Malaikat :
- Mempunyai bentuk secara fisik, pribadi yang nyata
- Mewakili nama Allah
- Sebagai perantara Allah untuk melaksanakan tujuanNya
- Serupa dengan karakter Allah dan tujuanNya sehingga merupakan manifestasi dari Allah
Sebelumnya dijelaskan tentang kata Ibrani yang diterjemahkan sebagai “Allah” adalah “Elohim”, yang mempunyai arti “Yang Perkasa”. “Yang perkasa” inilah yang mewakili nama Allah, dan juga disebut sebagai “Allah”. Karena persekutuan mereka yang erat dengan Dia. Mereka inilah yang disebut Malaikat.
Catatan mengenai penciptaan dunia di Kejadian 1, mengatakan bahwa Allah menyebutkan beberapa perintah sehubungan dengan penciptaan, “dan jadilah demikian”. Malaikatlah yang mengatakannya.
“Pahlawan-pahlawan perkasa yang melaksanakan firmanNya dengan mendengarkan suara firmanNya” (Mzm. 103:20)
Oleh karena itu sangat beralasan untuk menyimpulkan bahwa ketika kita membaca kata “Allah” dalam penciptaan dunia, mengacu kepada malaikat. Ayub 38:4-7 menjelaskan hal yang sama. Jadi, kita dpat menyimpulkan kisah tentang penciptaan dunia sebagaimana dicatat dalam Kejadian 1, sebagai berikut;
Hari 1 “Allah berfirman, jadilah terang; dan jadilah demikian (ayat 3)
Hari 2 “ Allah berfirman, jadilah cakrawala di tengah segala air untuk memisahkan air dari air…dan jadilah demikian (ayat 6,7)
Hari 3 “Allah berfirman, hendaklah segala air yang dibawah langit berkumpul pada satu tempat sehingga kelihatan yang kering, dan jadilah demikian (ayat 9)
Hari 4 “Allah berfirman, jadilah benda-benda penerang pada cakrawala…, dan jadilah demikian (ayat 14,15)
Hari 5 “Allah berfirman, hendaklah di dalam air berkeriapan makhluk yang hidup dan hendaklah burung beterbangan di atas bumi melintasi cakrawala. Maka Allah menciptakannya…, dan jadilah demikian (ayat 20, 21)
Hari 6 “Allah berfirman, hendaklah bumi mengeluarkan segala jenis makhluk yang hidup…, dan jadilah demikian (ayat 24)
Manusia diciptakan pada hari keenam, “Allah berfirman, baiklah kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa kita” (Kej. 1:26). Sebagai catatan bahwa kata “Allah” di ayat ini bukan hanya tertuju pada Allah saja. “Baiklah kita menjadikan manusia” menunjukkan bahwa kata “Allah” tertuju pada lebih dari satu pribadi. Kata Ibrani yang diterjemahkan sebagai “Allah” disini adalah “Elohim”, yang artinya “Yang perkasa”, yang tertuju kepada Malaikat. Adalah fakta bahwa malaikat menciptakan kita berdasarkan rupa mereka, hal ini mengartikan bahwa kita mempunyai bentuk tubuh yang sama dengan mereka. Mereka adalah pribadi yang nyata yang hidup di alam yang sama dengan Allah.
Pengertian kata “alam” mengacu pada apa yang secara fundamentalis telah dipahami sebagai suatu tempat yang didiami berdasarkan struktur tubuh secara fisik. Alkitab menjelaskan bahwa ada 2 alam, dan tidak mungkin untuk berada di dalam 2 alam secara bersamaan.
