Kita telah melihat bahwa Abraham dijanjikan melalui keturunannya, seluruh bangsa di bumi akan diberkati; Roma 4:13 menjelaskan hal ini lebih lanjut dengan mengatakan bahwa seluruh bumi akan diwarisi oleh orang-orang yang berada “di dalam keturunan Abraham,” yaitu Yesus. Nubuat tentang patung besar di Daniel 2 menjelaskan bagaimana Kristus akan datang kembali seperti sebuah batu kecil, kemudian secara berangsur-angsur Kerajaannya akan menyebar ke seluruh dunia (bandingkan Mzm. 72:8). Hal ini mengartikan bahwa Kerajaan Allah tidak hanya berlokasi di Yerusalem atau di tanah Israel, sebagai pusatnya, tetapi seluruh negeri ini akan menjadi jantung dari Kerajaan itu.
Bagi mereka yang menjadi pengikut Kristus akan “menjadi suatu Kerajaan dan menjadi imam-imam bagi Allah kita, dan mereka akan memerintah sebagai Raja di bumi” (Why. 5:10). Kita akan memerintah atas daerah-daerah dengan ukuran-ukuran dan jumlah yang berbeda; yang satu akan memerintah atas sepuluh kota, dan yang lain atas lima kota (Luk. 19:17). Kristus akan membagi kepemimpinannya atas bumi dengan kita (Why. 2:27; II Tim. 2:12). ”Seorang Raja (Yesus) akan memerintah menurut kebenaran dan pemimpin-pemimpin (orang-orang yang percaya) akan memimpin menurut keadilan” (Yes. 32:1; Mzm. 45:16).
Kristus akan memerintah selamanya di atas takhta Daud yang akan didirikan kembali (Luk. 1:32,33). Ia akan mewarisi singgasana Daud dan kedudukkannya sebagai pemimpin, yang terletak di Yerusalem. Karena dari Yerusalem ia akan memerintah. Karena itu Yerusalem akan menjadi ibukota dari Kerajaan yang akan datang. Di tempat inilah Bait Allah akan dibangun kembali (Yeh. 40-48). Tempat dimana orang-orang dari berbagai penjuru dunia akan menyembah Allah (Mal 1:11). Bait ini akan menjadi pusat peribadatan dunia. Bangsa-bangsa “akan datang tahun demi tahun untuk sujud menyembah kepada Raja, Tuhan semesta alam, dan untuk merayakan hari raya Pondok Daun” (Za. 14:16).
Ziarah tahunan ke Yerusalem ini juga dinubuatkan di Yesaya 2:2,3; “Akan terjadi pada hari-hari yang terakhir: gunung (kerajaan Dan. 2:35,44) tempat rumah Tuhan (bait) akan berdiri tegak di hulu gunung-gunung (Kerajaan Allah dan baitNya akan mengatasi kerajaan-kerajaan manusia)…segala bangsa akan berduyun-duyun kesana, dan banyak suku bangsa akan pergi serta berkata: “Mari, kita naik ke gunung Tuhan, ke rumah Allah Yakub, supaya Ia mengajar kita tentang jalan-jalanNya…sebab dari Sion akan keluar pengajaran dan firman Tuhan dari Yerusalem.” Hal ini memberikan gambaran hari-hari pertama dari Kerajaan itu, orang-orang menyebarkan pengetahuan tentang kepemimpinan Kristus kepada yang lain, dan mereka naik ke “gunung” dari Kerajaan Allah, yang secara perlahan akan menyebar ke seluruh dunia. Dari hal ini kita mendapat gambaran mengenai penyembahan kepada Allah yang benar yang akan dilakukan dengan semangat yang luar biasa.
