Pantekosta. Fakta bahwa orang-orang cenderung semakin mengasihi di dalam Pantekosta modern, menjadi alasan bahwa mereka benar-benar menunjukkan mujizat, tentunya hal ini menjadi poin penting di dalam debat ini. Jika hanya dengan satu mujizat saja dapat menjadi berita utama di seluruh Yerusalem, tidak beralasan untuk menyarankan bahwa jika terjadi mujizat yang nyata di Trafalgar Square London atau Taman Nyaharuru nairobi kemudian akan dikenal ke seluruh dunia bahwa Allah telah mengaruniakan RohNya yang menakjubkan pada saat ini. Sebaliknya, gerakan Pantekosta mengharapkan agar dunia dapat mencapai beberapa hal sebagai alasan dari iman mereka;

- Disembuhkan (pada akhirnya) dari bisul/borok di perut; proses penyembuhan yang dianggap benar, dilakukan sebelum berdoa.

- Anggota tubuh yang cacat disembuhkan.

- Penglihatan atau pendengaran menjadi lebih jelas, meskipun sering kembali ke keadaan semula.

- Depresi dihilangkan.

Dari contoh-contoh diatas, harus ditambahkan suatu fakta bahwa ambulans membawa pasien rumah sakit ke TO Osborn Healing Crusades di Nairobi, Kenya. Supirnya menghadapi dilema dimana ia harus memutuskan apakah harus diantar ke tujuan atau kembali ke rumah sakit. Perlu diingat, seperti biasanya penderitaan tidak mendapatkan pengobatan.

Poster-poster dipasang di tempat umum untuk mengundang supaya hadir pada kebaktian dengan tema yang menantang ”Datanglah, nantikan suatu mujizat!” Poster itu dibuat sedemikian rupa untuk mempengaruhi orang secara psikologis. Tidak dicatat dalam Perjanjian Baru mengenai cara demikian dilakukan sebelum mujizat ditunjukkan. Adalah suatu fakta bahwa beberapa dari antara mereka yang disembuhkan pada abad pertama, tidak mempunyai iman, bahkan ada yang tidak mengenal Yesus (Yoh. 5:13, 9:36)

Sesuatu yang mirip dengan pemboman jiwa ditunjukkan melalui penyesatan pikiran dari doa yang diulang-ulang dan irama musik yang mengiringi. Tidak dapat diragukan lagi bahwa cara tersebut dapat mengosongkan pikiran. Penulis buku ini bersedia untuk diundang kembali mengahadiri acara-acara seperti itu di berbagai tempat, yang dalam setiap waktunya mengalami sakit kepala akibat dari perjuangan untuk mempertahankan hal-hal yang rasional, selaras dengan yang tercatat di Alkitab dalam menghadapi cobaan untuk menyerah dari irama drum dan tepukan tangan. Semua itu dijalankan sebagai pembukaan dari mujizat Pantekosta dan cukup untuk membuktikan bahwa penyembuhan itu adalah hasil dari emosi dan keadaan secara pikologis, daripada operasi yang tepat sasaran yang dilakukan oleh Roh Allah. Kontras dengan Petrus yang menggunakan karuniaa mujizatnya untuk menyembuhkan orang-orang yang berbaring di pinggir jalan (Kis. 5:15); Paulus menggunakan karunianya yang menakjubkan sebagai kesaksian pribadi kepada seorang pejabat pemerintah yang tidak percaya (Kis. 13:12,13) dan juga kepada para pemuja berhala yang banyak berada di kota Listra (Kis. 14:8-13). Diperlukan suatu tujuan untuk mengaruniakan Roh, dan hal-hal ini dilakukan dilakukan di tempat-tempat umum. Dengan cara apapun hal ini tidak boleh dianggap remeh melalui berbagai penjelasan untuk mengakui bahwa disini ada kuasa Allah yang telah ditunjukkannya oleh pelayan-pelayanNya.

Yang hasilnya mirip dengan salah satu akibat dari mujizat penyembuhan Kristus; ”yang begini belum pernah kita lihat” (Mrk. 2:12).

Bahasa Roh

Para murid, yang sebagian dari antara mereka adalah nelayan, menerima perintah besar untuk pergi ke seluruh dunia memberitakan Injil (Mrk. 16:15,16). Mungkin reaksi mereka yang pertama kali adalah, ”tapi aku tidak dapat berbicara dalam bahasa yang lain!” situasi ini sama dengan, ”Saya tidak begitu baik dalam pelajaran bahasa asing di sekolah”, bahkan merekapun tidak pernah sekolah. (Kis. 4:13). Bahkan bagi para Rasul yang terpelajar (misalnya Paulus), masalah bahasa adalah suatu rintangan yang berat. Setelah dikristenkan mereka membutuhkan kepercayaan satu sama lain demi kemajuan rohani (pada waktu itu belum ada Perjanjian Baru) yang mengartikan bahwa tidak mengerti bahasa satu sama lain adalah masalah yang cukup besar.

Untuk mengatasi masalah ini maka karunia untuk berbicara dalam bahasa asing diberikan supaya mereka mengerti, diperkenankan. Jelas sekali hal ini bertentangan dengan mereka yang memamerkan ”bahasa roh” dan orang-orang Kristen yang dilahirkan kembali, yang menganggap ungkapan kegembiraan mereka yang tidak dimengerti sebagai ”bahasa roh.” Kekacauan ini dapat dijernihkan dengan menunjukkan bahwa definisi Alkitab tentang ”bahasa roh” adalah ”bahasa asing.”

Pada hari Pentakosta Yahudi, setelah Yesus diangkat ke surga, para murid ”dipenuhi dengan Roh Kudus”, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain...berkerumunlah orang banyak (sekali lagi, karunia tersebut ditunjukkan di hadapan umum) dan menghujat, karena mereka mendengar para murid berbicara dalam bahasa mereka. Mereka semua tercengang-cengang dan heran, lalu berkata, bukankah mereka yang berkata-kata itu orang Galilea? Bagaimana mungkin kita masing-masing mendengar mereka berkata-kata dalam bahasa kita sendiri (dari kata Yunani yang sama juga diterjemahkan sebagai ”bahasa-bahasa”) yaitu bahasa yang kita pakai di negeri asal kita: Partia, dan Media,...kita mendengar mereka berkata-kata dalam bahasa kita sendiri...Mereka semuanya tercengang-cengang” (Kis. 2:4-12). Tidak mungkin mereka tercengang-cengang dan heran, jika yang mereka dengar itu hanylah ucapan-ucapan kosong seperti yang dilakukan oleh mereka yang mengklaim memiliki karunia tersebut pada saat ini: yang hanya akan mendapatkan sindiran atau tidak diacuhkan sama sekali, daripada membuat orang jadi tercengang-cengang, dan mengerti dengan pasti kata-kata yang mereka ucapkan, seperti yang dijelaskan di Kisah para Rasul 2.