Alam Allah (alam keilahian)
- Tidak berdosa (sempurna) (Rm. 9:14; 6:23, Mzm. 90:2, Mat. 5:48, Yak. 1:13)
- Tidak bisa mati, abadi (I Tim. 6:16)
- Sangat kuat (Yes. 40:28)
Inilah alam Allah dan malaikat, yang mana juga diberikan kepada Yesus setelah kebangkitannya (Kis. 13:34, Why. 1:8, Ibr. 1:3) Inilah alam yang dijanjikan kepada kita (Luk. 20:35,36, II Ptr. 1:4, Yes. 40:28,31)
Alam Manusia
- Dicobai supaya jatuh kedalam dosa (Yak. 1:13-15) oleh hati yang secara alamiah memang rusak (Yer. 17:9, Mrk. 7:21-23)
- Mati, tidak abadi (Rm. 5:12,17, I Kor. 15:22)
- Kekuatannya terbatas baik secara fisik (Yes. 40:30) dan mental (Yer. 10:23)
Inilah alam dimana semua orang baik maupun jahat berada. Akhir dari alam ini adalah kematian. (Rm. 6:23) Alam dimana Yesus berada selama ia hidup (Ibr. 2:14-18, Rm. 8:3, Yoh. 2:25, Mrk. 10:18)
Penampakkan Malaikat
Malaikat berada di alam yang sama dengan Allah, mereka tdak berdosa dan abadi, karena dosa mengakibatkan kematian (Rm. 6:23). Mereka mempunyai suatu tubuh secara fisik. Karena itulah pada waktu mereka menampakkan diri di bumi mereka terlihat seperti seorang manusia.
§ Malaikat menghampiri Abraham untuk memberitahukan firman Allah kepadanya; mereka dikatakan sebagai 3 orang manusia, yang diperlakukan Abraham layaknya seperti manusia biasa, karena penampilan mereka. “Biarlah diambil air sedikit, basuhlah kakimu dan duduklah beristirahat di bawah pohon ini” (Kej. 18:4)
§ Dua dari tiga malaikat itu pergi ke Sodom, sekali lagi, mereka dianggap sebagai manusia biasa oleh Lot dan penduduk Sodom. “Kedua malaikat itu tiba di Sodom”, Lot mengundang mereka untuk bermalam di rumahnya. Tapi karena Lot sangat mendesak mereka, singgahlah mereka dan masuk kedalam rumahnya, “dimanakah orang-orang yang datang kepadamu malam ini?” Lot memohon, “jangan kamu apa-apakan orang-orang ini”. “Kedua orang itu (malaikat) memegang tangan mereka”dan menyelamatkan Lot; “lalu kedua orang itu berkata kepada Lot, “Sebab itulah Tuhan mengutus kami untuk memusnahkannya”(Sodom) (Kej. 19:1,5,8,10,12,13).
§ Perjanjian Baru juga mencatat tentang peristiwa ini dan membenarkan bahwa malaikat-malaikat itu menampakkan diri dalam bentuk manusia; “Jangan kamu lupa memberi tumpangan kepada orang, sebab dengan berbuat demikian beberapa orang dengan tidak diketahuinya telah menjamu malaikat-malaikat” (Ibr. 13:2)
§ Yakub bergulat dengan seseorang sepanjang malam (Kej. 32:24), orang itu adalah Malaikat (Hos. 12:4,5)
§ Dua orang yang pakaiannya berkilau-kilauan hadir pada saat Kebangkitan Yesus (Luk. 24:4) dan Kenaikan Yesus (Kis. 1:10). Mereka adalah Malaikat.
§ Menurut ukuran manusia, yang adalah juga ukuran malaikat (Why. 21:17)
Malaikat Tidak Berdosa
Malaikat berada di alam yang sama dengan Allah, mereka tidak dapat mati. Karena dosa mengakibatkan kematian, maka mereka pastilah tidak berdosa. Kata Yunani dan Ibrani yang diterjemahkan sebagai “Malaikat” mempunyai arti “Utusan”, Malaikat adalah utusan atau pelayan dari Allah, taat kepada Allah. Oleh karena itu mereka tidak berdosa. Kata Yunani “Aggelos” yang diterjemahkan sebagai “Malaikat”, juga diterjemahkan sebagai “Utusan” sehubungan dengan manusia – Yohanes pembaptis (Mat. 11:10) dan utusannya (Luk. 7:24) utusan dari Yesus (Luk. 9:52) dan orang-orang yang memata-matai Yerikho (Yak. 2:25). Adalah suatu yang dapat terjadi, jika Malaikat dalam bentuknya sebagai manusia, dapat berbuat dosa.