Salah satu dari tragedi terbesar umat manusia pada zaman kita adalah, bahwa kebanyakan orang “melayani” Allah karena alasan politik, sosial, kebudayaan, dan emosional, daripada berdasarkan pemahaman yang benar tentang Dia sebagai Bapa dan Sang Pencipta. Dalam Kerajaan Allah, akan ada semangat yang besar untuk mempelajari jalan-jalan Allah; orang-orang akan termotivasi oleh hal ini, dan mereka akan menempuh perjalanan dari segala penjuru bumi menuju Yerusalem, dengan tujuan untuk memperoleh pengetahuan tentang Allah.
Kebalikan dari kekacauan dan ketidakadilan yang disebabkan oleh sistem perundang-undangan dan pelaksanaan keadilan oleh manusia; maka akan ada satu hukum yang berlaku, yaitu “Hukum dan Firman Tuhan” yang akan dinyatakan oleh Kristus dari Yerusalem. “Segala bangsa” akan berkumpul mengikuti pengajaran ini, yang secara tidak langsung menyatakan keinginan mereka yang sama untuk memperoleh pengetahuan yang benar tentang Allah, yang akan mengurangi perselisihan di antara bangsa-bangsa dan juga diantara individu-individu yang berusaha untuk memperoleh pengetahuan itu dalam hidup ini.
Penjelasan tentang orang-orang yang berduyun-duyun menuju Yerusalem sama dengan gambaran yang dijelaskan di Yes. 60:5, dimana orang-orang Yahudi “bersama” dengan bangsa-bangsa (non-Yahudi) menyembah Allah di Yerusalem. Hal ini ada hubungannya dengan nubuat tentang Kerajaan di Zakharia 8:20-23;
“Masih akan datang lagi bangsa-bangsa dan penduduk banyak kota. Dan penduduk kota yang satu akan pergi kepada penduduk kota yang lain, mengatakan: Marilah kita pergi untuk melunakkan hati Tuhan dan mencari Tuhan semesta alam! Kamipun akan pergi! Jadi banyak bangsa dan suku-suku bangsa yang kuat akan datang mencari Tuhan semesta alam di Yerusalem dan melunakkan hati Tuhan...Pada waktu itu sepuluh orang dari berbagai bangsa dan bahasa akan memegang kuat-kuat punca jubah seorang Yahudi dengan berkata: Kami mau pergi menyertai kamu, sebab telah kami dengar, bahwa Allah menyertai kamu!”
Hal ini memberikan gambaran tentang orang-orang Yahudi yang akan ”menjadi kepala dan bukan menjadi ekor” dari bangsa-bangsa, yang disebabkan oleh pertobatan dan ketaatan mereka (Ul. 28:13); karena itu ajaran dasar Yahudi tentang rencana keselamatan Allah akan dihargai oleh setiap orang. Diabaikannya hal ini oleh orang-orang dari berbagai golongan Kristen, akan segera berakhir. Orang-orang akan bersemangat sekali untuk mendiskusikan hal-hal ini, karena itu mereka mengatakan kepada orang-orang Yahudi, ”telah kami dengar bahwa Allah menyertai kamu.” Percakapan akan berkisar seputar hal-hal rohani daripada membicarakan hal-hal kosong mengenai hantu-hantu dan setan-setan, seperti yang terjadi di dunia saat ini.
Karena memberikan perhatian yang sangat besar terhadap illah-illah ini, tidak mengherankan jika Kristus ”akan menjadi hakim antara bangsa-bangsa dan akan menjadi wasit bagi banyak suku bangsa; maka mereka akan menempa pedang-pedangnya menjadi mata bajak dan tombak-tombaknya menjadi pisau pemangkas; bangsa tidak akan lagi mengangkat pedang terhadap bangsa, dan mereka tidak akan lagi belajar perang” (Yes. 2:4), yang akan membuat bangsa-bangsa bersedia untuk merubah peralatan mereka menjadi alat-alat pertanian, dan meniadakan latihan-latihan perang. ”Keadilan berkembang dalam zamannya” (Mzm. 72:7). Hal-hal rohani akan menjadi sesuatu yang mulia, dan kehormatan akan diberikan kepada mereka yang mencerminkan karakter Allah; kasih, pengampunan, keadilan, dll. Kontras dengan kemuliaan yang dibanggakan pada saat ini; kesombongan dan ambisi pribadi.