Terpisah dari hubungan yang jelas antara ”bahasa roh” dan ”bahasa-bahasa” di Kis. 2:4-11, di bagian lain dalam Perjanjian Baru, ”bahasa roh” dengan jelas sekali digunakan untuk mengartikan ”bahasa asing”; kata-kata seperti ”bangsa-bangsa, suku-suku, dan bahasa-bahasa”, digunakan lima kali di Wahyu untuk menerangkan semua orang yang berada di planet bumi (Wahyu 7:9, 10:11, 11:9, 13:7, 17:15). Kata Yunani untuk bahasa roh sama dengan yang digunakan di Perjanjian Lama dalam bahasa Yunani (yang disebut Septuaginta), yang mengartikan bahasa asing (lihat Kejadian 10:5, Ulangan 28:49, Daniel 1:4).

Di I Korintus 14 terdapat daftar perintah-perintah sehubungan dengan penggunaan karunia bahasa roh; ayat 21 mengutip Yesaya 28:11, sehubungan bagaimana karunia tersebut digunakan untuk bersaksi melawan orang-orang Yahudi; ”Sungguh, oleh orang-orang yang berlogat ganjil dan oleh orang-orang yang berbahasa asing akan berbicara kepada bangsa ini.” Yesaya 28:11 terutama mengacu kepada penyerang-penyerang Israel yang berbicara kepada orang-orang Yahudi dalam berbagai bahasa yang tidak mereka ketahui. Hubungan antara”bahasa asing” dan ”berbicara” mengindikasikan bahwa bahasa roh mengartikan bahasa-bahasa asing. Di I Korintus 14 ada banyak indikasi tentang bahasa roh yang mengacu kepada bahasa-bahasa asing. Pada pasal ini Paulus diilhamkan untuk mengritik penyalahgunaan karunia berbahasa dan bernubuat. Sekarang kami akan mengomentari dengan singkat hal-hal tersebut, ayat 37 adalah ayat kucinya;

”jika seseorang menganggap dirinya nabi atu orang yang mendapat karunia rohani, ia harus sadar, bahwa apa yang kukatakan padamu adalah perintah Tuhan.”

Jika seseorang mengklaim mendapatkan karunia rohani, dia harus menerima terlebih dahulu perintah-perintah yang diilhamkan Allah tentang bagaimana menggunakan karunia tersebut. Ayat 11-17;

”Tetapi jika aku tidak mengetahui arti bahasa itu, aku menjadi orang asing bagi dia yang mempergunakannya dan dia orang asing bagiku.

Demikian pula dengan kamu; kamu memang berusaha untuk memperoleh karunia-karunia roh, tetapi lebih daripada itu hendaklah kamu berusaha mempergunakannya untuk membangun jemaat.

Karena itu siapa yang berkata-kata dengan bahasa roh, ia harus berdoa, supaya kepadanya diberikan juga karunia untuk menafsirkannya.

Sebab jika aku berdoa dengan bahasa roh, maka rohkulah yang berdoa, tetapi akal budiku tidak turut berdoa.

Jadi, apakah yang harus kubuat? Aku akan berdoa dengan rohku, tetapi aku akan berdoa juga dengan akal budiku; aku akan menyanyi dan memuji dengan rohku; tetapi aku akan menyanyi dan memuji juga dengan akal budiku.

Sebab jika engkau mengucap syukur dengan rohmu saja, bagaimanakah orang biasa yang hadir sebagai pendengar dapat mengatakan ”amin” atas pengucapan syukurmu? Bukankah ia tidak tahu apa yang engkau katakan?

Sebab sekalipun pengucapan syukurmu itu sangat baik, tetapi orang lain tidak dibangun olehnya.”

Berbicara dalam suatu bahasa yang tidak dimengerti oleh mereka yang hadir pada waktu kebaktian adalah tiada artinya. Dengan mengenyampingkan bagaimana dapat mengatakan ”amin” dengan benar, mereka berbicara dengan kata-kata kosong dalam sebuah doa membual yang tenang dan yang tidak dapat dimengerti. Ingat, ”Amin” berarti terjadilah demikian, yaitu ”Saya benar-benar menyetujui apa yang diucapkan dalam doa ini.” Berbicara dalam suatu bahasa yang tidak dimengerti oleh saudara-saudara anda, tidak akan membangun mereka, seperti yang dikatakan oleh Paulus.

Ayat 18;

”Aku mengucap syukur kepada Allah, bahwa aku berkata-kata dengan bahasa roh lebih daripada kamu semua.”

Karena dia menempuh perjalanan yang cukup panjang dalam memberitakan Injil, maka Paulus membutuhkan karunia untuk berbicara dalam berbagai macam bahasa lebih banyak.

Ayat 19;

”Tetapi dalam pertemuan jemaat aku lebih suka mengucapkan lima kata yang dapat dimengerti untuk mengajar orang lain juga, daripada beribu-ribu kata dengan bahasa roh.”

Ayat 22;

”Karena itu karunia bahasa roh adalah tanda, bukan untuk orang yang beriman; tetapi untuk orang yang tidak beriman, sedangkan karunia untuk bernubuat adalah tanda, bukan untuk orang yang tidak beriman, tetapi untuk orang yang beriman.”

Oleh karena itu penggunaan bahasa roh sebagian besar digunakan untuk menyebarluaskan Injil. Saat ini, mereka yang paling banyak mengklaim memiliki ”bahasa roh”, hanya menunjukkannya di dalam kelompok mereka sendiri. Ada beberapa contoh yang telah terjadi tentang kekurangan orang-orang yang secara menakjubkan mampu berbicara dalam berbagai bahasa asing dalam menyebarkan Injil. Pada permulaan tahun 1990an pintu kesempatan terbuka untuk menyebarluaskan Injil Kristus di Eropa Timur, Gereja-gereja ”Evanglis” (disebut begitu) harus mendistribusikan literatur mereka hanya ke dalam bahasa inggris karena masalah bahasa! Tentu saja karunia untuk berbahasa harus digunakan jika hal itu dimiliki? Dan suatu massa dalam jumlah besar dari evanglis Reinhardt Seiber dengan luar biasa mengklaim memiliki roh, tapi tetap saja menggunakan penerjemah sewaktu berbicara kepada kumpulan orang banyak di Kampala, Uganda.