Ayat-ayat berikut ini menunjukkan bahwa Malaikat (tidak semua) adalah secara alamiah memang taat kepada Allah, dan oleh karena itu tidak berdosa:
“Tuhan sudah menegakkan takhtaNya di surga dan KerajaanNya berkuasa atas segala sesuatu. (Tidak ada pemberontakan terhadap Allah di surga) Pujilah Tuhan, hai malaikat-malaikatNya, hai pahlawa-pahlawan yang perkasa, yang melaksanakan firmanNya, dengan mendengarkan suara firmanNya. Pujilah Tuhan, hai segala tentaraNya, hai pejabat-pejabaNya yang melakukan kehendakNya”. (Mzm. 103:19-21).
“Pujilah Dia, hai segala malaikatNya...hai segala tentaraNya (Mzm. 148:2)
“Malaikat...bukankah mereka semua adalah roh-roh yang melayani, yang diutus untuk melayani mereka (yang percaya) yang harus memperoleh keselamatan?” (Ibr. 1:13,14)
Pengulangan kata “semua/segala”, menunjukkan bahwa Malaikat-malaikat tidak terbagi menjadi dua pihak, yang satu baik dan yang satu berdosa. Suatu hal yang penting untuk mengetahui dengan benar alam para Malaikat, karena sebagai upah kebenaran adalah hidup di alam mereka; “Tetapi mereka yang dianggap layak untuk mendapat bagian dalam dunia yang lain itu...tidak kawin...sebab mereka tidak dapat mati lagi; mereka sama seperti malaikat-malaikat” (Luk. 20:35,36). Inilah yang menjadi dasar pemahaman. Malaikat-malaikat tidak dapat mati; “Kematian...bukan malaikat-malaikat” (Ibr. 2:15,16)
Jika Malaikat dapat berbuat dosa, maka mereka yang layak untuk mendapat bagian pada kedatangan Kristus masih tetap mungkin untuk berbuat dosa. Dan tentu saja kematian adalah upahnya (Rm. 6:23), oleh karena itu mereka tidak akan menerima kehidupan abadi; jika kita masih mungkin untuk berbuat dosa, maka masih memungkinkan juga kita akan menuju pada kematian. Karena itu jika malaikat dapat berbuat dosa, maka janji Allah akan kehidupan abadi menjadi tidak berarti. Referensi tentang Malaikat (Luk. 20:35,36) menunjukkan bahwatidak ada kategori malaikat yang berdosa dan malaikat yang baik, hanya ada satu kategori Malaikat. Jika Malaikat dapat berbuat dosa, dengan mengingat bahwa Malaikat adalah perantara yang Dia gunakan untuk melaksanakan tujuanNya, maka Allah telah mengutus kepada kita sesuatu yang tidak mampu untuk bertindak sebagaimana mestinya dalam kehidupan kita dan dalam berurusan dengan dunia. (Mzm. 103:19-21). Malaikat diciptakan dari roh oleh Allah untuk melayaniNya (Mzm. 104:4). Mustahil jika mereka tidak patuh kepadaNya. Orang Kristen harus berdoa demi Kerajaan Allah yang akan didirikan di bumi, karena itulah kehendakNya, seperti yang Dia lakukan di surga (Mat. 6:10) Jika Malaikat-malaikat Allah harus berperang dengan Malaikat-malaikat yang berdosa di surga, maka kehendakNya tidak bisa dilaksanakan disana. Oleh karena itu keadaan yang sama juga berlaku atas Kerajaan Allah di masa yang akan datang. Untuk menjalani kehidupan abadi di dunia yang terus menerus terjadi peperangan antara dosa dan ketaatan, adalah suatu prospek yang tidak bagus. Tapi, tentu saja bukan itu yang terjadi.
