Minggu, 16 Januari 2011

Kasih Tuhan pada keluarga

“Sebab pada awal dunia Allah menjadikan manusia laki-laki dan perempuan, sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu apa yang telah dipersatukan Allah tidak boleh diceraikan manusia”. (Markus 10:6-9).

Pada mulanya Allah menciptakan Adam, lalu Allah memberikan teman hidup kepada Adam sebagai penolong yaitu Hawa seperti yang tertulis dalam Kejadian 2:18. Setelah Allah memberikan seorang penolong kepada Adam, maka terciptalah suasana yang harmonis di antara mereka berdua. Tetapi sayang, oleh karena mereka telah melanggar perintah Allah, maka mereka jatuh dalam dosa. Dan sejak saat itu mulailah terjadi perdebatan di antara mereka, di mana Adam tampak lebih dominan dibanding dengan Hawa.

Keadaan seperti ini bukankah sering kita dapati dalam kehidupan sehari- hari? Di mana banyak terdapat keluarga yang pada awalnya tampak harmonis, tetapi diakhiri dengan pertikaian sampai pada perceraian. Hal demikian sangat tidak dikehendaki oleh Allah, sebab ketika terjadi pertikaian dalam keluarga kita, maka perlindungan Allah mulai lepas dan iblis akan masuk dalam kehidupan rumah tangga kita. Ada 3 hal penting yang harus kita pahami supaya perlindungan Allah tetap berlaku dalam kehidupan rumah tangga kita:

1. Memiliki Hak Yang Sama
Dalam sejarah dunia yang di mulai dari Adam dan Hawa telah terjadi suatu perdebatan, di mana mereka saling menyalahkan dan merendahkan, terutama pada diri Adam. Seolah-olah Adam lebih dominan dan derajatnya lebih tinggi dibanding dengan Hawa. Memang, “seorang laki-laki tidak berasal dari perempuan, tetapi perempuan berasal dari laki-laki. Dan laki- laki tidak diciptakan karena perempuan, tetapi perempuan diciptakan karena laki-laki. Sebab itu, perempuan harus memakai tanda wibawa di kepalanya oleh karena para malaikat.” (1 Korintus 11:8-10). Tetapi bukan berarti laki- laki bersifat dominan atau lebih tinggi derajatnya dibanding dengan wanita, sebab dalam ayat berikutnya dikatakan : “Namun demikian, dalam Tuhan tidak ada perempuan tanpa laki-laki dan tidak ada laki-laki tanpa perempuan. Sebab sama seperti perempuan berasal dari laki-laki, demikian pula laki-laki dilahirkan oleh perempuan; dan segala sesuatu berasal dari Allah.” Jadi kedua- duanya memiliki hak yang sama dan tidak ada yang lebih dominan di antara mereka. Jikalau di antara mereka saling dominan maka saat itu iblis mulai bekerja untuk memecah belah rumah tangga. Berapa banyak suami-suami yang bersikap dominan terhadap isterinya, karena merasa bahwa dialah yang memberikan nafkah dalam rumah tangga, sehingga hidupnya mulai sembarangan? Berapa banyak suami-suami yang tidak mau mendengarkan nasihat dari isteri, karena dia merasa sebagai kepala rumah tangga? Saudara, firman Tuhan mengingatkan dengan tegas: “Hendaklah suami memenuhi kewajibannya terhadap isterinya, demikian pula isteri terhadap suaminya. Isteri tidak berkuasa atas tubuhnya sendiri, tetapi
suaminya, demikian pula suami tidak berkuasa atas tubuhnya sendiri, tetapi isterinya.” (1 Korintus 7:3-4). Dan di dalam 1 Petrus 3:7 juga dikatakan: “ Demikian juga kamu, hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan isterimu, sebagai kaum yang lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan, supaya doamu jangan terhalang”. Begitu pula sebaliknya, sebagai istri harus menghormati suaminya, walaupun posisi isteri dalam karirnya lebih tinggi dibanding dengan suami. Karena berapa banyak isteri-isteri yang menganggap rendah suaminya karena tidak memiliki prestasi yang lebih dari dirinya (Efesus 5:22-24)

2. Meninggalkan ibu dan bapak untuk berdampingan dengan isteri/suami
Ada sebuah sejarah yang tampaknya sulit untuk dirubah, karena sejarah ini berlaku secara turun-temurun yaitu mengenai hubungan antara mertua dan menantu selalu ada masalah; baik itu menantu perempuan maupun menantu laki-laki. Hal ini terjadi karena adanya latar belakang dan pola pikir yang berbeda. Oleh sebab itu firman Tuhan menasihatkan: “sebab itu laki- laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu.” (Markus 7:8). Oleh sebab itu, apabila suami-isteri meninggalkan bapak dan ibunya, maka tidak ada kesempatan bagi iblis untuk intervensi dalam kehidupan rumah tangga yang sedang dibangun, sehingga dari situlah berkat Tuhan senantiasa tercurah. Seandainya kita harus tinggal di rumah yang sederhana, atau rumah kontrakan maupun kost satu ruangan, janganlah kecil hati karena Allah tetap memelihara kita dan Dia akan memberkati kita secara luar biasa, selama kita hidup rukun dan tidak ada pertentangan dengan orang tua. Karena berapa banyak mertua yang mengutuki anak menantunya atau sebaliknya, sehingga ada kesempatan iblis masuk kehidupan dan pada akhirnya hidup mereka menjadi tidak terlindungi lagi. Dan melalui ayat di atas biarlah boleh menjadi peringatan bagi kita semua untuk berani melangkah dengan iman, bahwa Allah sanggup memelihara kita.

3. Menjadi Satu Kesatuan
Pengkhotbah 4:9-12 “Berdua lebih baik dari pada seorang diri, karena mereka menerima upah yang baik dalam jerih payah mereka. Karena kalau mereka jatuh , yang seorang mengangkat temannya, tetapi wai orang yang jatuh, yang tidak mempunyai orang lain untuk mengangkatnya! Juga kalau orang tidur berdua, mereka menjadi panas, tetapi bagaimana seorang saja dapat menjadi panas? Dan bilamana seorang dapat dialahkan, dua orang akan dapat bertahan. Tali tiga lembar tak mudah diputuskan.”  Suami-isteri itu harus tetap menjadi satu, karena ketika mereka menjadi satu maka Tuhan akan hadir di tengah-tengah mereka untuk memberikan perlindungan (Matius 18:19-20). Memang, untuk mempersatukan dua orang yang memiliki latar belakang yang berbeda itu sangat sulit. Tetapi, apabila di antara mereka dapat menerima kekurangan dan kelebihan masing-masing, serta saling memperhatikan bahwa hak mereka adalah sama, terlebih itu mereka harus saling mempercayai serta berharap yang di dalamnya terdapat muatan kasih, maka akan terciptalah keluarga yang harmonis. Dalam ayat di ataspun terdapat kata-kata “tali tiga lembar tak mungkin diputuskan.” Maksudnya adalah hubungan suami-isteri sama dengan hubungan jemaat dengan Kristus, di mana kita beribadah harus ada muatan iman, pengharapan dan kasih.