Ayat 27;

”jika ada yang berkata-kata dengan bahasa roh, biarlah dua atau sebanyak-banyaknya tiga orang, seorang demi seorang, dan harus ada seorang lain untuk menafsirkannya.”

Hanya dua atau tiga orang yang diperlukan untuk berbicara dalam bahasa roh dalam kebaktian. Tidak mungkin ada lebih dari tiga bahasa berbeda yang diucapkan kepada para jemaat. Karena konsentrasi akan buyar jika kalimat dari pembicara harus diterjemahkan lebih dari dua kali. Jika karunia bahasa roh dimiliki pada waktu kebaktian di Central London, yang dihadiri oleh orang-orang Inggris, termasuk yang hadir beberapa turis dari Perancis dan Jerman; maka para pembicaranya akan memulainya dengan mengatakan;

Pendeta; Good evening (Inggris)

Penerjemah 1; Bon soir (Perancis)

Penerjemah 2; Guten abend (Jerman)

Seharusnya mereka berbicara “sesuai urutan”, setelah yang lain selesai bicara. Jika mereka berbicara secara serempak, hasilnya adalah kekacauan, karena emosi fundamentalis yang ditunjukkan sewaktu “berbicara dalam bahasa roh.” Fenomena ini dapat terjadi jika mulut orang-orang berbicara serempak. Saya telah meneliti hal tersebut, pada waktu seseorang mulai berbicara dengan segera penerjemah akan menerjemahkannya.

Karunia bahasa roh sering kali digunakan dalam hal-hal yang berhubungan dengan nubuat, oleh karena itu firman Allah yang terilham disampaikan (melalui karunia nubuat) dalam berbagai bahasa asing oleh utusannya (melalui karunia bahasa roh). Contoh tentang hal ini dapat dilihat di Kisah para Rasul 19:6. Bagaimanapun juga jika suatu kebaktian di London yang dihadiri oleh orang-orang Inggris dan beberapa pengunjung dari Perancis. Pembicara dalam bahasa Perancis “tidak dapat membangun” orang-orang Inggris yang hadir. Oleh karena itu karunia untuk menerjemahkan bahasa harus ada, supaya setiap orang dapat mengerti apa yang telah disampaikan, contohnya kami menerjemahkan bahasa perancis ke dalam bahasa inggris. Demikian juga halnya jika ada seseorang yang dikaruniai berbicara dalam bahasa perancis, tapi tidak mengetahui artinya sama sekali, ketika ditanya oleh seseorang yang berbahasa perancis dia tidak mengerti. Untuk membantu hal ini maka karunia untuk menerjemahkan harus ada.

Tanpa kehadiran seorang yang dikaruniai untuk menerjemahkan disaat dibutuhkan, maka karunia bahasa roh tidak dapat digunakan: “…dan harus ada seorang lain untuk menafsirkannya. Jika tidak ada orang yang dapat menafsirkannya, hendaklah mereka berdiam diri dalam pertemuan jemaat” (I Kor.14:27,28). Tapi, fakta yang terjadi adalah; mereka yang mengklaim memiliki “bahasa roh” berbicara dalam “bahasa-bahasa” yang tidak dapat dimengerti oleh orang lain, dan tanpa penerjemah sama sekali. Hal ini tentu saja bertentangan dengan perintah-perintah tersebut.

Ayat 32,33;

“Karunia nabi takluk kepada nabi-nabi. Sebab Allah tidak menghendaki kekacauan, tetapi damai sejahtera.”

Oleh karena itu, memiliki karunia-karunia roh kudus tidak berhubungan dengan pengalaman seseorang dimana ia memasuki alam bawah sadar. Rohlah yang mengendalikan si pengguna, bukan pengguna yang memaksa untuk menggunakan Roh sesuai dengan yang ia rencanakan. Klaim yang salah sering kali terjadi bahwa setan atau ”roh-roh jahat” dimiliki oleh mereka ”yang tidak diselamatkan” (lihat pelajaran 6.3) tetapi roh kudus dimiliki oleh mereka yang beriman. Di dalam I Korintus 14:32 Kuasa roh mengacu kepada akhir yang spesifik dari penggunanya. Bukan seperti pertunjukkan kekuatan yang baik melawan kekuatan yang jahat, seperti yang dipikirkan manusia. Disamping itu, kita telah ditunjukkan bahwa kuasa-kuasa Roh Kudus datang kepada para murid pada waktu yang tepat untuk melakukan hal yang spesifik, bukannya datang kepada mereka untuk seterusnya.

Permohonan untuk menerima karunia-karunia dan menggunakannya dalam jalan yang sesuai dengan kasih dan perdamaian Allah dan menghindari kekacauan (ayat 33) sepertinya tidak digubris oleh orang-orang tuli di Gereja-gereja Pantekosta saat ini.

Ayat 34;

”Sama seperti dalam semua jemaat orang-orang kudus, perempuan-perempuan harus berdiam diri dalam pertemuan-pertemuan jemaat. Sebab mereka tidak diperbolehkan untuk berbicara. Mereka harus menundukkan diri seperti yang dikatakan juga oleh hukum Taurat.”

Hal ini berbicara dalam konteks penggunaan karunia-karunia roh. Tidak dapat disangkal lagi, wanita tidak boleh menggunakan karunia tersebut selama kebaktian berlangsung. Fenomena dari berbicara dengan ”kata-kata kosong” yang merupakan hasil dari rangsangan emosi yang terjadi pada seseorang kemudian diikuti oeh yang lainnya, telah mengabaikan sama sekali hal ini. Wanita-wanita, anak-anak, semua yang hadir dalam kebaktian dengan hati yang rela, dapat terpengaruh oleh rangsangan seperti ini, dan akan menjadi suatu ungkapan kegembiraan yang disebut sebagai ”bahasa roh.”

Keunggulan wanita di dalam ”berbahasa roh” dan ”bernubuat” seperti yang terjadi di gereja-gereja modern pada saat ini, tidak bisa dikatakan telah mengahapus perintah dari ayat ini. Yang menggelikan, pendapat menyedihkan bahwa Paulus adalah pembenci wanita dibatalkan melalui beberapa ayat: „jika seseorang menganggap dirinya nabi atau orang yang mendapat karunia rohani, ia harus sadar, bahwa apa yang kukatakan kepadamu adalah perintah Tuhan” (I Kor. 14:37) bukan kata-kata Paulus sendiri.