Kesediaan untuk menempa ”pedang-pedang menjadi mata bajak” adalah bagian dari sistem pertanian besar-besaran yang akan meliputi seluruh bumi. Sebagai akibat dari dosa Adam, tanah dikutuk (Kej. 3:17-19), karena itu kita harus berusaha keras untuk memperoleh kebutuhan pangan kita dari tanah. Di dalam Kerajaan ”tanaman gandum berlimpah-limpah di negeri bergelombang di puncak pegunungan; biarlah buahnya mekar bagaikan Libanon” (Mzm. 72:16). ”Pembajak akan tepat menyusul penuai dan pengirik buah anggur penabur benih; gunung-gunung akan meniriskan anggur baru” (Amos 9:13), yang akan meningkatkan kesuburan tanah di bumi, dan mengurangi kutukan atas tanah yang diucapkan di taman Eden.
Usaha pertanian besar-besaran seperti itu pastilah melibatkan banyak orang. Nubuat-nubuat tentang Kerajaan memberikan kesan bahwa orang-orang akan kembali kepada kesederhanaan hidup dengan bertani;
”mereka masing-masing akan duduk di bawah pohon anggurnya dan di bawah pohon aranya dengan tidak ada yang mengejutkan” (Mi. 4:4).
Kesederhanaan ini akan mengakhiri kesewenang-wenangan yang merupakan sifat dari segala cara untuk mempekerjakan buruh demi uang. Menghabiskan waktu untuk bekerja agar orang lain menjadi kaya, akan menjadi bagian dari masa lalu.
”Mereka akan mendirikan rumah-rumah dan mendiaminya juga; mereka akan menanami kebun-kebun anggur dan memakan buahnya juga. Mereka tidak akan mendirikan sesuatu, supaya orang lain mendiaminya, dan mereka tidak akan menanam sesuatu, supaya orang lain memakan buahnya...orang-orang pilihanku akan menikmati pekerjaan tangan mereka. Mereka tidak akan bersusah-susah dengan percuma...” (Yes. 65:21-23).
Yesaya 35:1-7 memberikan penjelasan mengenai nubuat yang menakjubkan tentang bagaimana tanah yang tidak subur akan dirubah, sebagai hasil dari pancaran kegembiraan dan kebahagiaan yang hampir saja keluar dari tanah, karena kerohanian dari mereka yang bekerja di atasnya. ”Padang gurun...akan bergirang...padang belantara akan bersorak-sorak dan berbunga; seperti bunga mawar ia akan berbunga lebat, akan bersorak-sorak...tanah pasir yang hangat akan menjadi kolam, dan tanah gersang menjadi sumber-sumber air.” Bahkan permusuhan diantara binatang-binatang akan dilenyapkan: ”Serigala dan anak domba akan bersama-sama makan rumput,” dan anak-anak akan bermain dengan ular (Yes. 65:25; 11:6-8).
Sebagaimana kutukan atas segala ciptaan akan berkurang, demikian juga dengan manusia. Karena itu Wahyu 20:2,3 berbicara dalam bahasa simbolis tentang Iblis (dosa dan akibatnya) yang ”dipenjara” atau dikerangkeng selama 1000 tahun. Waktu kehidupan akan diperpanjang, jika ada seseorang yang mati pada usia 100 tahun, masih dianggap terlalu muda (Yes. 65:20). Wanita-wanita tidak akan mengalami kesusahan dalam melahirkan anaknya (Yes. 65:23). ”Pada waktu itu mata orang-orang buta akan dicelikkan, dan telinga orang-orang tuli akan dibuka” (Yes. 35:5,6). Hal ini akan terjadi melalui karunia-karunia roh yang menakjubkan, yang akan diberikan lagi (bandingkan Ibr. 6:5).
