Minggu, 21 November 2010

Hidup sebagai Imamat Rajani

“Sebab semua orang yang dipilihNya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara. Dan mereka yang ditentukan-Nya dari semula, mereka itu juga dipanggil-Nya. Dan mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya. Dan mereka yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya.” (Roma 8:29-30)

Kata “dimuliakan” memiliki arti yang sama dengan “diposisikan.” Kita diposisikan Allah pada tingkatan yang mulia. Banyak orang Kristen tidak menikmati posisi ini. Roma 8:30 ini, merupakan langkah-langkah menerima Injil, yaitu percaya, bertobat, lahir baru, dibaptis, dan dibenarkan. Kita harus tahu bahwa bersama dengan Roh Kudus dan firman, kita diangkat dan dimuliakan. Kita yang percaya kepada Tuhan Yesus dimuliakan oleh Tuhan,
tidak peduli itu dari kalangan rendah, menengah atau atas dalam hal ekonomi. 

Dari hari ke hari, harus ada perubahan hidup dalam diri kita. Kalau belum berubah, maka ada sesuatu yang salah tentang pemahaman akan firman Tuhan. Memang terkadang tidak secara jasmani atau materi saja kita dimuliakan. Yang jelas orang percaya diposisikan dalam posisi yang mulia (1 Petrus 2:9). Kamu yang dahulu bukan umat Allah, tetapi yang sekarang telah menjadi umatNya, yang dahulu tidak dikasihani tetapi yang sekarang telah beroleh belas kasihan.

Imam dan Raja ini selalu diurapi minyak/”anointing.” Waktu Daud menjadi raja ada kekuatan Allah yang membuat dia bisa memerintah. Imam disertai tanda-tanda mujizat, sedang Raja diberi kuasa untuk memerintah. Kita dipanggil dan dipilih menjadi imamat yang rajani.  Lukas 5:1-11 mengisahkan tentang penjala ikan menjadi “Penjala Manusia,” yang merupakan ilustrasi yang sangat sederhana dan menimbulkan suatu pengertian tentang imamat yang rajani. Dalam ayat ini, sebelum dipanggil, murid-murid Yesus adalah seorang penjala ikan atau bekerja. Lalu, mereka menjadi “Penjala manusia,” yaitu hamba Tuhan. Kita masing-masing memiliki “Perahu Kehidupan,” Sejak kita menjadi milik Kristus, jangan sia-siakan posisi kita. Kalau kita seorang guru, usahawan, dan lain sebagainya pakailah untuk melayani Tuhan. Kalau kita ingin diberkati, biarlah Yesus naik ke dalam perahu kita. Saat seperti inilah kita menjadi imamat yang rajani. Biarlah Tuhan menaiki “perahu kehidupan” kita, lalu menyampaikan firman Allah dalam kehidupan kita. Sehingga, kita dapat memenangkan dan menuntun orang untuk mendapat keselamatan.

Daniel 12:2-3 berkata, “Dan banyak dari antara orang-orang yang telah tidur di dalam debu tanah, akan bangun, sebagian untuk mendapatkan hidup yang kekal, sebagian untuk mengalami kehinaan dan kengerian yang kekal. Dan orang-orang bijaksana akan bercahaya seperti cahaya cakrawala, dan yang telah menuntun banyak orang kepada kebenaran seperti bintang-bintang, tetap untuk selama-lamanya.” Menuntun orang kepada kebenaran merupakan pelayanan yang sangat indah, tentunya dengan “back up” Tuhan.

Dalam Lukas 5:4-5, Yesus menyuruh mereka untuk menebarkan jala juga walaupun mereka sudah sepanjang malam mencari ikan dan tidak mendapatkan apa-apa. Akhirnya, mereka mencari ikan dengan perintah Yesus dan mendapatkan hasil yang luar biasa (Lukas 5:6-7). Kalau perahu kehidupan kita ada Yesus, maka kita menjadi imamat yang rajani yang dapat melayani  Tuhan, dan apa saja yang kita perbuat pasti berhasil. Kalau kita membiarkan hidup kita dipakai Tuhan, maka kita akan maenjadi orang yang berhasil.

Mau tidak mau kita tidak bisa lari dari hidup sebagai “imam dan raja” ini. Petrus membiarkan Yesus naik ke perahunya, setelah itu bisnisnya diberkati Tuhan secara luar biasa. “Perahu yang hampir tenggelam” merupakan berkat maksimal yang Tuhan berikan kepada kita. Tetapi ingat jangan sampai perahu kita tenggelam yang membawa kepada kehancuran. Baca: Amsal 30. Tuhan menghendaki agar posisi kita sebagai “raja” diberkati dan “imam” yang dapat menabur sehingga terjadi keseimbangan. Berkat yang didapat sebagai anak Raja disalurkan terus sehingga semakin diberkati Tuhan baik jasmani maupun rohani. Kalau tujuan hidup kita berubah, maka urapan akan diangkat dari kita. Wahyu 5:11-12 berkata, “Maka aku melihat dan mendengar suara banyak malaikat sekeliling takhta, makhluk-makhluk dan tua-tua itu; jumlah mereka berlaksa-laksa dan beribu-ribu laksa, katanya dengan suara nyaring: “ Anak Domba yang disembelih itu layak untuk menerima kuasa, dan kekayaan, dan hikmat, dan kekuatan, dan hormat, dan kemuliaan, dan puji-pujian!” Roh Kudus yang ada di dalam diri kita memiliki muatan dan mengangkat kita. Orang yang penuh Roh Kudus tidak bisa dinilai seperti dalam ayat di atas.
Kalau kita penuh Roh Kudus, maka kita diangkat menjadi imamat yang rajani. Secara pasti Tuhan akan mengangkat kita secara jasmani dan rohani.

Lukas 5:8-11 merupakan respon murid-murid Yesus untuk mengikut Yesus. Mereka adalah orang yang tidak memiliki waktu lagi untuk bekerja sebagai penjala ikan karena pelayanan yang harus mereka jalani. Banyak anak- anak Tuhan yang juga mengalami hal yang sama seperti murid-murid Yesus ini. Tetapi dalam hal ini kita harus memiliki hikmat untuk menjadi imamat yang rajani dan agar nama Tuhan dipermuliakan. Jangan sampai keluarga kita hancur karena pelayanan, demikian juga jangan sampai kita tidak melayani karena pekerjaan kita sendiri yang terlalu sibuk.