Oleh karena itu setiap orang yang percaya kepada Alkitab terilham, harus menerima perintah-perintah di I Korintus 14 dengan baik. Mencemooh mereka dengan terang-terangan hanya akan mengindikasikan kurangnya kepercayaan terhadap segenap tulisan kudus yang terilham, atau mendeklarasikan sendiri bahwa yang satu itu bukan karunia rohani, orang lain yang kekurangan karunia-karunia akan menolak perintah-perintah di I Korintus 14 sebagai perintah Allah kepada kita.

Kamis, 17 Maret 2011

Inspirasi

Roh Allah adalah tenagaNya, pikiran dan watak yang Dia tunjukkan melalui tindakan-tindakan dimana rohNya yang bekerja. Bagaimana roh Allah nampak pada pekerjaan penciptaan:”Oleh nafasNya langit-langit menjadi cerah” (Ayub 26:13)-Roh Allah melayang-melayang di atas permukaan air (Kej. 1:2). Bahkan juga kita membaca “Oleh firman Tuhan” langit telah dijadikan (Mzm. 33:6), seperti yang ditunjukkan melalui kisah di Kejadian, yang mencatat bahwa “Allah berfirman” mengenai hal-hal yang akan diciptakan dan terjadilah demikian. Oleh karena itu Roh Allah sangat mencerminkan firmanNya. Seperti kata-kata yang kita ucapkan mencerminkan kepribadian kita dengan akurat. Yesus dengan bijaksana menggambarkan: “Karena yang diucapkan mulut meluap dari hati (pikiran)”. Jadi, jika kita ingin mengontrol kata-kata kita, pertama-tama kita harus memulainya dari pikiran kita. Firman Allah adalah penggambaran dari rohNya atau pemikiranNya. Adalah suatu berkat bahwa di dalam Alkitab kita memiliki kata-kata Allah yang ditulis, sehingga kita boleh mengerti tentang roh atau pemikiran Allah. Allah melakukan keajaiban ini dengan kata-kata tertulis yang dilakukan oleh rohNya melalui suatu proses INSPIRASI. Istilah ini berasal dari kata ”spirit” (dalam bahasa Inggris).

IN-SPIRIT-ATION

”Spirit” berarti ”nafas” atau bernafas, ”Inspirasi” berarti ”melalui pernafasan”, Ini mengartikan bahwa kata-kata yang ditulis oleh para penulis yang berada dibawah ”inspirasi” Allah, adalah kata-kata dari Roh Kudus. Paulus menganjurkan Timotius agar pengenalannya terhadap Kitab Suci yang sudah dari sejak lahir tidak membuatnya melupakan fakta bahwa itu adalah firman dari Roh Allah, yang memberikan kepada kita banyak hal yang perlu kita ketahui supaya kita mempunyai pengetahuan yang benar tentang Allah:

”Ingatlah juga bahwa dari kecil engkau sudah mengenal kitab suci yang dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun engkau kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus. Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi (secara menyeluruh) untuk setiap perbuatan baik.”

Jika tulisan-tulisan kudus yang terilham merupakan suatu pengetahuan secara keseluruhan, maka kita tidak lagi membutuhkan suatu ”cahaya suci” untuk menunjukkan kepada kita kebenaran tentang Allah. Banyak sekali orang-orang yang menceritakan tentang pengalaman pribadi mereka dan apa yang mereka rasakan sebagai sumber mereka akan pengetahuan tentang Allah. Jika kita menerima dengan iman bahwa firman Allah yang terilham sudah cukup untuk melengkapi seorang kristen dalam kehidupan, maka tidak diperlukan lagi suatu mukjizat di dalam kehidupan kita. Jika tidak demikian, maka firman Allah belum cukup untuk melengkapi kita. Seperti yang dijanjikan Paulus bahwa hal itu akan terjadi. Untuk mempelajari Alkitab dan mempercayainya sebagai firman Allah, dibutuhkan suatu iman. Ketertarikan bangsa Israel terhadap firman Allah sangat beralasan, seperti yang dialami banyak ”orang kristen” pada saat ini. Kita semua harus berhati-hati dalam merefleksikan Ibrani 4:2;

”Karena kepada kita diberitakan juga kabar kesukaan sama seperti kepada mereka, tetapi firman pemberitaan itu tidak berguna bagi mereka, karena tidak bertumbuh bersama-sama oleh iman dengam mereka yang mendengarnya.”

Daripada berusaha untuk menumbuhkan iman kepada kuasa roh Allah/ firmanNya sebagaimana yang telah dinyatakan, malah mengambil jalan pintas secara rohani dengan alasan bahwa kuasa dari Roh Allah akan datang kepada kita secara tiba-tiba, yang akan membuat kita diterima dihadapan Allah, dan menganggap hal itu lebih baik daripada mengalami penderitaan terus menerus karena taat kepada firman Allah yang dengan demikian akan membuat Roh Allah bekerja di dalam hati kita.

Ketidaksediaan mereka dalam menerima kekuatan spiritual yang sangat besar melalui firman Allah yang telah menuntun banyak ”orang kristen” bertanya apakah semua tulisan kudus betul-betul inspirasi dari Allah. Mereka menganggap bahwa menyelidiki Alkitab lebih jauh adalah opini pribadi dari orang tua yang bijaksana. Petrus menjelaskannya dengan efektif dalam menanggapi hal yang tidak jelas ini;

”Dengan demikian kami diteguhkan oleh firman yang telah disampaikan oleh para nabi. Alangkah baiknya kalau kamu memperhatikannya sama seperti memperhatikan pelita yang bercahaya di tempat yang gelap sampai fajar menyingsing dan bintang timur terbit bersinar di dalam hatimu. Yang terutama harus kamu ketahui, ialah bahwa nubuat-nubuat dalam kitab suci tidak boleh ditafsirkan menurut kehendak sendiri, sebab tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah” (2 Ptr. 1:19:21)

Kita harus mempercayai ”kata-kata diatas” bahwa Alkitab terilham. Berdasarkan inilah kami membuat Pengakuan Iman Christadelphian.