Tidak bisa terlalu ditegaskan bahwa Kerajaan Allah seharusnya tidak seperti surga di kepulauan tropis, yang dinikmati oleh orang-orang benar sama seperti orang-orang menikmati sinar matahari di tengah-tengah keindahan alam. Tujuan utama dari Kerajaan Allah adalah untuk memberikan kemuliaan kepada Allah, hingga bumi dipenuhi dengan kemuliaanNya ”seperti air yang menutupi dasar laut” (Hab. 2:14). Hal ini merupakan tujuan akhir dari Allah: ”demi Aku yang hidup dan kemuliaan Tuhan memenuhi seluruh bumi” (Bil. 14:21). Kemuliaan kepada Allah mengartikan bahwa seluruh penduduk bumi akan menghargai, memuji, dan meniru segala sifat kebenaranNya, karena dunia akan dipenuhi dengan kemuliaanNya. Allah akan mengijinkan bumi untuk merefleksikan hal-hal ini juga. Karena itu ”orang-orang yang rendah hati akan mewarisi negeri (di dalam Kerajaan), dan bergembira karena kesejahteraan yang berlimpah-limpah” (Mzm. 37:11), daripada menikmati kehidupan yang sederhana. ”Orang yang lapar dan haus akan kebenaran...akan dipuaskan” di dalam Kerajaan (mat. 5:6).
Janji untuk menerima kehidupan abadi di Kerajaan seringkali digunakan sebagai ”pemikat” untuk membujuk orang-orang agar tertarik kepada Kekristenan. Bagaimanapun juga, hak kita atas janji itu ada hubungannya dengan alasan yang sesungguhnya atas keberadaan kita di Kerajaan untuk memuliakan Allah. Setelah pembaptisan, kita harus tetap memberikan penghargaan atas hal ini.
Hidup dengan memiliki hati nurani yang baik dan kebahagiaan yang sempurna bersama Allah hanya selama sepuluh tahun, lebih baik daripada hidup selamanya di dunia ini dengan penuh penderitaan. Pernyataan yang mulia ini akan terus membingungkan karena di luar jangkauan pemikiran manusia.
Jika kita memandang sedikit saja dari tujuan utamanya, hidup di dalam Kerajaan Allah haruslah menjadi motivasi bagi kita untuk memandang rendah segala hal duniawi, termsuk materialisme. Sebaliknya, jika kita berlebihan dalam memandang hal ini, Yesus menyarankan ”carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepada kamu” (Mat. 6:30-34). Kita tidak dapat membayangkan sepenuhnya, bagaimana penggenapan yang sesungguhnya dari Kerajaan Allah yang akan datang.
Kita harus mencari ”kebenaran (dari Allah)” yaitu dengan berusaha membangun karakter yang pengasih dari Allah, yang mengartikan bahwa kita ingin hidup di dalam Kerajaan Allah, karena kebenaran akan dimuliakan disana. Dan kita melakukannya untuk menjadi sempurna secara moral, daripada hanya untuk diselamatkan dari kematian dan ingin hidup bahagia selamanya.
Seringkali pengharapan dari Injil dijelaskan dengan berbagai cara yang menarik minat secara perorangan. Karena itu motivasi kita untuk berada di dalam Kerajaan Allah semakin hari harus semakin meningkat. Apa yang kami tunjukkan disini adalah hal yang baik: prioritas utama kita dalam mempelajari Injil dan menunjukkan ketaatan kita melalui pembaptisan adalah tujuan untuk taat kepada Allah karena kita mengasihiNya. Penghargaan kita atas tawaran yang diberikan Allah, dan alasan kita yang sesungguhnya untuk hidup di dalam Kerajaan harus bertumbuh dan berkembang setelah pembaptisan.