Selasa, 11 Oktober 2011

Penghakiman

Alkitab mengajarkan bahwa penghakiman adalah salah satu dari prinsip-prinsip dasar dari iman yang benar, yang harus dipahami dengan jelas sebelum pembaptisan (Kis. 24:25, Ibr. 6:2). Tulisan Kudus sering kali berbicara tentang “Hari Penghakiman” (misalnya II Ptr. 2:9; 3:7; I Yoh. 4:17, Yud. 6), waktu dimana mereka yang telah diberikan pengetahuan tentang Allah akan menerima upah mereka. Mereka semua harus “menghadap takhta pengadilan Allah” (Rm. 14:10). Kita “harus menghadap takhta pengadilan Allah” (II Kor. 5:10) untuk menerima upah demi kehidupan kita, dalam bentuk tubuh yang nyata.

Dalam penglihatan Daniel, sehubungan dengan kedatangan Kristus yang kedua, termasuk yang dilihat adalah kursi penghakiman yang terdiri dari takhta-takhta. (Dan. 7:9-14). Perumpamaan dapat membantu menjelaskan penglihatan tersebut. Hal ini sama dengan talenta-talenta yang dipertanggungjawabkan pada saat kedatangan sang Tuan, ketika ia meminta pertanggungjawaban dari hamba-hambanya, sehubungan dengan cara mereka menggunakan harta tersebut sewaktu ditinggal olehnya. (Mat. 25:14-29). Perumpamaan tentang nelayan disamakan dengan panggilan Injil untuk menjala ikan, mengumpulkan segala jenis orang, lalu duduklah mereka (bandingkan dengan kursi penghakiman) dan memisahkan ikan yang baik dari yang tidak baik (Mat. 13:47-49). Tafsiran dari hal ini sangat jelas; “Pada akhir dunia, malaikat-malaikat akan datang untuk memisahkan orang-orang yang jahat dari yang baik.”

Dari apa yang telah kita pelajari sejauh ini, wajar jika kita menyimpulkan bahwa setelah kedatangan Kristus dan kebangkitan, orang-orang yang telah terpanggil kepada Injil akan dikumpulkan di suatu tempat pada waktu yang spesifik, pada waktu mereka akan bertemu dengan Kristus. Sebuah catatan akan diberikan kepada mereka, kemudian Ia akan menentukan apakah mereka layak atau tidak untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah. Hanya melalui peristiwa inilah, orang-orang yang benar akan menerima upah mereka. Semua ini dijelaskan melalui perumpamaan tentang domba dan kambing: “Apabila Anak Manusia datang dalam kemulianNya, dan semua malaikat bersama-sama dengan Dia, maka Ia akan bersemayam di atas takhta kemuliaanNya (takhta Dau di Yerusalem Luk. 1:32,33). Lalu semua bangsa akan dikumpulkan di hadapanNya dan Ia akan memisahkan mereka seorang demi seorang, sama seperti gembala memisahkan domba dari kambing, dan Ia akan menempatkan domba-domba di sebelah kananNya: Mari, hai kamu yang diberkati oleh BapaKu, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan” (Mat. 25:31-34).

Mewarisi Kerajaan Allah sama dengan menerima janji-janji kepada Abraham sehubungan dengan hal tersebut, ini adalah upah bagi orang-orang yang benar. Dan hanya akan diberikan setelah penghakiman pada saat kedatangan Kristus. Oleh karena itu tidak masuk akal untuk menerima upah yang dijanjikan itu sebelum kedatangan Kristus. Ketika Kristus datang kembali, upah akan diberikan (bukan sebelum kedatangannya), adalah prinsip Alkitab yang sering diulangi;

- “apabila Gembala Agung (Yesus) datang, kamu akan menerima mahkota kemuliaan yang tidak dapat layu” (I Ptr. 5:4 bandingkan 1:13).

- “Kristus Yesus yang akan menghakimi orang yang hidup dan yang mati…mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada hariNya” (II Tim. 4:1,8).

- Pada waktu Mesias datang, “banyak dari antara orang-orang yang telah tidur di dalam debu tanah (bandingkan Kej.3:19), akan bangun, sebagian untuk mendapat hidup yang kekal, sebagian untuk menjalani kehinaan dan kengerian yang kekal” (Dan 12:2)

- Pada waktu Kristus datang untuk menghakimi, “orang-orang mati…akan hidup…dan mereka yang telah berbuat baik akan keluar dan bangkit untuk hidup yang kekal, tetapi mereka yang telah berbuat jahat akan bangkit untuk dihukum” (Yoh. 5:25-29).

- “Aku (Yesus) datang segera dan Aku membawa upahKu untuk membalaskan kepada setiap orang menurut perbuatannya” (Why. 22:12). Kita tidak pergi ke surga untuk menerima upah tersebut, Tetapi Kristus akan membawanya dari surga untuk kita.