Para Penulis Alkitab

Kepercayaan yang mendalam mengenai segenap inspirasi dari tulisan-tulisan kudus adalah suatu hal yang penting. Menarik sekali, para penulis Alkitab dibimbing oleh roh yang menginspirasikan mereka sehingga mereka menulis bukan berdasarkan kata-kata mereka sendiri. FirmanMu adalah kebenaran (Yoh. 17:17). Untuk menyatakan kesalahan dan untuk memperbaiki kelakuan (2 Tim. 3:16,17), tidak mengejutkan jika banyak orang tidak mengetahui hal ini, karena kebenaran menyakitkan. Nabi Yeremia ditentang karena memberitakan firman Allah, dan dia dipaksa untuk tidak mencatatnya atau mempublikasikannya. Oleh karena penulisan firman Allah didasari atas kehendak Allah bukan manusia, maka ia ”terus dibimbing oleh Roh Kudus” sehingga ia tidak mempunyai pilihan dalam menghadapi keadaan ”Aku telah menjadi tertawaan sepanjang hari, semuanya mereka mengolok-olokkan aku...Tetapi apabila aku berpikir, ”Aku tidak mau mengingat Dia, dan tidak mau mengucapkan firman lagi demi namaNya. Maka dalam hatiku ada sesuatu seperti api yang menyala-nyala, terkurung dalam tulang-tulangku; aku berlelah-lelah untuk menahannya, tetapi aku tidak sanggup (Yer. 20:7,9)

Demikian juga halnya dengan Bileam , yang dipaksa untuk mengutuk Israel, Roh Allah membuat dia mengucapkan berkat daripada sebaliknya (Bil. 24:1-13 Ul. 23:5).

Suatu jumlah yang mengejutkan dari orang-orang yang diperintahkan Allah untuk menyatakan firmanNya, yang melaksanakan tugas itu dengan berat hati, jumlahnya sangat mengesankan;

Musa (Kel. 4:10)
Yehezkiel (Yeh. 3:14)
Yunus (Yun. 1:2,3)
Paulus (Kis. 18:9)
Timotius (1 Tim. 4:6-14)
Bileam (Bil. 22-24)

Hal ini mengkonfirmasikan apa yang telah kita pahami di 2 Petrus 1:19-21 bahwa firman Allah bukanlah pendapat pribadi dari manusia, tapi adalah hasil dari penulisan orang-orang yang berada di bawah inspirasi, yang diperintahkan untuk mencatat apa yang telah dinyatakan kepada mereka. Nabi Amos mengatakan:”Tuhan Allah telah berfirman, siapakah yang tidak bernubuat?” (Amos 3:8). Pada waktu Musa kehilangan rasa percaya dirinya, Allah mendukungnya:”Segala perintah ini, yang telah difirmankan Tuhan kepada Musa...” (Bil. 15:22,23); firman ini diucapkan oleh Musa (ayat 17).

Pembuktian lain mengenai hal-hal ini adalah bahwa para penulis Alkitab tidak betul-betul mengerti mengenai hal-hal yang telah mereka catat. Karena mereka sendiri menyelidikinya untuk mendapatkan penafsiran yang benar. ”Kepada mereka telah dinyatakan, bahwa mereka bukan melayani diri mereka sendiri, tetapi melayani kamu dengan segala sesuatu yang telah diberikan sekarang kepada kamu dengan perantaraan mereka.” sebagaimana yang telah mereka catat (I Ptr. 1:9-12)

Firman yang telah mereka catat bukanlah atas kehendak mereka sendiri, buktinya mereka sendiri juga menyelidikinya. Ayat-ayat berikut menjelaskan beberapa contoh; Daniel (Dan. 12:8-10) Zakharia (Zak. 4:4-13) dan Petrus (Kis. 10:17)

Jika orang-orang ini hanya diinspirasikan untuk menulis beberapa bagian saja, maka kita tidak akan mengetahui dengan benar tentang firman atau roh Allah. Jika hal-hal yang mereka tulis adalah benar-benar firman dari Allah, maka mereka telah dibimbing sepenuhnya oleh Roh Allah dalam masa penulisan. Tapi jika yang terjadi sebaliknya, maka hasilnya adalah bukan firman Allah yang murni. Untuk menerima Alkitab sebagai firman Allah sepenuhnya, kita harus lebih memotivasi diri untuk membaca dan menaatinya. ”janji-janjiMu sangat teruji, dan hambaMu mencintainya” (Mzm. 119:140).

Dengan demikian kitab-kitab yang terdapat di dalam Alkitab adalah karya Allah melalui Roh KudusNya, yang melebihi karya manusia. Untuk meyakinkan hal ini, perhatikan bagaimana Perjanjian Lama dijadikan referensi untuk menulis Perjanjian Baru:

- Matius 2:5 karena demikianlah ”ada tertulis dalam kitab nabi” -Allah telah menulisnya melalui mereka
- ”yang disampaikan Roh Kudus dengan perantaraan Daud...” (Kis, 1:16 menerangkan bagaimana Petrus mengutip ayat dari Mazmur, bandingkan dengan Ibrani 3:7)
- ”yang disampaikan Roh Kudus melalui perantaraan Yesaya” (Kis. 28:25 Paulus mengutip dari Yesaya) Lukas 3:4 mengatakan ”Kitab nubuat-nubuat Yesaya” daripada hanya sekedar ”Kitab Yesaya.”

Oleh karena itu, bagi orang kristen yang mula-mula, mengetahui bahwa Roh Kuduslah yang menginspirasikan firman tersebut adalah lebih penting daripada mengetahui siapa yang menulisnya.

Dalam pelajaran ini akan kami lampirkan daftar ayat-ayat yang menunjukkan bahwa Roh Allah telah dinyatakan kepada kita melalui firman Allah yang tertulis:

- Dengan terus terang Yesus mengatakan,”Perkataan-perkataan yang kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup” (Yoh. 6:63); Dia berbicara dibawah inspirasi dari Allah (Yoh. 17:8; 14:10)
- Kita dijelaskan tentang lahir kembali melalui air dan roh (Yph. 3:3-5) dan firman Allah (I Ptr. 1:2,3)
- Firman yang disampaikan Tuhan semesta alam melalui rohNya dengan perantaraan para nabi...” (Zak. 7:12)
- ”...Aku hendak mencurahkan isi hatiKu kepadamu dan memberitahukan perkataanKu kepadamu” (Ams. 1:23) Memberikan pengertian yang benar tentang firman Allah kepada kita melalui rohNya. Percuma saja kita membaca Alkitab kalau tidak bisa mengambil pelajaran dari dalamnya dan akan membuat roh/pikiran Allah tidak dinyatakan kepada kita.
- Ada banyak ayat yang menjelaskan hubungan antara firman Allah dan rohNya: ”...RohKu yang menghinggapi engkau dan firmanKu yang kutaruh dalam mulutmu...”(Yes. 59:21); ”Oleh karena firmanMu dan menurut hatiMu (roh)” (2 Sam. 7:21); ”RohKu akan Kubiarkan diam di dalam batinmu...” (Yeh. 36:27); ”...Aku akan menaruh TauratKu dalam batin mereka...” (Yer. 31:33)

Kuasa Firman Allah

Roh Allah tidak hanya mengacu kepada pikiran/watakNya, tapi juga kepada tenaga yang Dia gunakan untuk mengekspresikan apa yang Dia pikirkan. Adalah suatu yang diharapkan bahwa firman dari rohNya bukan hanya menyatakan apa yang Dia pikirkan, tapi juga menyatakan suatu kekuatan yang terdapat dalam firman tersebut.

