Kali ini kita akan petik satu kata, yaitu apa yang disebut dengan “energi”(dunamos). Yesus disebut sebagai Putra Allah, dan yang lahir dari Roh Kudus dan firman Allah. Tetapi dia juga lahir seperti manusia pada umumnya, termasuk seperti kita. Dan dalam wujud manusia, Yesus telah memelihara energi atau satu kekuatan yang diberikan Allah dalam diriNya. Dia tidak mau kebocoran energi yang ada dalam diriNya. Tuhan Yesus ingin supaya kita yang menerima kuasa sebagai proses kelahiran baru tidak membiarkan energi
yang ada dalam diri kita bocor. Ada beberapa hal yang akan kita pelajari pada diri Yesus, sehingga tidak ada
energi yang bocor dalam diriNya:
1. Penguasan Diri
Kalau kita ingin tahu seberapa besar energi yang ada dalam diri kita, sehingga penguasaan diri menjadi prioritas utama dalam hidup ini, maka terlebih dahulu kita membaca dalam Injil Yohanes 14:12-14, berbunyi: Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa percaya kepada Ku, ia akan melakukan juga perkerjaan-pekerjaan yang Aku lakukan, bahkan pekerjaan- pekerjaan yang lebih besar dari pada itu. Sebab Aku pergi kepada Bapa; dan apa juga yang kamu minta dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya, supaya Bapa dipermuliakan di dalam Anak. Jika kamu meminta sesuatu kepada-Ku dalam nama-Ku, aku akan melakukannya.”
Setelah kita membaca ayat di atas, maka kita tahu bahwa energi yang ada dalam diri kita sungguh luar biasa, karena sanggup melakukan pekerjaan yang Yesus lakukan bahkan lebih besar. Dan hal ini menjadi alasan mengapa dalam diri kita harus ada penguasaan diri. Lalu, bagaimana proses energi yang akan kita terima sama seperti Yesus sesuai dengan janjiNya? Roma 8:16-17, berkata: “Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah. Dan jika adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan Kristus, yaitu jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, supa kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia.”
Jadi, apabila kita mau menerima energi yang sama, maka kita rela menderita bersama-sama dengan Dia (dalam pengertian bahwa dalam diri kita harus juga ada penguasaan diri seperti yang ada dalam diri Kristus). Dan penderitaan ini berlaku secara daging, di antaranya memikul salib dan menyangkal diri sendiri. Memang, untuk dapat menyangkal diri sendiri itu tidak mudah, apalagi kita memiliki kedudukan, jabatan atau harta kekayaan. Karena apabila kita mau menyangkal diri, maka kita merasa seolah-olah orang Kristen itu ditekan;
tetapi semuanya itu bertujuan supaya orang Kristen tidak mengumbar hawa nafsunya. Sebab, jikalau orang Kristen yang mengumbar hawa nafsunya, maka hal itu sama dengan orang yang memboroskan energi yang diberikan Tuhan. Contoh: Ada seorang yang menerima warisan dari orang tuanya dalam jumlah yang besar, maka di dalam diri orang tersebut terdapat kekuatan setelah menerima warisan tersebut, ia bisa berbuat apa saja sesuai keinginannya. Tetapi karena dia bocor atau menghambur-hamburkan energi yang dia miliki dengan cara berfoya-foya, maka pada akhirnya penderitaanlah yang dia terima. Seperti kisah anak bungsu yang terhilang, di mana dia telah menghabiskan hartanya untuk hal-hal yang sia-sia, sehingga ia menjadi miskin dan pada akhirnya ia harus kembali pada bapaknya dalam posisi kemiskinan.
Oleh karena itu, kita harus menjaga atau memelihara energi yang kita miliki, bahkan kita harus mengisinya terus-menerus, karena apabila kita mengisinya terus maka suatu saat energi ini memiliki kekuatan yang dahsyat, sebagai contoh: Seorang ahli fisika (ilmu alam) berusaha menghimpun energi melalui sinar. Jikalau energi yang dikumpulkan tidak mengalami kebocoran maka sinar itu bisa menjadi spot light, dan apabila dikumpulkan lagi maka sinar itu akan menjadi sinar laser. Sinar laser itu bisa menembus tembok. Untuk itu janganlah kita takut atau kuatir dalam mengalami pergumulan hidup, sebab orang yang takut atau kuatir itu sama dengan membuang energi. Perlu kita ketahui bahwa energi yang kita miliki adalah energi yang supranatural, seperti halnya dengan kisah seorang perempuan yang mengalami pendarahan selama dua belas tahun, yaitu tatkala ia menjamah jumbai jubah Yesus maka ia mendapatkan kekuatan supranatural, sehingga penyakitnya disembuhkan seketika. Sedangkan Yesus merasakan ada kekuatan atau kuasa yang keluar dalam diriNya (Lukas 8:43-46). Dan lebih dahsyat lagi apabila kita memperhatikan kisah daripada Petrus, di mana janji Tuhan yang tertulis dalam Yohanes 14:12 itu tergenapi yaitu melakukan pekerjaan yang lebih besar; hal ini terbukti ketika Petrus berjalan, dan orang yang sakit terkena bayangannya, maka orang tersebut akan sembuh.
Firman Tuhan yang terdapat dalam Yohanes 15:7-8 telah menasihatkan: “Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya. Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku.” Saudara melalui ayat bacaan di atas menunjukkan bahwa betapa pentingnya kita membangun hubungan yang erat dengan Tuhan, sebab di luar Tuhan kita tidak dapat berbuat apa-apa. Selain
itu, orang yang erat atau melekat dengan Tuhan hidupnya penuh ketentraman, seperti yang tertulis dalam Mazmur 91:14 “Sungguh hatinya melekat kepadaKu, maka Aku akan meluputkannya, aku akan membentenginya, sebab ia mengenal nama-Ku”. Bahkan dalam ayat 15 ditegaskan: “Bila ia berseru kepada-Ku, Aku akan menjawab, Aku akan menyertai dia dalam kesesakan, Aku akan meluputkannya dan memuliakannya.” Sebagai contoh: Ada seorang manager yang bekerja sendiri dan lupa kontak dengan bosnya, maka manager ini bekerja atas kemauannya sendiri, sehingga manager ini melakukan banyak kesalahan karena pekerjaannya tidak sesuai dengan kehendak bosnya, dengan kata lain manager tersebut tidak menuruti segala perintah bosnya. Bukankah firman Tuhan menasihatkan: “Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku....(Yohanes 11:41). Dengan demikian kita dengan Tuhan jangan sampai kita lepas hubungan dengan Dia, sebab apabila kita lepas hubungan dengan Tuhan maka kita tidak akan pernah mendapatkan visi atau wahyu dari Tuhan, sehingga kita melakukan pekerjaan Tuhan dengan kekuatan sendiri. Hal ini sama dengan membuang energi dan membuang waktu.