Rabu, 22 September 2010

Bermegah dalam Tuhan dan dipuji oleh Tuhan

”Tetapi barangsiapa bermegah, hendaklah ia bermegah di dalam Tuhan.Sebab bukan orang yang memuji diri yang tahan uji, melainkan orang yang dipuji Tuhan.” (2 Korintus 10:17-18).

Kali ini kita akan belajar mengenai sikap kita saat bertemu dengan Tuhan.Tatkala kita bertemu dengan Tuhan, maka kita harus memegahkan Dia, karena Tuhan mengajarkan kepada kita seperti bangsa Israel yang telah dibawa oleh Musa untuk ke luar dari tanah Mesir menuju kota Kanaan melalui padang gurun untuk belajar senantiasa memegahkan nama Tuhan. Dalam jumlah yang besar (+ 3 juta orang), mereka telah memegahkan Tuhan, sebab tidak ada lain yang sanggup menolong mereka, baik dalam hal nafkah yang mereka butuhkan maupun jaminan perlindungan. Oleh karena itu biarlah kita senantiasa memegahkan Tuhan saat bertemu denganNya, karena Tuhan akan memegahkan kita (dalam pengertian bahwa kita akan dipuji Tuhan). Pertemuan kita dengan Tuhan bukan sekedar pertemuan yang biasa dilakukan antara suami dan isteri, atau bertemu dengan pejabat, maupun dengan presiden atau raja. Apabila kita bertemu dengan pejabat saja, kita bersikap yang berbeda, apalagi bertemu dengan Tuhan yang lebih dari pejabat maupun presiden atau raja. Sebab Dia adalah raja di atas segala raja, dan Tuhan di atas segala Tuhan. Untuk itu hormat kita harus melebihi dari segalanya. Mengenai hal ini kita akan belajar bagaimana raja Daud bersikap, saat bertemu dengan Tuhan. Dalam Mazmur
2:11-12 dikatakan : ”Beribadahlah kepada TUHAN dengan takut dan ciumlah kaki-Nya dengan gemetar, supaya Ia jangan murka dan kamu binasa di jalan, sebab mudah sekali murka-Nya menyala. Berbahagialah semua orang yang berlindung pada-Nya !”

Saudara, hidup dalam dunia ini tidak ada yang dapat kita banggakan atau kita megahkan; baik itu kekayaan, harta, kedudukan atau jabatan maupun hal yang lainnya, kecuali Tuhan. Sebab Tuhan memiliki segala sesuatu dan sumber dari segala sesuatu (Yeremia 17:5-6). Tetapi berbahagialah orang yang mengandalkan Tuhan (Yeremia 17:7-8).

Ada beberapa cara yang dapat kita lakukan dalam hal memegahkan atau dimegahkan Tuhan :

1. Dengan Iman
Kita ambil salah satu contoh kisah mengenai perwira di Kapernaum yang hambanya sedang jatuh sakit. Tatkala dia bertemu dengan Yesus, dia memohon supaya Yesus mau menyembuhkan hambanya. Lalu Yesus berkata : ”Aku akan datang menyembuhkannya.” Dan saat perwira itu mendengar jawaban daripada Yesus, maka ia mengekspresikan ketaatannya dengan berkata : “Tuan, aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku, katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh. Sebab aku sendiri seorang bawahan, dan di bawahku ada pula prajurit. Jika aku berkata kepada salah seorang prajurit itu: Pergi!, maka ia pergi, dan kepada seorang lagi: Datang!, maka ia datang, ataupun kepada hambaku: Kerjakanlah ini!, maka ia mengerjakannya.” (Matius 8:9).

Saudara, bagaimanakah tanggapan Yesus setelah mendengar pernyataan daripada perwira itu ?. Dalam firman Tuhan dikatakan : ” .... heranlah Ia dan berkata kepada mereka yang mengikuti-Nya: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai pada seorang pun di antara orang Israel.” (Matius 8:10).

Dalam ayat ini telah tersirat adanya suatu pujian dari Yesus yang ditujukan kepada perwira Kapernaum mengenai imannya. Lalu, yang menjadi pertanyaan adalah : “seberapa besar iman daripada perwira ini, sehingga Yesus sampai memujinya ?”. Besar atau kecilnya iman seseorang dapat kita lihat melalui seberapa besar ketaatannya terhadap kehendak Tuhan. Sebab iman tanpa perbuatan (yang di dalamnya bermuatan ketaatan) maka iman itu adalah mati. Namun, apabila kita bandingkan dengan pengalaman daripada Yunus sangat berbeda. Karena ketaatan Yunus itu timbul setelah mengalami berbagai musibah. Pada awalnya Yunus menolak perintah Tuhan dengan berbagai alasan yang dikemukakan. Tetapi setelah ia belajar untuk taat maka terjadi sesuatu yang luar biasa, di mana satu kota yang hendak ditunggangbalikkan oleh Tuhan akhirnya diselamatkan oleh Tuhan. Hal ini terbukti bahwa bukan karena besarnya iman yang dimiliki Yunus, tetapi oleh ketaatannya. Untuk itu, apabila kita semakin menurut firman Tuhan, maka semakin besar pula ajaib dan mujizat Tuhan yang akan kita alami. Seperti perwira ini, dia memegahkan Tuhan dengan imannya. Memang, menurut kehendak Tuhan itu tidak mudah, karena kadang-kadang kehendak Tuhan kerapkali bertentangan dengan keinginan daging kita.

2. Dengan Harap
Mengenai harap di sini, kita akan belajar dari kisah seorang janda miskin yang memberikan persembahan di rumah Tuhan. Saat itu Yesus sedang duduk dan menghadapi peti persembahan dan memperhatikan bagaimana orang banyak memasukkan uang ke dalam peti itu. Banyak orang kaya memberi jumlah yang besar. Lalu datanglah seorang janda yang miskin dan ia memasukkan dua peser, yaitu satu duit (Markus 12:41). Saudara, apakah artinya (nilai) uang dua peser? Seandainya dibelikan makanan, paling tidak hanya dapat satu piring atau satu bungkus makanan, tetapi bukan dua peser atau jumlah yang dapat menarik perhatian daripada Tuhan Yesus, melainkan hati daripada janda miskin inilah yang sanggup menarik hati Tuhan Yesus. Karena dalam hatinya ada suatu pengharapan yang besar, selain iman daripada janda miskin ini.

3. Dengan Kasih
Wujud daripada kasih ini dapat kita pelari melalui kisah seorang perempuan menuangkan minyak narwastu di atas kepala Yesus. Ketika perempuan ini menuangkan minyak yang mahal ini, maka murid-murid Yesus mulai gusar dan berkata : “untuk apa pemborosan ini ?”. Memang minyak ini sangat mahal, karena nilainya sama dengan upah selama satu tahun bekerja, tetapi dituangkan begitu saja. Hal ini tampaknya sebagai suatu kebodohan, padahal tidak. Karena tindakan ini merupakan bukti kasih yang besar kepada Tuhan, sebagai rasa ucapan syukur atas kasih Tuhan yang tak terbatas nilainya. Sehingga melalui tindakan ini, maka Yesus berkata : sesungguhnya di mana saja Injil ini diberitakan di seluruh dunia, apa yang dilakukannya ini akan disebut juga untuk mengingat dia (Matius 26:13).

Saudara, melalui beberapa penjelasan di atas biarlah boleh menjadi pelajaran kita; terlebih itu untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, maka kita bukan menjadi orang yang memuji diri kita sendiri, melainkan kita yang dipuji Tuhan. Amin.