Pengertian yang benar tentang kekuatan itu akan membuat kita jadi berhasrat untuk menggunakannya. Perasaan rendah diri untuk melakukan hal tersebut dapat diatasi dengan pengetahuan kita, ketaatan kepada firman Allah akan memberikan kekuatan untuk mengatasi masalah sekecil apapun dalam hidup ini sambil menentikan penyelamatan. Karena berpengalaman dalam hal ini, Paulus menulis;

”Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan...” (Rm. 1:16)

Lukas 1:37 berbicara mengenai hal yang sama:”Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil.”

Oleh karena itu, mempelajari Alkitab dan menerapkannya di dalam hidup kita adalah suatu proses yang dinamis. Proses ini bukanlah proses belajar seperti di sekolah theologia, juga bukan proses ”menjadi orang baik” seperti yang diajarkan banyak gereja, yang hanya berdasarkan sedikit ayat menyimpulkan suatu pengajaran tanpa mau berusaha untuk memahami atau menerapkannya. ”Sebab firman Allah hidup dan kuat dan...; ”Ia adalah cahaya kemuliaan Allah...” (Ibr. 4:12; 1:3) ”firman Allah...dan memang sungguh-sungguh demikian sebagai firman Allah, yang bekerja juga di dalam kamu yang percaya” (1 Tes. 2:13). Melalui firman, Allah secara aktif bekerja di dalam pikiran orang-orang percaya yang benar, setiap jam dalam sehari.

Oleh karena itu Injil yang sedang anda pelajari intinya adalah Kuasa Allah yang benar; jadi, jika anda melakukannya maka, Roh Allah akan bekerja dalam kehidupan anda dan merubah anda menjadi anak Allah, yang mencerminkan roh/pikiran Allah dalam beberpa hal di dalam kehidupan ini, dan juga mempersiapkan anda untuk memasuki alam Allah yang akan datang pada saat kedatangan Kristus. (2 Ptr. 1:4) Seperti yang diajarkan Paulus ”dengan keyakinan akan Kekuatan Roh” (1 Kor. 2:4).

Kita dikelilingi oleh orang-orang yang tidak percaya sepenuhnya kepada Alkitab sebagai firman Allah, walaupun mereka mengklaim percaya kepada Kristus. Serupa dengan klaim mereka bahwa mereka menerima Allah tapi tidak dapat menerima Allah sebagai pribadi yang nyata. Dengan menolak segenap tulisan-tulisan kudus yang terilham dan keunggulannya yang mengatasi keyakinan dan perasaan pribadi kita, sama dengan menolak Kuasa Allah. Seperti yang tertulis di 2 Tim. 3:5; ”Secara lahiriah mereka menjalankan ibadah mereka, tetapi pada hakekatnya mereka memungkiri kekuatannya.” yaitu kekuatan Injil.

Keyakinan kita diolok-olok oleh dunia (”seperti itukah anda meyakininya?”), begitu juga dengan yang dialami oleh Paulus dan rekan-rekan sekerjanya; ”Sebab pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa, tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuatan Allah” (1 Kor. 1:18)

Dengan mempertimbangkan semua ini, dapatkah kita memegang erat Alkitab dengan penghormatan yang besar dan keinginan yang dalam untuk memahaminya dan mematuhinya?

Sikap Umat Allah Terhadap FirmanNya

Dengan daya pengamatan yang tajam sewaktu membaca Alkitab, kita akan mengetahui bahwa penulis Alkitab tidak hanya mengetahui bahwa ia diilhami, tapi ia juga memberitahukan bahwa penulis yang lain juga terilham. Tuhan Yesus mahir dalam hal ini, sewaktu ia mengutip Mazmur Daud sebagai permulaan ia mengatakan,”Daud oleh pimpinan Roh...” (Mat. 22:43), hal ini menunjukkan bahwa ia tahu kata-kata Daud terilham. Yesus juga berbicara tentang tulisan-tulisan Musa (Yoh. 5:45-47) yang menunjukkan dia percaya bahwa Musa memang betul-betul menulis Kitab Taurat. Mereka yang disebut ”pengkritik tajam” ajaran kristen mempertentangkan apakah benar Musa yang menuliskan hukum taurat, tapi apa yang mereka pertentangkan telah diklarifikasikan oleh Yesus. Dia menyebut Musa sebagai penulis ”perintah-perintah Allah” (Mrk. 7:8,9). Kelompok yang sama dari para ”penentang yang tidak jujur” mengklaim bahwa kebanyakan kisah di dalam Perjanjian Lama adalah mitos, padahal baik Yesus maupun Paulus tidak pernah mengatakan hal demikian. Sewaktu Yesus berbicara tentang kisah Ratu Syeba sebagai fakta sejarah yang diakui (Mat.12:42) Dia tidak mengatakan,”Dongeng Ratu Syeba...”

Sikap para murid juga sama dengan tuan mereka. Dicontohkan oleh Petrus yang mengatakan bahwa pengalaman pribadinya dalam mendengarkan firman dari Kristus dengan telinganya sendiri membuat dia semakin ”diteguhkan oleh firman yang telah disampaikan para nabi” (2 Ptr. 1:19-21). Petrus mempercayai bahwa surat-surat Paulus mempunyai autoritas yang sama dengan Perjanjian Lama.

Ada banyak perumpamaan di dalam Kisah para Rasul, Surat-surat, dan Wahyu yang berkaitan dengan Injil (sebgai contoh, bandingkan Kis. 13:51; Mat. 10:14) yang mengindikasikan bahwa bukan hanya mereka yang diilhami, tapi juga menyatakan bahwa Injil yang dicatat adalah terilham, seperti yang dikatakan oleh para penulis Perjanjian Baru. Di dalam 1 Timotius 5:18 Paulus mengutip ayat-ayat dari Ulangan 25:4 dan Lukas 10:7 sebagai ”tulisan-tulisan kudus.” Paulus berani mengatakan dengan tegas bahwa apa yang dia beritakan berasal dari Kristus, bukan dari dirinya sendiri (Gal.1:11,12; I Kor. 2:13, 11:23, 15:3). Hal ini juga diketahui oleh para murid yang lain; oleh karena itu di dalam Yakobus 4:5 mengutip kata-kata dari Galatia 5:17 sebagai ”tulisan kudus.”