Malaikat dan Orang-orang Percaya
Adalah suatu alasan yang baik untuk mempercayai bahwa setiap orang yang percaya yang benar memiliki Malaikat Pelindung, mungkin berbeda-beda satu dengan yang lain, yang memebantu di dalam kehidupan mereka.;
”Malaikat Tuhan berkemah di sekeliling orang-orang yang takut akan Dia, lalu meluputkan mereka” (Mzm. 34:7)
”...anak-anak kecil ini yang percaya kepadaku (murid yang lemah Zak. 13:7, Mat. 26:31)...ada Malaikat mereka di surga yang selalu memenadang wajah Bapaku yang di surga.” (Mat, 18:6,10)
Orang Kristen yang mula-mula percaya bahwa Petrus memiliki Malaikat pelindung (Kis. 12:14,15)
Pada waktu orang-orang Israel menyeberangi Laut Merah, mereka dipimpin oleh seorang malaikat yang menjaga mereka dari padang gurun hingga tanah perjanjian.- menyeberangi laut merah melambangkan baptisan air kita (I Kor. 10:1)
Maka, bukanlah suatu yang tidak beralasan, jika pada saat ini kita juga dibimbing oleh seorang Malaikat, yang membimbing kita dari kehidupan liar seperti di padang gurun menuju tanah perjanjian yaitu Kerajaan Allah.
Jika Malaikat dapat menjadi jahat sebagai akibat dari berbuat dosa, maka janji akan bimbingan seorang malaikat yang menjadi teladan bagi kehidupan kita akan menjadi suatu kutuk daripada berkat.
Kita telah mengetahui bahwa malaikat ada...
- Yang hidup di alam Allah dan dapat menampakan dirinya
- Yang tidak berdosa
- Yang selalu melaksanakan perintah-perintah Allah
- Yang menjadi perantara dari Roh Allah untuk berbicara dan bertindak (Mzm. 104:4)
Tapi...?
Banyak Gereja Kristen yang mempunuyai ide bahwa malaikat dapat berbuat dosa dan malaikat yang berdosa itu bertanggung jawab atas dosa dan masalah-masalah di bumi. Kita akan membahas konsep yang salah ini dengan jelas .Berikut ini adalah kesimpilan yang dapat kita buat;
§ Mungkin saja ada penciptaan seperti kita sebelumnya, seperti yang diacatat di Kejadian 1. Mungkin juga malaikatlah yang ingin mendapat pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu (Kej. 3:5) juga berada di situasi yang sama dengan kita pada saat ini, yang mana pada waktu itu berbuat dosa bukanlah suatu pelanggaran hukum; ini hanya spekulasi berdasarkan keinginan manusia. Allah memberitahukan kepada kita apa yang harus kita ketahui tentang keadaan yang sebenarnya, dimana tidak ada malaikat yang berdosa, seluruh malaikat taat kepada Allah.
§ Tidak ada yang berdosa di surga, karena ”Mata Allah terlalu suci untuk melihat kejahatan” (Hab. 1:13) juga dijelaskan di Mazmur 5:4,5; ”Orang jahat takkan menumpang padaMu, pembual tidak akan tahan di depan mataMu”.- di takhta surgawi Allah. Ide tentang adanya pemberontakkan melawan Allah di surga oleh malaikat yang berdosa, sangat bertentangan dengan apa yang telah dijelaskan oleh ayat ini.
§ Kata Yunani yang diterjemahkan sebagai ”Malaikat”, yang berarti ”utusan”, bisa tertuju kepada manusia, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Seorang manusia yang menjadi utusan Allah tentu saja dapat berbuat dosa.
§ Adanya sesuatu yang jahat dan berdosa yang bertanggung jawab atas semua aspek-aspek negatif dalam kehidupan adalah salah satu dari hal-hal yang mendasar yang diyakini dalam penyembahan berhala. Begitu juga dengan perayaan hari natal oleh orang-orang kristen pada saat ini, perayaan tersebut adalah suatu ide yang berasal dari konsep penyembahan berhala.
§ Hanya ada sedikit ayat-ayat Alkitab yang mendukung ide keberadaan malaikat yang berdosa. Hal-hal ini dibahas dalam buku ”In Search of Satan” yang juga diterbitkan oleh penerbit buku ini. Hanya dengan mendasarkan kepada beberapa ayat, tidaklah cukup untuk mengkontradiksikan apa yang telah Alkitab ajarkan, sebagaimana telah dibahas dalam pelajaran ini.