Adapun telah disebutkan pentingnya baptisan; ini adalah langkah pertama akan ketaatan kepada pesan Injil. Ibr 6:2 berbicara tentang baptisan sebagai salah satu dari banyak doktrin dasar. Kita meninggalkan kesadaran ini samapai tahap sejauh ini karena baptisan yang benar hanya dapat terjadi setelah memiliki pegangan yang benar akan kebenaran dasar yang terdiri dari Injil. Kita sekarang memiliki pemahaman yang lengkap akan hal ini. jika anda ingin dipersatukan dengan pengharapan yang besar yang seringkali Alkitab mengarahkan melalui Yesus Kristus, maka baptisan merupakan kebutuhan yang absolut.
“keselamatan datang dari bangsa Yahudi” (Yoh 4:22) dalam artian bahwa janji-janji mengenai keselamatan telah dibuat hanya kepada Abraham dan benihnya. Kita hanya dapat memiliki janji-janji yang dibuat untuk kita itu jika kita menjadi dalam benih, dengan dibaptis ke dalam Kristus (Gal 3:22-29). Maka, segala kebenaran Tuhan Yesus menjadi kebenaran kita. Zakharia menyebutkan nubuatan tentang benih Abraham dan Daud sebagai penerapan untuk semua orang percaya (Luk 1:73,74).
Tanpa baptisan, kita berada di luar hubungan perjanjian dengan Allah. Inilah sebabnya Petrus berseru: “bertobatlah dan dibaptis” dengan maksud untuk menerima pengampunan.Hanya sebanyak yang telah dibaptis ke dalam Kristus yang di dalam Dia dan oleh karenanya memiliki janji-janji keselamatan yang dibuat untuk Abraham dibuat untuk mereka (Gal 3:27). Jika kita mengambil bagian dalam kematian dan kebangkitan Kristus melalui baptisan, maka – dan hanya akan – “kita menjadi sama dengan kebangkitanNya... kita akan hidup juga dengan Dia” (Rm 6:5,8).
Yesus yang oleh karenanya memerintahkan para pengikutNya: “pergilah kalian ke seluruh dunia dan beritakanlah injil (yang berisikan janji-janji kepada Abraham – Gal 3:8) kepada segala ciptaan. Dia yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan” (Mrk 16:16). Cerminan keatas kata “dan” menyatakan bahwa percaya kepada injil saja tidak dapat menyelamatkan kita; baptisan bukanlah merupakan pilihan tambahan di dalam kehidupan kristen, ini adalah bagian penting untuk keselamatan. Ini tidaklah mengatakan bahwa tindakan baptisan itu saja akan menyelamatkan kita; ini harus diikuti dengan waktu kehidupan yang terus-menerus akan ketaatan terhadap firman Allah. Yesus menekankan ini: “sesungguhnya jika seseorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam kerajaan Allah (Yoh 3:5). Tatkala rintangan dosa itu ditarik, ketika kita ‘ditutupi’ oleh kebenaran Kristus, maka kita diundang untuk berhubungan pribadi dengan janji Allah.
Ini adalah sebuah proses yang sedang berjalan: “menjadi lahir kembali... oleh firman Allah” (1 Ptr 1:23). Sehingga melalui kelanjutan tanggapan kita terhadap roh firman bahwa kita menjadi lahir oleh roh.
Kita “dibaptiskan dalam Kristus” (Gal 3:27), di dalam namaNya dan yang dari Bapa (Kis 19:5; 8:16; Mat 28:19). Catatan bahwa kita dibaptis di dalam Kristus bukan di dalam Christadelphians atau organisasi manusia. Oleh baptisan di dalamNya kita menjadi manusia yang disebut oleh nama Kristus, hanya sebagai Israel yang menyukai penggambaran sebagai yang memiliki nama Allah (2 Taw 7:14). Secara sering Allah memperingatkan kenyataan bahwa israel membawa namaNya memberikan mereka sebuah tanggung-jawab berat untuk bertindak dengan tepat, sebagai saksiNya kepada dunia. Kesamaan yang benar bagi kita yang dibaptis dalam nama itu. Tanpa dibaptis kita tidak berada “dalam Kristus”, dan oleh karenanya tidak terlindungi karya keselamatanNya (Kis 4:12).