Allah telah berbicara kepada kita melalui Kristus, oleh karena itu sudah tidak diperlukan lagi wahyu yang lain (Ibr. 1:2). Dapat diselidiki bahwa Alkitab juga menyinggung tulisan terilham lainnya yang tidak terdapat di dalam Alkitab (sebagai contoh; the book of Jasher, the writings of Nathan, Elijah, Paul to Corinth, dan John’s third epistle yang mengatakan secara tidak langsung bahwa Yohanes telah menulis suatu surat yang tidak dipelihara, yang ditujukan kepada gereja yang mana Diotrefes menolak untuk mematuhinya). Mengapa tulisan-tulisan ini tidak tersedia bagi kita? Jelas, karena memang tidak ada sangkut pautnya dengan kita. Oleh karena itu kita dapat yakin bahwa Allah telah menyediakan semua tulisan yang ada sangkut pautnya dengan kita.

Telah diklaim bahwa buku-buku di dalam Perjanjian Baru dapat diterima secara berangsur-angsur sebagai tulisan yang terilham, tapi fakta bahwa para murid mengatakan bahwa setiap tulisan kudus terilham, menyangkal hal tersebut. Suatu roh yang menakjubkan telah diberikan untuk menguji apakah surat-surat dan kata-kata yang diklaim sebagai yang terilham, apa memang benar demikian? (1 Kor. 14:37; 1 Yoh. 4:1; Why. 2:2). Hal ini mengartikan bahwa surat-surat yang terilham memang sudah diterima sebelumnya sebagai catatan yang terilham. Jika ada campur tangan manusia dalam menyeleksi buku-buku yang terdapat dalam Alkitab, maka Alkitab sama sekali tidak memiliki autoritas.

Jumat, 11 Maret 2011

Roh Allah

Seperti halnya Allah itu nyata, suatu pribadi yang memiliki perasaan dan emosi, maka adalah suatu yang diharapkan bahwa ia akan menggunakan beberapa cara untuk mengungkapkan keinginannya dan perasaannya kepada kita, anak-anaknya, kemudian kita menerapkannya di dalam kehidupan kita selaras dengan karakternya. Semua ini dilakukan Allah melalui RohNya. Jika kita ingin mengenal Allah dan mempunyai hubungan yang aktif dengan Dia, maka kita perlu untuk mengetahui apakah “Roh Allah” itu? Bagaimana ia bekerja?

Bukan sesuatu yang mudah untuk menjelaskan dengan tepat arti kata “Roh” (“Spirit” dalam bahasa Inggris). Jika anda pergi ke suatu pesta pernikahan, misalnya anda mungkin berkomentar,”There was a really spirit there!” Anda bermaksud untuk mengatakan bahwa susana disana baik, segala sesuatu yang menyangkut pernikahan berjalan dengan baik. Setiap orang berpakaian dengan pantas, makanannya enak, orang-orang berbicara satu sama lain dengan baik, pengantinnya cantik, dll. Semua hal ini menjadi “Spirit” (sesuatu yang membuat) pernikahan berjalan dengan baik.

Demikian halnya Roh Allah, menjelaskan dengan ringkas segala sesuatu tentang Dia. Kata Ibrani yang diterjemahkan sebagai “roh” di dalam Perjanjian Lama, mempunyai arti “nafas” atau “tenaga”; maka Roh Allah adalah “nafasnya”, bagian yang pokok dari Allah, yang mencerminkan pikirannya. Kami akan memberikan contoh bagaimana kata “roh” digunakan dalam menggambarkan pikiran seseorang atau wataknya,  Kata roh tidak hanya mengacu kepada tenaga Allah saja, hal ini dengan jelas diterangkan dalam Roma 15:19; “kuasa roh”.
Adalah suatu ajaran umum Alkitab bahwa apa yang manusia pikirkan, diekspresikan dalam tindakannya. (Ams. 23:7, Mat. 12:34), kelakuan kita menggambarkan apa yang ada di pikiran kita. Kita memikirkan sesuatu, kemudian melakukannya. Roh atau pikiran kita akan merefleksikan apa yang telah menjadi fakta, misalnya kita lapar dan menginginkan makanan, kita melihat pisang di dapur; keinginan ”roh” kita diterjemahkan ke dalam tindakan, kita mengambil pisang itu lalu mengupasnya dan memakannya. Contoh yang sederhana ini menunjukan mengapa kata Ibrani untuk ”roh” mempunyai dua arti, yaitu nafas atau pikiran dan tenaga. Roh kita, adalah inti kehidupan kita. Dalam skala yang lebih besar, Roh Allah mempunyai pengertian yang sama; yaitu suatu kuasa yang menunjukan tenagaNya, watakNya dan tujuanNya. Pikiran Allah adalah apa yang akan dilaksanakannya;”Sesungguhnya seperti yang Kumaksud, demikianlah yang terjadi, dan seperti yang Kurancang, demikianlah akan terlaksana” (Yes. 14:24)

Kekuatan Allah
Banyak ayat yang dengan jelas mengidentifikasikan bahwa Roh Allah adalah tenagaNya. Dalam hal penciptaan alam semesta; ”Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air. Dan Allah berfirman, jadilah terang: lalu terang itu jadi.” (Kej. 1:2,3) 
Roh Allah adalah sumber dari segala sesuatu yang telah diciptakan, ”Oleh nafasNya langit menjadi cerah, tanganNya menembus ular yang tangkas” (Ayub 26:13). ”Oleh firman Tuhan langit telah dijadikan, oleh nafas dari mulutNya segala tentaraNya.” (Mzm. 33:6). Oleh karena itu Roh Allah dijelaskan sebagai:
  • NafasNya
  • FirmanNya
  • TanganNya

Karena tenagaNya Ia menyebabkan segala sesuatu ada. Demikian juga orang-orang percaya yang lahir kembali adalah atas kehendakNya (Yoh. 3:3-5). KehendakNya dilaksanakan oleh Roh. Berbicara tentang seluruh penciptaan, kita membaca, ”Apabila Engkau mengirimkan RohMu, mereka tercipta, dan Engkau membaharui muka bumi” (Mzm. 104:30). Roh/Tenaga inilah yang menjadi penopang bagi segala sesuatu, sebagaimana hal-hal tersebut diciptakan. Mudah sekali untuk membayangkan bagaimana jadinya kehidupan yang tragis ini dan yang penuh dengan sandungan, tanpa campur tangan Roh Allah. Ayub, yang menjadi letih atas apa yang dia alami, telah diperingatkan oleh seorang nabi:”Jikalau Ia menarik kembali RohNya, dan mengembalikan NafasNya kepadaNya, maka binasalah bersama-sama segala yang hidup, dan kembalilah manusia kepada debu” (Ayub 34:14,15). Ketika berusaha keluar dari keadaan yang tertekan, Daud memohon kepada Allahuntuk terus mendukungnya melalui Roh untuk melindunginya (Mzm. 51:12).

