Ada suatu kepercayaan yang diakui secara luas, bahwa Kerajaan Allah telah sepenuhnya didirikan pada saat ini, melalui sekumpulan orang-orang percaya yang benar sebagai suatu ”Gereja.” Sebagaimana tujuan Allah untuk ”menyelamatkan” orang-orang percaya yang benar dan memberikan mereka tempat di Kerajaan, maka tidak dapat dibantah jika pada saat ini kita belum berada di dalam Kerajaan itu, dengan mengingat bahwa Kristus belum datang kembali untuk mendirikannya.
Seharusnya sudah jelas, dari apa yang telah kita pelajari sejauh ini, bahwa ”daging dan darah tidak mendapat bagian dalam Kerajaan Allah (I Kor. 15:50). Kita adalah ”ahli waris dari Kerajaan yang telah dijanjikanNya kepada barangsiapa yang mengasihi Dia” (Yak. 2:5), dengan mengingat bahwa melalui pembaptisan, kita menjadi ahli waris dari janji-janji kepada Abraham, yaitu dasar dari Injil Kerajaan. (Mat. 4:23; Gal. 3:8, 27-29). Oleh karena itu, pada umumnya kita akan menjumpai janji-janji untuk mewarisi Kerajaan pada saat Kristus datang, yaitu pada saat janji-janji kepada Abraham akan digenapi (Mat. 25:34; I Kor. 6:9,10; 15:50; Gal. 5:21; Ef. 5:5). Seringnya digunakan bahasa seperti ini untuk menjelaskan tentang warisan di masa depan, menunjukkan bahwa Kerajaan tersebut bukanlah keberadaan dari sekumpulan orang-orang percaya pada saat ini.
Yesus menjelaskan suatu perumpamaan untuk mengoreksi mereka yang berpikir ”bahwa Kerajaan Allah akan segera kelihatan. Maka Ia berkata; ”Ada seorang bangsawan berangkat ke sebuah negeri yang jauh untuk dinobatkan menjadi Raja disitu dan setelah itu baru kembali.” Untuk sementara waktu ia meninggalkan pelayan-pelayannya dengan tanggung jawab masing-masing. ”ketika ia kembali, setelah ia dinobatkan menjadi Raja, ia menyuruh memanggil hamba-hambanya,” kemudian menghakimi mereka (Luk. 19:11-27).
Bangsawan itu melambangkan Kristus yang pergi ke ”negeri yang jauh” di langit untuk menerima Kerajaan, dan kembali pada saat penghakiman, yaitu pada saat kedatangannya yang kedua. Oleh karena itu mustahil bagi ”hamba-hambanya” untuk menerima Kerajaan itu pada saat ini, yaitu pada masa ketidakhadiran tuan mereka.
Berikut ini adalah bukti-bukti sehubungan dengan hal tersebut;
- ”Kerajaanku bukan dari dunia (zaman) ini” dengan jelas dinyatakan oleh Yesus (Yoh. 18:36). Pada waktu yang sama ia juga mengatakan, ”Aku adalah Raja” (Yoh. 18:37), yang menunjukkan bahwa kepemimpinan Kristus pada saat ini tidak mengartikan bahwa Kerajaannya telah didirikan. Bahkan orang-orang beriman pada abad pertama dijelaskan sedang MENANTIKAN ”Kerajaan Allah” (Mrk. 15:43).
- Kristus mengatakan kepada murid-muridnya bahwa ia tidak akan minum lagi hasil dari pokok anggur ”sampai pada hari Aku meminumnya, yaitu yang baru, bersama-sama dengan kamu dalam Kerajaan BapaKu” (Mat. 26:29). Ayat ini dengan jelas menyatakan secara tidak langsung bahwa Kerajaan itu akan didirikan pada masa depan, sebagaimana yang dipahami oleh orang-orang pada saat itu sehubungan dengan pemberitaan Kristus mengenai ”Injil Kerajaan Allah” (Luk. 8:1). ”Berbahagialah orang yang akan (pada masa depan) dijamu dalam Kerajaan Alah” (Luk. 14:15).
- Lukas 22:29, 30 melanjutkan tema ini: ”Aku menentukan hak-hak Kerajaan bagi kamu...bahwa kamu akan makan dan minum semeja dengan Aku di dalam KerajaanKu.”
- Yesus menjelaskan tanda-tanda yang akan menyertai kedatangannya, dan menambahkan komentar, ”jika kamu melihat hal-hal itu terjadi ketahuilah, bahwa Kerajaan Allah sudah dekat” (Luk. 21:31). Omong kosong ayat ini, jika Kerajaan itu sudah ada sebelum kedatangannya yang kedua.
- ”Untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah kita harus mengalami banyak sengsara” (Kis. 14:22) Tidak mengherankan jika setiap orang percaya yang menderita, dengan sungguh-sungguh berdoa agar Kerajaan itu segera datang (Mat. 6:10)
- Allah telah ”memanggil kamu ke dalam Kerajaan” (I Tes. 2:12); sebagai jawaban, kita harus mencari jalan untuk masuk ke dalam Kerajaan itu melalui kehidupan rohani kita pada saat ini (Mat. 6:33).
Walaupun segala hal yang menyangkut tentang Kerajaan ditegaskan, banyak orang-orang “Kristen” Ortodoks memilih untuk mempercayai bahwa Kerajaan itu ada di dalam hati setiap orang yang percaya. Keyakinan ini hanya didasari satu ayat, “Sebab sesungguhnya Kerajaan Allah ada di antara kamu” (Luk. 17:21). Konteks ayat ini menunjukkan bahwa Yesus sedang berbicara dengan orang-orang Farisi (ayat 20); oleh karena itu, kata “kamu” menunjuk kepada mereka. Tentu saja mereka bukan orang Kristen, sehingga Kerajaan Allah tidak akan ada di hati mereka.
Orang-orang Yahudi mengadakan pertunjukkan umum yang besar, karena begitu bersemangat dalam mencari Mesias. Pada ayat tersebut, “Kerajaan Allah” lebih menunjuk kepada gelar dari Mesias, dengan mengingat bahwa Dialah yang akan menjadi Raja di dalam Kerajaan itu. Oleh karena itu, ketika Yesus memasuki Yerusalem orang-orang berteriak, “Diberkatilah dia (Mesias) yang datang dalam nama Tuhan, diberkatilah Kerajaan yang datang, Kerajaan bapak kita Daud, hosana ditempat yang maha tinggi” (Mrk. 11:9,10). Mesias dihubungkan dengan “Kerajaan.” Karena itu Yohanes pembaptis mengajarkan bahwa “Kerajaan Surga sudah dekat, Sesungguhnya dialah yang dimaksudkan Nabi Yesaya” (Mat. 3:2,3). Dalam pemahaman kami di Lukas 17:20-24, Yesus telah menjawab pertanyaan orang-orang Farisi tentang “kedatangan Kerajaan Allah,” dengan menjelaskan tentang kedatangan “Anak Manusia.”
Tujuan Yesus adalah untuk menyatakan bahwa penantian orang Yahudi atas Mesias, dengan menantikannya sebagai orang yang perkasa, adalah salah. Mereka tidak menyadari bahwa Mesias “Kerajaan Allah,” yaitu Yesus, telah hadir diantara mereka dengan kerendahan hatinya. Karena itu ia memperingatkan mereka; “Kerajaan Allah datang tanpa tanda-tanda lahiriah...Sebab sesungguhnya Kerajaan Allah ada di antara kamu” (Luk. 17:20,21).