Petrus menyusun perumpamaan yang kuat mengelilingi kenyataan ini: dia mengumpamakan bahtera pada zaman Nuh kepada Kristus, menunjukkan bahwa bahtera menyelamatkan Nuh dan keluarganya dari hukuman yang datang atas orang berdosa, Begitulah baptisan dalam Kristus akan menyelamatkan orang-orang percaya dari kematian kekal (1 Ptr 3:21). Nuh masuk ke-dalam bahtera seumpama kita masuk ke-dalam Kristus melalui baptisan. Semua yang berada di luar bahtera dilenyapkan oleh air bah; berdiri dekat bahtera atau menjadi teman dari Nuh sungguh tidak berkaitan.
Cara untuk keselamatan hanyalah dengan berada di dalam Kristus/bahtera. Inilah bukti tentang kedatangan kedua, yang mencirikan air bah (Luk 17: 26,27), mendekati kita. Masuk ke-dalam Kristus/bahtera oleh baptisan yang oleh karena itu menjadi sangat penting; secara Alkitabiah mencirikan akan masuk ke-dalam bahtera pada zaman Nuh adalah lebih kuat.
Orang kristen mula-mula mematuhi perintah Kristus untuk melakukan perjalanan untuk mengkotbahkan Injil dan membaptis; kitab Kisah para rasul mencatat akan hal ini. pembuktian dari pentingnya baptisan menjadi ditemukan bahwa catatan ini menekankan bagaimana dengan segera orang menjadi dibaptis setelah mengerti dan menerima Injil (contohnya Kis 8:12,36-39; 9:18; 10:47; 16:15). Penekanan ini dapat dimengerti dan diapresiasikan bahwa tanpa baptisan pembelajaran kita akan Injil adalah sia-sia; baptisan adalah tahap penting yang utama untuk berjalan melalui jalan menuju keselamatan. Dalam suatu kasus catatan yang diinspirasikan terlihat begitu menyoroti bagaimana, meskipun banyak manusia beralasan untuk menunda baptisan, dan banyak kesulitan dalam menampilkan tindakan ini, ini begitu penting bahwa orang membuat segala upaya untuk mendatangkan hal ini, dengan pertolongan Allah.
Kepala penjara di Filipi secara tiba-tiba dijerumuskan dalam sebuah krisis akan hidupnya oleh sebuah gempa bumi yang besar yang secara lengkap mematahkan keamanan penjara yang tertinggi. Para tahanan mendapat kesempatan untuk melarikan diri – sesuatu yang mana akan mengorbankan kehidupan dirinya. Imannya di dalam injil kemudian menjadi nyata, sebanayk yang mana “dalam jam yang sama pada waktu malam (dia) memberi diri dibaptis... secara langsung” (Kis 16:33). Jika seseorang memiliki alasan untuk menunda baptisan itu adalah dia. Ancaman hukuman atas kelalaian tugas adalah digantung melampaui kepalanya, sebelum ia melihat dengan jelas tindakan apa yang paling penting ditampilkan ke dalam kehidupannya dan nasib kekekalan. Dan ia mendatangkan permasalahan dengan segera yang mengelilingi hidupnya (contohnya gempa bumi), tekanan-tekanan dari apa yang dia kerjakan sehari-hari dan trauma kepanikan membuat dia menemukan dirinya masuk untuk dibaptis. Banyak dari calon-calon yang akan dibaptis dapat mengambil inspirasi yang benar dari pria itu. Bahwa ia dapat membuat kesungguhan akan tindakan iman yang cukup dibuktikan bahwa ia telah siap untuk mengenal lebih dalam lagi akan injil, melihat bahwa kenyataan iman yang sesungguhnya hanya datang dari pendengaran akan Firman Allah (Rm 10:17; Kis 17:11).
Dalam Kis 16:14,15 kita membaca bagaimana Lidia “memperhatikan apa yang dikatakan oleh Paulus. Dan sesudah ia dibaptis...”. ini dianggap bahwa siapapun yang mendengar dan percaya kepada injil akan dibaptis – baptisan terlihat sebagai bagian penting yang meresponi pengajaran daripada injil. Pekerjaan baik tidaklah cukup – kita harus dibaptis secara benar. Kornelius adalah “seorang yang saleh, yang takut akan Allah... yang mana banyak berderma kepada orang, dan selalu berdoa kepada Allah”, tetapi hal ini tidaklah cukup; dia harus menunjukkan apa yang harus dia lakukan yang mana dia tidak melakukannya – untuk percaya kepada injil Kristus dan dibaptis (Kis 10:2,6).