Roh yang telah diberikan kepada kita dan seluruh ciptaan, adalah roh yang menopang kehidupan kita. Kita mempunyai ”nafas dari roh kehidupan” di dalam diri kita (Kej. 7:22) yang diberikan Allah pada waktu manusia diciptakan (Mzm. 104:30; Kej. 2:7). Hal ini membuat Dia menjadi ”Allah dari roh segala makhluk” (Bil. 27:16, Ibr. 12:9). Karena Allah sebagai sumber kehidupan yang menopang segala makhluk, maka RohNya berada dimana saja. Daud mengetahui bahwa melalui RohNya/TenagaNya, Dia mampu mengetahui setiap sudut dari pikirannya dan apa yang dipikirkannya. Maka pengertian dari bahwa Dia selalu berada dimana saja, walaupun Dia berada di surga, adalah RohNya yang melakukan hal itu.
Engkau mengetahui kalau aku duduk atau berdiri, Engkau mengerti pikiranku dari jauh...Kemana aku dapat pergi menjauhi RohMu, kemana aku dapat lari dari hadapanMu? Jika aku terbang dengan sayap fajar, dan membuat kediaman di ujung laut, juga disana...tangan kananMu memegang aku. (Mzm. 139:2,7,9,10)

Pengertian yang tepat dari hal ini adalah bahwa Allah menyatakan diriNya kepada kita sebagai suatu tenaga aktif yang sangat kuat. Banyak orang yang imannya bertumbuh bersama pengertian yang tidak jelas tentang Allah. Bagi mereka Allah hanyalah suatu konsep di dalam pikiran, seperti kotak hitam pesawat yang berada di dalam otak. Pengertian tentang Allah yang benar dan kehadiranNya yang nyata disekitar kita melalui RohNya, dapat mengubah total kehidupan kita. Kita dikelilingi oleh roh, yang terus menerus memberikan kesaksian dari setiap tindakannya tentang Allah kepada kita. Daud mendapatkan semangat dari semua ini, yang tentu saja sangat membingungkannya: ”Terlalu ajaib bagiku pengetahuan itu, terlalau tinggi, tidak sanggup aku mencapainya.” (Mzm. 139:6). Tanggung jawab harus disertai dengan pengetahuan yang cukup; kita harus mengakui bahwa setiap apa yang kita pikirkan dan lakukan, diketahui oleh Allah. Selagi kita mengoreksi diri kita apakah kita layak dihadapanNya, khususnya sebelum pembaptisan, kita perlu memikirkan hal ini: menerapkan firman Allah yang mulia yang disampaikanNya kepada Yeremia: ”Sekiranya ada seseorang menyembunyikan diri dalam tempat persembunyian, masakan Aku tidak melihat dia? Demikianlah firman Tuhan. Tidaklah Aku memenuhi langit dan bumi? Demikianlah firman Tuhan” (Yer. 23:24).

Kita telah melihat bahwa konsep tentang Roh Allah sangat luas untuk dipahami; tentang pikiran dan watakNya, dan juga tenaga yang Dia gunakan untuk melaksanakan apa yang ada di dalam pikiranNya. ”Sebab seperti orang yang membuat perhitungan dalam dirinya sendiri demikianlah Ia” (Ams. 23:7); begitu juga dengan Allah di dalam pikiranNya. Dalam pengertian ini, yang dimaksud adalah RohNya (Yoh. 4:24). Meskipun begitu, hal ini tidak mengartikan bahwa Allah bukan suatu pribadi (lihat pertentangan 1). Untuk membantu anda memahami pengertian tentang Roh Allah yang luas, kadang-kadang kami akan menyebutnya ”Roh KudusNya.”

Kata ”Roh Kudus” banyak sekali ditemukan di dalam Perjanjian Baru, di dalam terjemahan Versi Autorisasi (AV), kata ”Roh Kudus” sering kali digunakan, tapi seharusnya kata itu diterjemahkan sebagai ”suatu roh kudus”, dalam Alkitab terjemahan modern terjemahannya lebih jelas. Sepadan dengan yang tercatat di dalam Perjanjian Lama,”Roh dari Allah”, atau ”Roh dari Tuhan”. Dengan jelas diterangkan dalam Kisah para Rasul 2 bahwa Aku akan mencurahkan RohKu (Allah) (Kis. 2:17). Juga di Lukas 4:1 menceritakan Yesus ”yang penuh dengan roh kudus”, kembali dari sungai yordan; kemudian dalam pasal yang sama Yesus mengatakan ”Roh Tuhan ada padaku” yang menjadi penggenapan dari Yesaya 61. Dalam kedua contoh ini (masih banyak lagi yang lain) arti kata Roh Kudus sama dengan yang ada di Perjanjian Lama ”Roh dari Allah”.

Perlu diketahui, Roh Kudus diparalelkan dengan tenaga Allah dalam beberapa ayat berikut;
”Roh Kudus (roh) akan turun atasmu (Maria), dan kuasa Allah yang maha tinggi akan menaungi engkau” (Luk. 1:35)
”oleh kekuatan roh kudus...oleh kuasa tanda-tanda dan mujizat-mujizat dan oleh kuasa roh.” (Rm. 15:13,19)
”Sebab Injil yang kami beritakan...dengan kekuatan oleh roh kudus.” (I Tes. 1:5)
Murid-murid dijanjikan akan menerima Roh Kudus seperti mereka ”diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat tinggi” (Kis. 10:38)
Paulus menopang pengajarannya hal yang tak dapat disangkal, yaitu kuasa/tenaga Allah; ”baik perkataanku maupun pemberitaanku...dengan keyakinan akan kekuatan roh.” (I Kor. 2:4).