Salah satu alasan akan baptisan selam adalah bahwa dimasukkan ke dalam air adalah melambangkan kita masuk ke dalam kubur – menyatukan kita dengan kematian Kristus, dan mengindikasikan ‘kematian’ kita akan kehidupan kita sebelumnya terhadap dosa dan kebodohan. Keluar dari air menghubungkan kita dengan kebangkitan Kristus, menghubungkan kita pada harapan akan kebangkitan pada kehidupan kekal saat kedatanganNya, sebagaimana hidup dalam hidup baru saat ini, secara rohani berhasil mengatasi dosa pada kemenangan Kristus yang tercapai oleh kematian dan kebangkitanNya.
“kita semua telah dibaptis di dalam Kristus dan dibaptis dalam kematianNya. Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian kita akan berjalan (kehidupan hari ini) dalam kehidupan yang baru. Sebab jika kita telah menjadi satu dengan apa yang sama dengan kematianNya (dengan baptisan), kita juga menjadi satu dengan apa yang sama dengan kebangkitanNya” (Roma 6:3-5).
Karena keselamatan hanya dimungkinkan melalui kematian dan kebangkitan Kristus, adalah yang utama bahwa kita menyatukan diri kita dengan hal ini jika kita diselamatkan. Lambang kematian dan kebangkitan kembali dengan Kristus, yang melalui baptisan hanya inilah cara untuk melakukan hal ini. seharusnya tercata bahwa pemercikan tidak memenuhi lambang ini. Pada baptisan “manusia lama kita (cara hidup) disalibkan” sebagaimana dengan Kristus di atas kayu salib (Rm 6:6); Allah “menghidupkan kita bersama Kristus” pada baptisan (Ef 2:5). Bagaimanapun, kita tetap memilki kodrat manusia setelah baptisan, dan oleh karena itu cara-cara hidup kedagingan tetap akan muncul. ‘penyaliban’ akan kedagingan kita oleh karena sebuah proses berjalan yang hanya bermula saat baptisan, Yesus mengatakan kepada orang percaya untuk memikul salibnya setiap hari dan mengikut Dia, sebagaimana dalam perjalanan menuju Kalvari (Luk 9:23; 14:27). Sementara hidup yang benar tersalibkan bersama Kristus tidaklah mudah, di sana terdapat penghiburan dan kegirangan yang tak terkatakan melalui penyatuan dengan kebangkitanNya.
Kristus membawa “damai melalui darahNya di kayub salib” (Kol1:20) – “damai sejahtera dari Allah, yang melampaui segala pikiran” (Flp 4:7). Akan hal ini Yesus berjanji: “damai sejahtera Kutinggalkan bagimu, damai sejahteraKu Kuberikan padamu: tidak seperti dunia memberikan damai, Aku memberikannya kepadamu” (Yoh 14:27). damai dan kegembiraan rohani yang benar ini melebihi sakit dan kesulitan yang secara terbuka menyatukan diri kita dengan penyaliban Kristus. “sebagaimana kesengsaraan Kristus melingkupi kami, demikian juga penghiburan yang berlimpah-limpah oleh Kristus” (2 Kor 1:5).
Di sana juga ada kebebasan yang datang dari mengetahui bahwa sifat dasar kita sesungguhnya sudah mati, dan oleh karenanya Yesus secara aktif melalui setiap rintangan kita. Rasul besar Paulus berbicara dari pengalaman pribadinya akan hal ini. “namun aku hidup, tetapi bukan aku lagi yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku, dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang menagsihi dan menyerahkan diriNya untuk aku” (Gal 2:20).
“kiasan baptisan juga menyelamatkan kita sekarang... oleh kebangkitan Yesus Kristus” (1 Ptr 3:21) karenba persekutuan kita dengan kebangkitan Kristus akan kehidupan kekal yang diberikan kepada kita yang sama pada saat kedatanganNya kembali. Dengan mengambil bagian dalam kebangkitanNya, maka akhirnya kita diselamatkan. Yesus menyatakan hal ini dalam kalimat yang sederhana: “Karena Aku hidup, maka kalian akan hidup juga” (Yoh 14:19). Pauluspun demikian: “kita diperdamaikan dengan Allah oleh kematian AnakNya... kita akan diselamatkan oleh hidupNya” (kebangkitan; Rm 5:10).
Lebih lagi waktu yang ditekankan bahwa oleh persekutuan kita dengan kematian dan penderitaan Kristus dalam baptisan, dan juga cara hidup kita, kita akan dengan pasti berbagi di dalam kemuliaan kebangkitanNya:
“jika kita mati dengan (kristus), kita juga akan hidup dengan Dia; jika kita bertekun, kita juga akan memerintah dengan Dia” (2 Tim 2:11,12).
“senantiasa membawa dalam tubuh akan kematian Tuhan Yesus, sehingga kehidupan Yesus boleh dinyatakan dalam tubuh kita... mengetahui bahwa Ia yang membangkitkan Tuhan Yesus akan membangkitkan kita juga oleh Yesus” (2 Kor 4:10,11,14).
Paulus berbagi dalam “persekutuan akan penderitaan (Kristus), terjadi (oleh pengalaman hidupnya yang keras) memenuhi sampai kematiannya; jika oleh karena segala sesuatu aku boleh bermegah kepada kebangkitan akan hidup yang kekal sebagaimana yang dialami oleh Kristus” (Flp 3:10,11; Gal 6:14).