Yesus akan membawa upah yang telah disiapkan bagi kita di surga, tapi akan diberikan kepada kita di bumi, pada waktu kedatangannya yang kedua; yaitu tanah “warisan” yang telah dijanjikan kepada Abraham, “yang tersimpan di surga bagi kamu, yang dipelihara dalam kekuatan Allah karena imanmu sementara kamu menantikan keselamatan yang telah tersedia untuk dinyatakan pada zaman akhir” sewaktu Kristus datang (I Ptr. 1:4,5)

Dengan memahami hal ini, akan menyanggupi kita untuk menafsirkan dengan benar dari sejumlah ayat yang disalah mengerti di Yohanes 14:2,3: “Aku (Yesus) pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu. Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempatku, supaya tempat dimana Aku berada, kamupun berada.” Yesus mengatakan bahwa Ia akan datang kembali ke suatu tempat untuk memberikan upah kepada kita (Why. 22:12), dan seperti yang kita pelajari, hal ini terjadi pada saat Dia menghakimi dari takhtaNya. Dia akan memerintah dari takhta Daud di Yerusalem untuk “selamanya” (Luk. 1:32,33). Dia akan hidup abadi di bumi, dimana Kerajaan Allah juga akan didirikan. Oleh karena itu, janjinya akan “membawa kamu ke tempatku” dapat diartikan sebagai pernyataan diterimanya pertanggungjawaban kita di hadapanNya pada waktu penghakiman. Dalam bahasa Yunani, kalimat “membawa kamu ke tempatku” juga terdapat di Matius 1:20, sehubungan dengan Yusuf “mengambil” Maria, sebagai istrinya. Karena itu, kalimat ini tidak mengartikan kegiatan yang dilakukan oleh Yesus secara fisik.

Karena upah hanya akan diberikan pada waktu penghakiman, ketika Kristus datang, maka, baik orang yang benar maupun yang jahat akan menuju ke tempat yang sama, sewaktu mereka mati, yaitu kuburan. Tidak ada perbedaan diantara mereka dalam hal kematian. Ayat-ayat berikut membuktikan hal ini;

- Yonatan adalah orang yang benar, tapi Saul orang yang jahat, walaupun begitu ”dalam hidup dan matinya (mereka) tidak terpisah” (II Sam. 1:23).

- Saul, Yonatan, dan Samuel, semuanya menuju ke tempat yang sama pada waktu mereka mati (I Sam. 28:19).

- Abraham orang yang benar, tetapi ”dikumpulkan kepada kaum leluhurnya” sewaktu ia mati, padahal leluhurnya adalah penyembah berhala (Kej. 25:8, Yos. 24:2).

- Orang yang bijaksana dan orang yang bodoh mengalami nasib yang sama pada waktu kematian (Pkh. 2:15,16).

Semua hal ini dengan jelas bertolak belakang dengan apa yang diklaim oleh orang-orang ”Kristen.” Ajaran mereka tentang orang benar yang akan pergi ke surga pada waktu mereka mati, membuat kebangkitan dan penghakiman menjadi tak berarti sama sekali. Padahal, seperti yang telah kita pelajari, dua periatiwa ini merupakan peristiwa penting sehubungan dengan rencana keselamatan Allah yang terdapat di dalam Injil. Ada juga yang menyatakan suatu gagasan bahwa jika satu orang benar mati, dan ia pergi ke surga sebagai upahnya, maka pada hari, bulan, tahun berikutnya, hal yang serupa juga dialami oleh orang-orang benar yang lain. Hal ini sangat bertolak belakang dengan Alkitab, yang mengajarkan bahwa semua orang yang benar akan diberi upah secara bersamaan, dan pada waktu yang sama;

- Pada penghakiman, domba-domba akan dipisahkan dari kambing-kambing satu demi satu. Ketika penghakiman berakhir, Kristus akan mengatakan kepada seluruh domba untuk berkumpul di sebelah kananNya, ”Mari, hai kamu yang diberkati oleh BapaKu terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan” (Mat. 25:34). Karena itu seluruh domba akan mewarisi Kerajaan Allah pada waktu yang sama (bandingkan I Kor. 15:52).

- Pada waktu ”penuaian” ketika Kristus datang untuk menghakimi, mereka yang telah bekerja demi Injil akan ”sama-sama bersukacita” (Yoh. 4:35,36 bandingkan Mat. 13:39).

- Wahyu 11:18 mendefinisikan ”saat bagi orang-orang mati untuk dihakimi” sebagai waktu dimana Allah akan ”memberi upah kepada hamba-hambaNya...orang-orang kudus...mereka yang takut akan namaNya”, semuanya akan diberi upah bersama-sama.

- Di dalam Ibrani 11 terdapat daftar dari sejumlah orang-orang yang benar di Perjanjian Lama. Ayat 13 mengatakan, ”Dalam iman mereka semua ini telah mati sebagai orang-orang yang tidak memperoleh apa yang dijanjikan itu”, yang diberikan kepada Abraham, yaitu tentang Keselamatan melalui Kerajaan Allah (Ibr. 11:8-12). Karena itu sewaktu mereka mati, mereka tidak pergi ke surga seorang demi seorang untuk menerima upah. Alasan untuk hal ini terdapat pada ayat 39, 40; ”Mereka semua tidak menerima apa yang dijanjikan itu sebab Allah telah menyediakan sesuatu yang lebih baik bagi kita; tanpa kita mereka tidak dapat sampai kepada kesempurnaan.” Ditundanya waktu untuk memberikan upah kepada mereka disebabkan oleh rencana Allah yang akan ”menyempurnakan” semua orang beriman bersama-sama, dan pada peristiwa yang sama, yaitu pada penghakiman ketika Kristus datang kembali.