Kis 8:26-40 mencatat bagaimana seorang sida-sida Etiopia yang sedang mempelajari kitab sementara membaca dalam sebuah kereta kuda yang melalui padang gurun. Dia bertemu Filipus, yang mengajar dan menjelaskan injil kepadanya, termasuk syarat-syarat untuk baptisan. Secara manusiawi berbicara, pastilah tidak mungkin untuk mentaati perintah untuk dibaptis di padang gurun yang kekurangan air itu. Sesungguhnya Allah tidak akan meberi perintah yang mana seseorang tidak dapat mematuhinya. “sejauh mereka pergi akan jalan mereka, mereka menghampiri temapat yang berair” sebuah oasis, di mana baptisan dimungkinkan (Kis 8:36). Kejadian ini menjawab dugaan yang tidak mendasar bahwa penyelaman hanya diberlakukan untuk ditampilkan di daerah yang luas, gampang mendapat air. Allah akan selalu menyediakan jalan yang nyata yang mana untuk menmtaati perintah-perintahNya.
Rasul Paulus menerima gambaran yang dramatis dari Kristus yang sangat menusuk hati nuraninya sedapat mungkin dia “dengan segera... bangun dan dibaptis” (Kis 9:18). Dan lagi haruslah menjadi cobaan baginya untuk menunda baptisan, memikirkan status sosialnya dan karirnya yang sedang menanjak yang direncanakan bagi dia di dalam keyahudian. Tetapi bintang dari dunia yahudi yang sedang terbit ini membuat pembenaran dan keputusan segera untuk dibaptis dan secara terbuka meninggalkan cara hidupnya yang terdahulu. Dia kemudian merefleksikan pilihannya dengan menjadi dibaptis: “dahulu yang kuanggap keuntungan, semuanya kuanggap rugi karena Kristus... malahan semuanya kuanggap rugi (segala sesuatu yang dulu menguntungkan), dan menganggap semua itu sebagai sampah, supaya aku memperoleh Kristus... melupakan apa yang ada di belakang (segala sesuatu dari cara hidup keyahudiannya yang lama), dan mengarahkan apa yang ada di hadapanku, berlari pada tujuan untuk memperoleh hadiah” (Flp 3:7,8,13,14).
Ini merupakan bahasa seorang atlet yang langsung mengarahkan pemutusan penyelesaian rangkaian. Demikianlah konsentrasi dari mental dan kerja keras fisik yang seharusnya mengkarakterisasikan kehidupan kita setelah baptisan. Haruslah dimengerti bahwa baptisan merupakan permulaan dari sebuah perjalanan menuju Kerajaan Allah; ini bukan hanya sebuah tanda dari perubahan gereja-gereja dan percaya, atau tidak juga sesuatubyang pasif memasuki kehidupan yang santai akan kemudahan kesetiaan kepada agama terhadap beberapa kesamaran yang dinyatakan prinsip dasar orang kristen. Baptisan mengerjakan kita dalam sentuhan yang berjalan dengan salib dan kebangkitan Yesus (Rm 6:3-5) – kesempatan penuh akan kekuatan yang utama dalam segala hal.
Sebagaimana melelahkan, sebelum kejayaan rohani seorang yang tua, Paulus dapat mengenang: “aku tidak pernah tidak taat terhadap penglihatan surga” (Kis 26:19). Sebagaimana kesungguhan bagi Paulus, begitu juga mereka yang dengan tepat dibaptis: baptisan adalah sebuah keputusan yang mana seseorang tidak akan pernah menyesal. Pertobatan adalah sesuatu yang tidak akan pernah berhenti bertobat, Paulus meringkaskan nilai-nilai (2 Kor 7:10). Seluruh kehidupan kita kita akan menyadari bahwa kita membuat pilihan yang tepat. Dari sedikit keputusan-keputusan manusia dapat membuat kita begitu yakin. Dan pertanyaan yang harus dijawab dengan serius: ‘mengapakah seharusnya aku tidak dibaptis?’.